Selasa, 07 Agustus 2018

HARAP DAN CEMAS SETELAH BERIBADAH


HARAP DAN CEMAS SETELAH BERIBADAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kewajiban PALING PENTING seorang hamba adalah menyembah, mengabdi dan beribadah  kepada Allah Ta’ala, yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan  agar mereka  beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56)

Orang orang beriman tentulah telah berusaha setiap saat melakukan Ibadah atau amal shalih yang dilakukan  dengan dasar iman. Semuanya ikhlas karena Allah dan sesuai dengan petunjuk atau ittba’ kepada Rasulullah.

Ketahuilah bahwa para ulama terdahulu dan orang-orang saleh, jika selesai beribadah, senantiasa merasa harap dan cemas. Harap ibadahnya diterima dan cemas,  khawatir  kalau  ditolak.

Sungguh tidaklah semua ibadah kita diterima Allah. Bukan Allah tidak suka menerima tetapi  lebih kepada kesalahan dan kekurangan kita dalam melakukan amal.  Bisa jadi karena keikhlasan kita tidak penuh atau ittiba’ kita yang dipertanyakan. Sikap harap dan cemas ini akan menumbuhkan dorongan bagi setiap orang beriman untuk terus menerus berusaha memperbaiki amalnya sehingga menjadi amal yang betul betul  bernilai di sisi Allah.

Diantara dalil yang menjelaskan bahwa  tidak semua amal ibadah kita diterima  adalah firman Allah :

 وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

Dan mereka yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Q.S. Al Mu’minun 60.

Syaikh as Sa’di dalam kitab Tafsirnya antara  lain menjelaskan makna “dengan hati yang takut” adalah mereka merasa takut saat amalan-amalannya ditampilkan kepada Allah dan berdiri dihadapanNya, sekiranya amalan mereka tidak bisa menyelamatkan 
mereka dari siksa Allah.

Perhatikanlah kisah Nabi Ibrahim alaihissalam, setelah melakukan amal yang besar, yang diperintahkan Allah, yaitu meninggikan fondasi bangunan Ka’bah  atau ada yang menyebut   membangun Ka’bah bersama anaknya  Ismail, beliau berdoa : “Rabbana  taqabbal  minna innaka  antas sami’ul  alim”.  Ya Rabb kami terimalah amal kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Beliau berdoa seperti itu karena berharap amalnya membangun Ka’bah diterima dan khawatir kalau ditolak.

Selanjutnya perhatikan pula bagaimana Rasulullah salallahi wasallam selesai shalat  subuh selalu berdzikir dan berdoa memohon antara lain agar amal beliau diterima yaitu dengan  membaca doa :

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Ya Allah aku bermohon ilmu yang bermanfaat, rizki  yang  baik dan amalan yang diterima. (H.R. Ibnu Majah no. 925).
 
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.351)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar