Selasa, 15 September 2015

KEWAJIBAN BERIBADAH HINGGA AJAL



KEWAJIBAN BERIBADAH SEJAK BALIGH HINGGA AJAL

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, yaitu sebagaimana  dijelaskan Allah dalam firman-Nya :  “Wamaa khalaqtul jinna wal insa illaa liya’buduun” Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariat 56).

Ketahuilah bahwa kewajiban beribadah tidaklah pernah gugur terhadap seorang mukallaf yakni semenjak dia baligh sampai ajal menjemputnya. Allah berfirman : Wa’bud rabbaka hattaa ya’tiyakal yaqiin”. Dan beribadahlah kepada Allah sampai datang kepadamu yang diyakini, yaitu ajal. (Q.S al Hijr 99).

Mengenai kalimat yaqiin dalam ayat ini adalah sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhari bahwa Salim bin Abdillah, Mujahid, Qatadah dan ulama ulama tafsir yang lainnya mengatakan bahwa makna al yaqiin dalam ayat ini adalah kematian.

Oleh karena itu Imam Ibnu Katsir berkata : Dari ayat ini disimpulkan bahwa ibadah, seperti shalat dan ibadah ibadah yang lainnya wajib dilakukan selama akal masih ada, sesuai dengan kondisi yang ia mampu.

Diantara penegasan dari hadits bahwa makna al yaqiin adalah kematian yaitu sebagaimana juga tersebut pada sabda Rasulullah : Pada suatu kali Rasulullah masuk ke rumah Utsman bin Mazh’un yaitu setelah beliau meninggal. Setelah berdialog dengan Ummul A’la, maka Rasulullah bersabda : “Amma huwa faqad jaa-ahul yaqiinu wa inni la-arjuu lahul khair”. Adapun dia, sudah datang kepadanya al yaqiin (kematian) dan aku sungguh sungguh mengharapkan kebaikan baginya.

Syaikh as Sa’di berkata : “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al Yaqiin, yaitu sampai ajal tiba. Maksudnya istiqamahlah engkau mendekatkan diri kepada Allah dengan segala macam amal ibadah di setiap waktu. Maka beliau (Rasulullah) mentaati perintah Rabb-nya dan senantiasa membiasakan beribadah sampai datang yaqiin (ajal) dari Rabb-nya. (Tafsir Karimir Rahman).

Selanjutnya, Imam Ibnu Katsir juga menilai sebagai bentuk kekufuran, kesesatan dan kebodohan terhadap orang orang yang berpendapat bahwa seseorang akan bebas dari beban taklif (tidak dikenai kewajiban beribadah) bila telah sampai pada derajat ma’rifat (mengenal). 

Beliau mengungkapkan fakta bahwa para Nabi dan sahabat sahabat mereka adalah orang paling mengenal Allah, mengetahui hak hak-Nya dan sifat sifat-Nya dan mereka adalah orang orang yang paling banyak beribadah dan istiqamah untuk melakukan amal kebaikan sampai mereka wafat. (Tafsir Ibnu Katsir).

Wallahu A’lam.  (400)

        












Tidak ada komentar:

Posting Komentar