Kamis, 29 Juli 2021

KISAH TURUNNYA WAHYU PERTAMA BERDASARKAN HADITS SHAHIH

 

KISAH TURUNNYA WAHYU PERTAMA BERDASARKAN HADITS SHAHIH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Al Qur an adalah Kalamullah diturun kepada Nabi Muhammad Salallahu Wasallam melalui Malaikat Jibril. Diturunkan  dalam waktu kurang lebih 23 tahun yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah secara berangsur angsur. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ تَنْزِيلًا

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al Qur an kepadamu (Muhammad) SECARA BERANGSUR ANGSUR). (Q.S al Insan 23).

Ketika usia beliau mendekati 40 tahun, beliau telah banyak merenungi keadaan kaumnya dan menyadari banyak keadaan kaumnya tidak sejalan dengan kebenaran. Beliau pun mulai sering uzlah atau mengasingkan diri dari kaumnya. Beliau biasa ber-tahannuts di gua Hira yang terletak di Jabal Nur, dengan membawa bekal makanan dan air. Disitulah wahyu pertama turun. Menurut hadits yang shahih disebutkan bahwa wahyu pertama turun adalah surat al ‘Alaq ayat 1 - 3.

Tentang peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam adalah sebagaimana diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah :

“Dari Aisyah Ummul Mukminin radiyallaha ‘anha, beliau berkata : Wahyu yang mula mula turun kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam adalah mimpi di waktu tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau seperti jelasnya fajar di waktu pagi. Maka semenjak itu

Beliau lebih suka mengasingkan diri yaitu ke Gua Hira.

Disitu beliau bertahannuts, beliau beribadah beberapa malam tidak pulang keruma istrinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis beliau kembali kepada Khadijah untuk mengambil bekal secukupnya dan pergi lagi ke gua Hira.

Hingga suatu ketika, datang kepada beliau al Haq (kebenaran atau wahyu) yaitu sewaktu masih beliau masih berada di gua Hira. Malaikat datang kepada beliau dan berkata : Bacalah. Beliau menjawab : Aku tidak bisa membaca. Nabi menceritakan : Aku ditarik dan dipeluknya hingga aku merasa kepayahan kemudian dilepaskannya dan dia berkata lagi : Bacalah. Jawabku : Aku tidak bisa membaca.

Aku ditarik dan dipeluknya untuk ketiga kalinya, kemudia dilepaskannnya seraya berkata :

اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ   خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ   اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

Bacalah dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Rabbmu lah yang Mahamulia. (Q.S al ‘Alaq 1-3).

Setelah itu Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid, istri beliau DENGAN GEMETAR, lalu berkata : Selimuti aku, selimuti aku !. Khadijah menyelimuti beliau hingga hilang rasa takutnya. Lalu  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam berkata kepada Khadijah (setelah menceritakan semua kejadian yang dialaminya) : Sesungguhnya aku cemas akan diriku.

Khadijah menjawab :  Jangan takut !. Demi Allah !. Tuhan sekali kali tidak akan menghinakan engkau karena engkau selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang orang yang sengsara, mengadakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu dan menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran.

Setelah itu Khadijah pergi bersama beliau menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza yaitu anak paman Khadijah, yang telah memeluk agama Nasrani pada masa Jahiliyah itu. Dia pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani. Maka disalinya kitab Injil dari bahasa Ibrani seberapa dikehendaki Allah dapat disalinnya. Ketika itu usianya telah lanjut dan matanya telah buta.

Khadijah berkata kepada Waraqah : Wahai anak pamanku. Dengarkanlah kabar dari anak saudaramu (Muhammad). Waraqah bertanya kepada Nabi : Wahai anak saudaraku, apakah yang telah terjadi atas dirimu ?. Lalu Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menceritakan kepada Waraqah semua peristiwa yang telah beliau alami.

Waraqah berkata : Inilah an Namus yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa. Duhai sekiranya aku masih muda, ketika itu nanti yaitu ketika engkau diusir oleh kaummu. Maka Rasulullah bertanya : Apakah mereka akan mengusirku ?.

Waraqah menjawab : Ya, benar !. Belum pernah seorangpun yang diberi wahyu seperti engkau yang tidak dimusuhi. Apabila aku masih mendapati hari itu, niscaya aku akan membelamu sekuat kuatnya. Tidak berapa lama Waraqah meninggal dan wahyu terputus untuk sementara waktu. (H.R Imam Bukhari no. 3  dan Imam Muslim no. 160).”

Itulah kisah shahih tentang turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.381). 

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar