Jumat, 18 September 2015

JANGAN SOMBONG KARENA BANYAK BERAMAL



JANGAN SOMBONG KARENA BANYAK BERAMAL

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sikap sombong adalah salah satu jenis penyakit hati yang sangat buruk dan banyak menimpa manusia. Hampir tidak ada  manusia yang bisa terbebas sama sekali dari penyakit ini kecuali yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala. Penyakit ini sebenarnya adalah turunan dari penyakit ujub yaitu merasa bangga terhadap diri.  Seseorang yang memiliki penyakit sombong adalah merasa dan memperlihatkan dirinya lebih sempurna, lebih tinggi dan lebih baik dari orang lain.

Makna sombong adalah sebagaimana yang dimaksud oleh Rasulullah dalam sebuah hadits : “Al kibru, batharul haqqi wa ghamdunnaas” Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia. (H.R Imam Muslim).

Jadi sombong itu kata Rasulullah terkait dengan satu dari dua hal yaitu : menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi, dalam Kitabnya Minhaj al Muslim menyebutkan lima hal yang bisa memicu penyakit sombong pada diri seseorang. Satu diantaranya karena banyak amal ibadahnya. 

Oleh karena itu maka seseorang yang banyak beribadah bisa mendatangkan penyakit ujub pada dirinya lalu berlanjut dengan kesombongan. Ada orang yang banyak beribadah lalu melihat orang lain yang secara zhahir tampak sedikit ibadahnya lalu merendahkan atau meremehkan. Merendahkan atau meremehkan orang lain itu sudah termasuk satu tanda seseorang itu sombong yaitu sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam melalui hadits diatas.

Ketahuilah saudaraku bahwa orang yang secara zhahir terlihat sedikit ibadahnya mungkin dia memiliki ibadah yang lain dan membuat Allah ridha kepadanya sedangkan kita tidak mengetahuinya. Selain itu kita yang merasa telah banyak beribadah tentu kita tidak bisa mengatakan bahwa semua ibadah kita diterima oleh Allah. 

Juga sangatlah tidak pantas kita merasa ujub dan sombong dengan ibadah yang kita lakukan karena kita hanya bisa beribadah  dengan karunia Allah semata. Oleh karena itu maka sikap terbaik bagi seorang hamba yang telah bisa banyak beribadah adalah bersyukur atas taufik dan karunia dari-Nya.

Imam Ibnul Qayyim al Jauziah mengingatkan kita tentang hal ini dengan beberapa contoh. Beliau berkata :

Pertama : Apabila Allah membukakan bagimu taufik untuk menegakkan shalat malam maka jangan engkau memandang kepada orang orang yang terlelap dalam tidurnya (tidak shalat malam) dengan pandangan yang meremehkan.

Kedua : Dan apabila Allah membukakan bagimu taufik untuk berpuasa (puasa sunnah) maka janganlah engkau memandang kepada orang orang yang tidak puasa (puasa sunnah) dengan pandangan yang meremehkan.

Ketiga : Dan apabila Allah membukakan taufik bagimu dengan jihad maka janganlah engkau memandang kepada orang orang yang tidak turut terjun langsung berjihad dengan pandangan yang meremehkan. 

Beliau melanjutkan : Bisa jadi terkadang orang yang terlelap dalam tidurnya dan orang yang tidak berpuasa (puasa sunnah) dan orang yang tidak turut berjihad justru lebih dekat kepada Allah daripada engkau.

Dan sesungguhnya engkau menjadi seorang yang bermalam dengan terlelap dalam tidurmu dan engkau terbangun dipagi hari dalam keadaan (engkau) menyesal (karena engkau menghabiskan malam dengan tidur) jauh lebih baik daripada engkau mengarungi malam dengan berdiri dalam shalat tetapi ketika datang waktu pagi, kemudian engkau merasa sombong dan ujub. Karena sebuah amalan itu tidak akan terangkat naik bagi orang orang yang sombong. (Kitab Minhaajus Saalikin).

Wallahu A’lam (403)            



Tidak ada komentar:

Posting Komentar