Sabtu, 25 Februari 2017

TIDAK BOLEH KHAWATIR AKAN KEHILANGAN RIZKI



TIDAK BOLEH KHAWATIR AKAN  KEHILANGAN RIZKI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sebagian orang di zaman ini ada yang sangat khawatir dengan urusan rizki. Diantaranya adalah : (1) Khawatir tidak akan mendapat rziki yang cukup. (2) Khawatir kehilangan rizki yang telah ada.
Ada pula kita dapati orang orang yang  takut meninggalkan pekerjaan atau bisnisnya yang mengandung syubhat bahkan nyata keharamannya. Mereka  khawatir akan kehilangan rizki. Sebagian mereka berkata : Bagaimana  bisa membiayai diri dan keluarga jika pekerjaan atau bisnis ini ditinggalkan.

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala  berfirman : “Wa ‘asaa an takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum. Wa ‘asaa-an tuhibbuu syai-an wa huwa syarrul lakum. Wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu pada hal itu tidak baik bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

Rasulullah telah mengingatkan pula dengan sabda beliau : “Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti dengan yang lebih baik”. (H.R Imam Ahmad no. 5363, dishahihkan oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali).

Sungguh pada hakikatnya seorang hamba tidaklah pantas untuk merasa khawatir sedikitpun dalam perkara rizki. Allah Mahakaya dan Maha Pemberi. Bukankah Allah Ta’ala telah menjamin rizki bagi makhluk makhluk-Nya. Semua telah tertulis di Lauh Mahfuzh.
Allah berfirman :Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) dibumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz” (Q.S Hud 6).

Bahkan makhluk yang tidak mampu mengurus rizkinya pun tetap mendapat jaminan rizki dari Allah. Allah berfirman : “Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allahlah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. (Q.S al Ankabuut 60).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala Sang Pencipta telah menjamin rizki seluruh makhluk, yang kuat maupun yang lemah. Betapa banyak “binatang melata”, di muka bumi ini yang lemah kekuatannya, rendah akalnya, “yang tidak dapat membawa (mengurus) rizkinya sendiri”. Dan tidak pula dapat menyimpannya, bahkan ia senantiasa tidak dapat dapat membawa rizkinya sedikitpun, namun Allah terus menyediakan rizki untuknya pada setiap saat sesuai dengan waktunya. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Jadi dalam hal rizki, kewajiban seorang hamba adalah bagaimana berusaha mencarinya, bukan memikirkan apakah dia akan dapat rizki atau tidak. Sungguh kalau Allah Ta’ala Yang Maha Kaya telah menjamin maka tidaklah patut bagi makhluk-Nya  untuk merasa khawatir akan kehilangan rizki ataupun tidak mendapatkannya.

Imam Ibnul Qayyim, mengingatkan kita agar merenungkan bagaimana rizki yang diberikan Allah berpindah dari sesuatu yang baik kepada yang lebih baik.
Kata beliau : Cobalah renungkan. Pada waktu seorang hamba masih berada dalam kandungan ibunya, diberi rizki oleh Allah melalui satu jalan saja yaitu melalui tali pusarnya.
Setelah lahir kedunia maka rizki melalui satu jalan tadi yaitu tali pusar ini dipotong. Dengan demikian putuslah pula rizkinya.  Tapi dengan kasih sayangNya pula, rizki yang satu jalan ini diganti oleh Allah dengan rizki dari dua jalan yaitu dua saluran asi dari ibunya,  yaitu minuman yang segar  dan lezat. Ini adalah rizki atau makanan terbaik bagi si bayi.

Selanjutnya, apabila seorang bayi telah  berakhir masa penyusuannya, maka sudah tertutup baginya rizki dari dua jalan saluran  asi ini.  Tapi Allah telah mempersiapkan rizkinya melalui empat jalan. Dua jalan berupa minuman yaitu air segar dan susu dan dua jalan berupa makanan yaitu  dari tumbuh-tumbuhan  dan hewan.  

Kemudian, setelah pintu rizki yang empat macam ini ditutup tersebab datangnya ajal, Allah bukakan  lagi kenikmatan baru dan jauh lebih hebat dari rizki dan kenikmatan yang lalu yaitu delapan pintu surga. Dan orang yang beriman dan bertakwa boleh memilih dari pintu mana saja dia mau masuk. (Lihat Fawaidul Fawaid).

Oleh karena itu kewajiban seorang hamba adalah berusaha mencari rizki yang halal dan membelanjakannya pada perkara perkara yang Allah Ta’ala ridha. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (967)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar