Kamis, 02 Agustus 2018

JANGAN BERMUDAH MUDAH MENYEBARKAN HADITS


JANGAN BERMUDAH MUDAH MENYEBARKAN HADITS

Oleh : Azwir B. Chaniago

Ada sebagian saudara kita ketika memberi tausiah, atau menulis ataupun men share satu tulisan di media sosial tanpa sengaja, telah menyebarkan hadits yang belum jelas kedudukannya. Lihatlah berapa banyak kita mendapati hadits dha’if, hadits maudhu, hadits munkar bahkan laa ashlalahu yaitu tak jelas asal usulnya tersebar baik melalui lisan maupun tulisan.

Sungguh ini sangat membahayakan bagi yang menyampaikan dan juga merugikan bagi yang menerima atau yang  mendengar. Selain itu, perbuatan ini termasuk kategori sebagai berdusta atas nama Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Dalam perkara ini Rasulullah telah mengingatkan dalam sabda beliau :

Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim). 

Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ  بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ

Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam. (H.R ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir)

Oleh karena itu janganlah seseorang bermudah mudah menyebarkan suatu hadits baik lisan maupun tulisan.   HARUSLAH DIKETAHUI DULU KEDUDUKAN HADITS TERSEBUT. Dalam hal ini paling tidak ada tiga hal yang  patut  kita perhatikan :

Pertama : Jika seseorang belum mengetahui kedudukan suatu hadits lalu di dakwahkan atau disebarkan kepada orang lain maka ini suatu perbuatan yang sangat tercela. Bukankah semua yang kita ucapkan dan kita lakukan harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Ta’ala. Perhatikanlah firman-Nya : 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
  
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.  Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.  (Q.S al Isra’ 36).                                                                                                
Kedua : Jika seseorang belum mengetahui kedudukan suatu hadits maka sangatlah terpuji jika dia mencari tahu kepada yang lebih berilmu sebelum mendakwahkan. Allah berfirman : 

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Maka bertanyalah kepada orang orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui. (Q.S al Anbiyaa 7).

Jikalau seseorang belum mengetahui kedudukan suatu hadits lalu didakwahkan dan ternyata derajat hadits itu tidak shahih maka jika diamalkan oleh orang lain tentu bisa jadi menyesatkan.

Ketiga : Jika seseorang sudah mengetahui kedudukan suatu hadits itu dhaif  ataupun maudhu’ dan yang lainnya  lalu disampaikan kepada orang banyak tanpa menjelaskan derajat hadits suatu hadits maka ini tentu yang lebih tercela lagi.

Oleh karena itu janganlah bermudah mudah dalam menyebarkan suatu hadits tanpa diketahui lebih dahulu kedudukannya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. 

Wallahu A’lam. (1.347)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar