Jumat, 04 September 2015

DOSA MEMBAWA SENGSARA



DOSA MEMBAWA SENGSARA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kesengsaraan dan kesulitan ataupun musibah yang dialami manusia adalah bawaan dari dosa dan maksiat yang dilakukannya. Kenapa begitu, karena memang antara dosa dan kesengsaraan memiliki kaitan yang amat kuat. Sungguh Allah telah mengabarkan hal ini kepada manusia melalui firman-Nya. : “Wa maa ashaabakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an katsiir” Dan musibah apapun yang menimpamu maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.  (Q.S asy Syuraa 30)

Syaikh as Sa’di berkata : Allah mengabarkan bahwa apa pun musibah yang menimpa hamba hamba-Nya, pada diri mereka, pada harta atau pun anak anak mereka dan pada apa saja yang mereka cintai lagi mereka sayangi adalah akibat dosa dosa yang mereka lakukan sendiri. Dan sesungguhnya yang dimaafkan oleh Allah lebih banyak dari itu. Sebab sesungguhnya Allah tidak berbuat zhalim terhadap hamba hamba-Nya, akan tetapi diri merekalah yang menzhalimi diri mereka sendiri (dengan berbuat dosa). Lihat Tafsir Karimir Rahman. 

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian. 

Ketahuilah bahwa umat terdahulu seperti kaum Nabi Nuh yang durhaka diadzab dengan musibah berupa banjir besar. Sungguh banjir itu datang bukan karena mereka membuang sampah sembarangan atau karena pengrusakan lingkungan, pembalakan liar dan penggundulan hutan tetapi mereka diadzab karena dosa dosa mereka terutama kesyirikan dan menolak ajaran Nabi Nuh.

Imam Ibnul Jauzi dalam Kitab Shifatus Shafwah menukil sebuah peristiwa yang pernah menimpa Muhammad bin Sirin (wafat tahun 110). Beliau adalah seorang ulama dari kalangan Tabi’in.
Suatu ketika Muhammad bin Sirin meminjam uang untuk suatu usaha tapi ternyata usaha itu merugi dan beliau menanggung hutang yang banyak bahkan sampai sampai beliau dipenjara akibat belum mampu membayar hutang.
 
Muhammad bin Sirin berkata : Sungguh, aku benar benar mengetahui (perbuatan) dosaku yang menyebabkan aku dililit hutang ini (yaitu) empat puluh tahun yang lalu aku pernah berkata kepada seorang laki laki (dengan sebutan) : Wahai orang yang bangkrut.

Sungguh begitu mulianya sifat Muhammad Ibnu Sirin. Sangatlah tinggi pengagungan serta adabnya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Musibah yang menimpanya tidaklah membuat dia buruk sangka kepada Rabbnya. Dia menisbatkan keburukan yang terjadi kepada dirinya sendiri.

Ketika mengetahui sikap Ibnu Sirin yang begitu mulia, maka Imam Abu Sulaiman ad Darani berkata : Memang dosa dosa mereka sangatlah sedikit sehingga mereka mengetahui dari (arah) mana mereka didatangi (musibah). Sedangkan dosaku dan dosa  kalian banyak  sehingga kita tidak mengetahui dari (arah) mana kita didatangi (musibah).

Jadi salah satu sikap yang mulia seorang mukmin jika menghadapi musibah adalah senantiasa menisbatkan kesalahan kepada dirinya. Dia akan selalu berbaik sangka kepada Allah Ta’ala. Tentang hal ini disebutkan dalam sabda Rasulullah : … Kebaikan itu semua ada di tangan-Mu (ya Allah) dan keburukan itu tidaklah ada pada-Mu” (H.R Imam Muslim).

Umar bin Khaththab pernah berucap dalam doanya  : Ya Allah, sesungguhnya tidak akan terjadi suatu musibah kecuali dengan (sebab) perbuatan dosa, dan tidak akan hilang musibah tersebut kecuali dengan taubat (yang sebenar benarnya) Lihat ad Da’ wa ad Dawa’, Ibnul Qayyim.

Wallahu A’lam.   (389).

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar