Rabu, 08 Agustus 2018

MENDAKI BERTAKBIR MENURUN BERTASBIH


MENDAKI BERTAKBIR MENURUN BERTASBIH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Rasullah adalah uswah hasanah bagi kita. Beliau haruslah kita teladani dalam berbagai aspek kehidupan dunia dan persiapan menuju akhirat yaitu dalam hal aqidah, ibadah, adab dan akhlak serta muamalah.

Salah satu pelajaran dari beliau, yang mungkin belum  diamalkan oleh banyak orang adalah adab bersafar ketika MELEWATI JALAN MENDAKI DAN JALAN MENURUN. Tentang hal ini, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

Pertama : Dari Jabir bin Abdillah

قال جابر رضي الله عنه: كُنَّا إِذَا صَعَدْنَا كَبَّرْنَا، وَإِذَا نَزَلْنَا سَبَّحْنَا

Dari Jabir dia berkata : Kami apabila berjalan naik, membaca takbir, dan apabila kami turun, membaca tasbih. (H.R Imam Bukhari)

Kedua : Dari Ibnu Umar. 

“Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan pasukannya, apabila naik ke tempat yang tinggi, mereka bertakbir. Dan jika turun, mereka bertasbih.” (H.R Abu Dawud).

Oleh sebab itu seorang hamba yang sedang bersafar sangatlah dianjurkan untuk membaca dzikir yaitu Allahu Akbar ketika melewati jalan mendaki dan membaca Subhanalah ketika melewati jalan menurun. Dzikir ini merupakan bukti keterikatan hati seorang hamba dengan Allah Ta’ala.

Dari hadits ini, para ulama menjelaskan bahwa apabila seseorang mengendarai alat transportasi apapun dan melintasi jalan mendaki seperti pesawat terbang naik, mobil ketika melintasi jalan mendaki, atau kapal ketika melintasi ombak (besar) maka hendaknya para pengendara bertakbir.  Sementara apabila melintasi jalan menurun, ketika pesawat terbang turun atau mobil melintasi jalan menurun maka hendaknya para pengendara bertasbih. (Ensiklopedi Adab Islam, Syaikh Abdul Aziz Sayyid Nada).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah ditanya : Bagaimana kalau kami naik atau turun di rumah kami yang ada tingkatnya. Syaikh menjawab : Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam safarnya, ketika melewati jalanan yang menanjak, beliau bertakbir, dan ketika melewati jalanan yang menurun, beliau bertasbih. 

Yang demikian itu karena seseorang yang berada di ketinggian (berada di atas sesuatu) terkadang merasa dirinya lebih dan melihat dirinya besar. Oleh karena itulah sangat tepat bagi dia untuk bertakbir (membesarkan nama) Allah ‘azza wajalla. 

Dan adapun ketika melewati jalanan yang menurun, tentunya ketika itu dia berada pada posisi yang rendah, maka sangat tepat baginya untuk bertasbih (mensucikan) Allah ‘azza wajalla dari sifat kerendahan. Inilah bentuk keterkaitan antara ucapan tasbih dan takbir dengan keadaan-keadaan tersebut.

Dan di dalam as Sunnah, tidak disebutkan bahwa amalan-amalan tersebut (bertakbir dan bertasbih, peny.) juga dilakukan ketika tidak safar, segala bentuk ibadah itu sifatnya tauqifiyyah (tetap, paten). Jadi,  cukup ditunaikan sesuai dengan apa yang disebutkan dalam dalil-dalil.

Oleh karena itu, seseorang yang naik ke lantai atas di rumahnya, dia tidak perlu bertakbir, dan ketika turun darinya, juga tidak perlu bertasbih. Amaliah bertakbir dan bertasbih seperti itu khusus dilakukan ketika safar. (Silsilah Liqa’ Al-Bab Al-Maftuh)  

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.353)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar