Selasa, 27 Juli 2021

ADAKAH WAKTU TERTENTU UNTUK SALING MEMAAFKAN ??

 

ADAKAH WAKTU TERTENTU UNTUK SALING MEMAAFKAN ??

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Menurut syariat Islam, ketika seseorang merasa berbuat salah atau menzhalimi saudaranya maka SANGAT DIANJURKAN UNTUK  BERSEGERA MEMOHON MAAF. Ketika ada yang meminta maaf segera maafkan. Jangan menunggu waktu atau momen tertentu.

Kita mengetahui bahwa sebagian orang orang meminta maaf dan memaafkan pada waktu atau momen tertentu. Seolah olah itulah momen yang sangat tepat untuk saling meminta maaf dan memberi maaf. Di negeri kita waktu yang masyhur untuk itu minimal ada tiga yaitu :

 Pertama : Meminta maaf saat merayakan hari lebaran ‘idul fitri.

Tidak ada nash atau dalil dalam syariat Islam, yang mengharuskan kita bermaaf-maafan saat lebaran ‘idul fitri yaitu dengan mengucapkan : Mohon maaf lahir batin. Terkadang didahului pula dengan ucapan : Minal ‘aidin wal faaizin.

Lalu bagaimana dengan para sahabat.  Al Hafidh Ibnu Hajar menyebutkan  bahwa dari Jubair bin Nufair, dengan isnad yang hasan ia berkata : Para sahabat Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam  bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minkum, semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu. (Fathul Bari).

Ibnu Qudamah  menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata : Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam, mereka bila kembali dari Shalat ‘Id berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain: Taqabbalallahu minnaa wa minka. (Al Mughni).

Kedua : Meminta maaf menjelang Ramadhan.

Sebagian orang di negeri kita mungkin kebiasaan meminta maaf menjelang Ramadhan menyandarkan kepada hadits (?) ini :  Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Amin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Amin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Amin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Amin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan : Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Amin-kan doa ku ini.

Doa Malaikat Jibril itu adalah: Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut : (1) Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya.  (2) Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri. (3) Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.

Dalam menyampaikan ungkapan diatas yang disebut sebagai hadits (?) ternyata tak disebut atau ditulis siapa ahli hadits yang meriwayatkannya dan tidak ada dalam kitab kitab hadits.

Memang ada sebagian orang yang mengatakan bahwa hadits (?) ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad tetapi dengan redaksi berikut ini :    

عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين 

Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda : Amin, Amin, Amin. Para sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah ?. Kemudian beliau bersabda : Baru saja Jibril berkata kepadaku : Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan : Amin, kemudian Jibril berkata lagi, Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tida mau berbakti kepada mereka berdua), maka aku berkata : Amin. Kemudian Jibril berkata lagi : Allah melaknat seorang hamba yang tidak bershalawat ketika disebut namamu, maka kukatakan : Amin.

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa tidak ada kewajiban dan tak perlu dibiasakan untuk bermaaf maafan menjelang bulan Ramadhan meskipun banyak orang orang yang melakukannya.

Ketiga : Bermaaf maafan di hari Arafah.

Ada beredar di media sosial mengatas namakan Imam Muhammad al Baqir yang menganjurkan saling memaafkan di Hari Arafah. Lalu dikutip hadits (?) Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam  yang menganjurkan hal itu, dengan alasan amal manusia diangkat saat Hari Arafah yang menyebutkan :

“Amal manusia diangkat di hari Arafah, kecuali orang yang sedang bermusuhan, atau dalam redaksi lain : Hari Arafah adalah hari diangkatnya amal kepada Allah, kecuali orang-orang yang bermusuhan”.

Itu itu bukan hadits. Kalimat seperti itu tidak ada  dalam kitab-kitab hadits. Oleh karena itu abaikan saja. Jangan diamalkan karena tak ada sandarannya.

Kesimpulannya adalah bahwa meminta maaf dan memberi maaf adalah perbuatan yang sangat dianjurkan. Tetapi tidak perlu dikaitkan dengan momen tertentu. Kapan pun kita merasa bersalah bersegeralah memohon maaf. Dan kapan pun ada yang meminta dimaafkan segera beri maaf. Itu termasuk sikap terpuji orang orang beriman. Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.380).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar