Selasa, 28 Februari 2017

PERSAKSIAN PALSU ADALAH DOSA BESAR



PERSAKSIAN PALSU ADALAH DOSA BESAR

Oleh : Azwir B. Chaniago

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, dalam  Syarah Kitab al Kabair berkata bahwa  persaksian palsu adalah : 

Pertama : Persaksian yang diucapkan oleh seseorang yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya.

Kedua : Seseorang bersaksi tentang sesuatu yang ia tidak mengetahui apakah kesaksian itu bertentangan dengan fakta sebenarnya atau sesuai dengan fakta sebenarnya.

Ketiga : Seseorang bersaksi tentang sesuatu yang ia ketahui bahwa perkara itu sesuai dengan faktanya tetapi ia menggambarkannya dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Di zaman ini sangatlah mudah bagi kebanyakan manusia untuk memberikan persaksian palsu baik di pengadilan maupun di luar pengadilan. Manusia melakukan kesaksian palsu pada umumnya untuk mendapatkan keuntungan yang secuil  dalam perkara perkara dunia. Diantaranya adalah untuk mendapatkan harta, pangkat, jabatan dan yang lainnya lalu menzhalimi orang lain. Ketahuilah bahwa di akhirat mereka tidak akan mendapat apa apa kecuali adzab dari Allah Ta’ala.

Syaikh Utsaimin berkata : Bahwa orang yang memberikan persaksian palsu berarti dia telah melakukan dua kezhaliman. 

Pertama :  Terhadap dirinya sendiri, karena telah melakukan sebuah dosa besar. Dia beranggapan telah berbuat baik membantu saudaranya untuk mendapatkan sesuatu dengan bantuan persaksian palsunya.

Kedua : Dan dikatakan telah berlaku zhalim kepada orang lain karena ia telah memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berlaku zhalim agar mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. (Lihat Syarah Kitab al Kabair).

Sungguh Rasulullah telah mengingat bahwa kesaksian palsu adalah dosa besar. Ini dijelaskan  dalam sabda beliau :

Pertama : Dari Anas bin Malik, dia berkata, Rasulullah Salalllahu ‘alaihi wasallam menyebut beberapa dosa besar atau ditanya tentang dosa dosa besar, maka  beliau bersabda : “Yaitu mempersekutukan Allah, membunuh jiwa, menyakiti kedua orang tua”. Beliau bertanya : maukah kalian aku beritahu dosa yang cukup besar ?. Yaitu perkataan dusta, atau beliau bersabda : Saksi palsu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Kedua : Dari Abu Bakrah, dia berkata,  Rasulullah Sallalllahu ‘alaihi wasallam bersabda : Maukah kamu aku beritahu tentang dosa yang paling besar ?. Kami menjawab : Mau ya Rasulullah. Beliau bersabda : “Yaitu mempersekutukan Allah, menyakiti kedua orang tua”. Sambil duduk bersandar, beliau bersabda lagi : “Ketahuilah, juga perkataan dusta dan saksi palsu”. Kalimat ini diulang ulang beliau, sampai sampai kami berkata dalam hati : Semoga beliau diam (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Tentang hadits Anas dan hadits Abu Bakrah tersebut diatas, Imam as Syaukani berkata : Rasulullah sangat memperhatikan kesaksian dusta ini karena kesaksian dusta itu sangat mudah dilakukan manusia dan manusia sering melecehkannya. Sesungguhnya orang yang tega memberikan kesaksian palsu atau kesaksian dusta itu karena di latar belakangi oleh rasa permusuhan dan rasa iri dan dengki. (Lihat Nailul Authar).

Sungguh Allah Ta’ala telah melarang untuk melakukan perbuatan dusta dan yang lebih berat dalam hal dusta adalah persaksian palsu. Allah berfirman : “Fajtanibur rijsa minal autsaani wajtanibuu qaulaz zuur” . Maka jauhilah (penyembahan) berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta. (Q.S al Hajj 30). 

Oleh karena itu seorang hamba yang benar imannya akan selalu menjauhi persaksian palsu karena ini termasuk dalam kelompok dosa dosa besar yang hakikatnya bukanlah sifat orang yang beriman.

Rasulullah menjelaskan bahwa orang mukmin tidak memiliki watak pengkhianat atau pendusta. Beliau bersabda : “Yuthba’ul mu’minu ‘alaa kulli syai-in laisa khiyaanata wal kadzib”.  Watak seorang mukmin bisa bermacam macam kecuali (tidak) untuk berwatak pengkhianat atau pendusta. (H.R Imam Ahmad).

Ketahuilah bahwa  diantara hamba hamba Rabb Yang Maha Pengasih adalah disebutkan dalam firman-Nya :  “Walladziina laa yasyhaduunaz zuur” Dan orang orang yang tidak memberikan kesaksian palsu. (Q.S al Furqaan 72).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (969)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar