Minggu, 27 September 2015

DUA PRINSIP UTAMA DALAM IBADAH



DUA PRINSIP UTAMA DALAM BERIBADAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sebagai konsekwensi dari dua kalimat syahadat, maka timbullah dua prinsip utama dalam beribadah, yang wajib dipegang oleh setiap muslim  yaitu :

Pertama : Seorang Muslim tidak boleh beribadah melainkan hanya kepada Allah saja. Allah berfirman : “Waqadha rabbuka allaa ta’budhu illaa iyyahu. Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. (Q.S al Isra’ 23).

Allah subhanahu Ta’ala berfirman : “Wamaa umiruu illaa liya’budullaha mukhlishiina lahuddiin. Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan ikhlas mantaatiNya semata mata karena (menjalankan) agama. (Q.S al Baiyinah 5).  
  
Kedua : Seorang Muslim tidak boleh beribadah melainkan dengan apa yang telah Allah syari’atkan di dalam kitab-Nya dan yang telah disyari’atkan dalam Sunnah Rasul-Nya. Allah berfirman : “Wamaa aataakumur rasuulu fakhudzuuhu wamaa nahaakum ‘anhu fantahuu, wattaqullaaha, innallaaha syadiidul ‘iqaab. Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumanNya. (Q.S al Hasyr 7).

Rasulullah bersabda : “Man ahdatsa fii amrinaa hadzaa maa laisa minhu fahuwa raddun.” Barang siapa yang mengada ada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan bagian darinya, maka amalannya tertolak. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Ada sebuah atsar yang berkaitan dengan penyelisihan terhadap sunnah atau petunjuk Rasulullah, dikeluarkan antara lain oleh Ad Darimi, al Baihaqi dan di shahihkan oleh Syaikh al Albani, yaitu :

“Dari Sa’id bin Musayyib, ia melihat seorang laki laki menunaikan shalat sunat fajr lebih dari dua raka’at. Ia memanjangkan rukuk dan sujudnya. Maka Sa’id bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu bertanya : Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan menyiksaku dengan sebab aku shalat. Beliau menjawab : Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena engkau menyelisihi Sunnah.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani memberi komentar terhadap atsar ini dalam kitab Irwa’ul Ghalil. : Ini adalah jawaban Sa’id bin Musayyib yang sangat indah. Dan merupakan bantahan terhadap orang orang yang menganggap baik sesuatu yang diada akan dengan alasan dzikir dan shalat. Kemudian menuduh ahlus sunnah mengingkari dzikir dan shalat. Padahal sebenarnya yang mereka ingkari adalah penyelisihan terhadap tuntunan Rasulullah dalam dzikir, shalat dan yang lainnya.

Oleh karena itu mari kita pegang dua prinsip utama ini sehingga  amal ibadah kita betul betul  memenuhi syarat yaitu:   Ikhlas karena Allah dan ittiba’ yaitu tidak menyelisihi apa yang di ajarkan oleh Rasulullah Sallahu ‘alaihi wasallam. 

Wallahu A’lam. (408)

  
   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar