Minggu, 04 Juli 2021

BOLEH MEMBALAS KEBURUKAN TAPI MEMAAFKAN LEBIH UTAMA

BOLEH MEMBALAS KEBURUKAN TAPI MEMAAFKAN LEBIH UTAMA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Apa makna memaafkan ?. Memaafkan adalah engkau mempunyai hak untuk membalas terhadap orang lain yang menzhalimi dirimu tetapi engkau melepaskan (hakmu itu), tidak menuntut qishash atau denda kepadamya (Minhajul Qashidin, Imam Ibnu Qudamah).

 

Orang bijak berkata bahwa implementasi dari memaafkan itu adalah engkau senantiasa, terus menerus mengosongkan hatimu dari semua kesalahan orang lain kepadamu. Ini sebenarnya mudah dilakukan jika engkau menyadari  dan juga sangat mengharapkan maaf dan ridha dari orang lain.

 

Ketika seseorang mendapat perlakuan tidak baik biasanya yang dikedepankan adalah KEINGINAN UNTUK MEMBALAS. Apalagi jika punya kemampuan untuk itu. Dan membalas keburukan atau kejahatan memang diperbolehkan yaitu secara setimpal. Tak boleh berlebihan. Allah Ta’ala berfirman : 

 

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

 

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan YANG SETIMPAL tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala menjelaskan pada ayat ini tingkatan tingkatan hukuman. Satu diantaranya, menurut Syaikh adalah tingkatan keadilan yaitu MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEJAHATAN YANG SERUPA, tidak lebih tidak kurang. (Tafsir Taisir Karimir Rahman, dengan diringkas).

Dalam ayat ini Allah Ta’ala memuji orang yang memaafkan dan memberi pahala baginya. Ini adalah salah satu keutamaan memaafkan orang yang berbuat buruk. Selain itu, ketahuilah bahwa  sangatlah banyak keutamaan yang akan diperoleh orang orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain, diantaranya adalah : 

Pertama : Merupakan salah satu sifat orang bertakwa.

 

Allah Ta'ala berfirman : 

 

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

 

(Dan orang yang bertakwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S Ali Imran 134)

 

Kedua : Memperoleh ampunan Allah Ta’ala.

 

Ketahuilah bahwa salah satu puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah Ta’ala. Allah berfirman : 

 

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

 

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (Q.S an Nur 22).

 

Ayat ini adalah anjuran untuk memberikan maaf dan berlapang dada. Ketika turun ayat ini, Abu Bakar berkata : Ya, demi Allah aku benar benar senang bila Allah mengampuniku. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman)

 

Ketiga : Mendapat kemuliaan.  

  
ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

 

Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shadaqah, dan TIDAKLAH MENAMBAH BAGI SEORANG PEMAAF KECUALI KEMULIAAN dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.. (H.R at Tirmidzi).

 

Keempat : Mendapat rumah di surga.

 

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjanjikan rumah di surga bagi tiga golongan dan satu diantaranya adalah bagi orang yang memaafkan orang yang berbuat buruk kepadanya yaitu sebagaimana sabda beliau : 

 

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ

 

Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan (rumah) di surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.  (H.R ath Thabrani).

 

Oleh karena itu hamba hamba Allah ketika mendapat perlakuan tidak menyenangkan maka bersabarlah dan timbulkan sifat suka memaafkan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.340)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar