Jumat, 05 Juni 2015

SAHABAT MENANGIS MENJELANG WAFAT



SAHABAT MENANGIS MENJELANG WAFAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Disebutkan dalam berbagai riwayat bahwa para sahabat banyak yang menangis menjelang wafatnya. Tetapi tangis mereka tidak sedikitpun terkait atau tersebab akan berpisah dengan sesuatu yang mereka cintai dalam urusan duniawi. Sungguh sebab sebab menangisnya mereka memberikan pelajaran berharga buat kita dalam menjalani kehidupan dan kematian yang pasti datang kepada kita semua.

Diantara kisah menangisnya para sahabat adalah :

Pertama : Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab.
Umar bin Khaththab adalah Khalifah ke dua setelah Abu Bakar ash Shiddiq. Beliau ditunjuk sebagai Khalifah atau Amirul Mukminin, oleh Khalifah pertama Abu Bakar ash Shiddiq yaitu beberapa waktu sebelum beliau wafat yakni pada tahun ke 13 H. Umar bin Khaththab menjadi Amirul Mukminin selama 10 tahun yaitu sampai tahun 23 H. Beliau disebut sebagai pemimpin yang sangat adil. Beliau adalah salah seorang dari sahabat yang dijamin masuk surga.

Diriwayatkan bahwa setelah ditikam oleh Abu Lu’luah seorang budak Majusi, pada saat mengimami shalat shubuh. Beliau mengalami  luka parah pada perutnya.

Beberapa hari sebelum wafat beliau menangis. Lalu orang orang bertanya : Wahai Amirul Mukminin apa yang menyebabkan engkau menangis. Orang orang berkata kepadanya : Bergembiralah, karena melalui dirimu Allah telah menampakkan keadilan. Tetapi beliau terus menangis dan berkata : Bukankah aku akan dihadapkan kepada Rabbul ‘Alamin, lalu saya akan ditanya perkara umat ini. Demi Allah sekalipun seandainya aku telah berlaku adil  diantara mereka tentu aku masih takut tentang diriku bahwa mereka tidak memberikan kesaksiannya dihadapan Allah kecuali kesaksian yang didiktekan Allah kepada mereka. Lalu bagaimana dengan banyaknya perkara yang aku lalaikan ?. Air matanya mengalir deras. 

Ketika telah dekat ajalnya, Umar berkata : Dudukkan aku. Lalu beliau didudukkan. Kemudian beliau berkata : Aku yang Engkau perintahkan ya Allah, tapi aku tidak sepenuhnya mengerjakannya dan aku yang Engkau perintahkan ya Allah tapi aku durhaka. Kalimat ini diucapkannya sampai tiga kali. Lalu Umar mengucapkan : Laa ilaha ilallah. Dia mengangkat kepala dan  pandangannya berubah tajam. Dia  ditanya apa yang dilihatnya. Umar menjawab : Sesungguhnya aku melihat ada yang datang, mereka bukan dari golongan manusia dan bukan pula dari golongan jin. Kemudian beliau wafat. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Demikianlah keadaan saat saat terakhir menjelang  wafatnya Umar bin Khaththab. Beliau menangis karena takutnya kepada Allah Ta’ala karena (1) Sebagai Amirul Mukminin beliau akan ditanya tentang umat yang dipimpinnya. (2) Beliau merasa banyak perintah Allah yang belum dilakukannya dan banyak pula durhaka terhadap perintah Allah.(3) Beliau merasa banyak perkara yang dillaikannya.  

Kedua : Abdurrahman bin “Auf
Dia adalah salah satu diantara sahabat yang dijamin masuk  surga. Abdurrahman bin ‘Auf juga dikenal sebagai salah satu sahabat yang  sangat kaya  tapi dermawan.  Beliau telah menginfakkan hartanya dalam jumlah yang sangat banyak di jalan Allah untuk menegakkan dan membela Islam.
Pada saat mau meninggal dia menangis. Orang orang bertanya. Lalu dijawab : Aku khawatir Allah telah memberikan balasan (yaitu melalui nikmat rizki yang banyak bagiku) atas semua kebaikan dan amal shalih yang aku lakukan. Aku khawatir di akhirat aku tidak memperoleh apa apa lagi dari amal shalihku.

Jadi Abdurrahman bin ‘Auf menangis menjelang wafat karena (1) Merasa sudah diberikan nikmat yang banyak di dunia yaitu rezki dan harta yang berlimpah, yaitu sebagai balasan dari amal kebaikan yang dia lakukan. (2) Kalau memang demikian halnya maka dia merasa di akhirat tidak akan mendapat bagian apa apa lagi dari amalnya.

Ketiga : Abu Hurairah.
Dia adalah salah satu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Dalam Kitab Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa dia meriwayatkan hadits sebanyak 5.374 hadits, yang sesudahnya adalah Abdullah bin Umar meriwayatkan 2.630 hadits dan Anas bin Malik 2.266 hadits.

Abu Hurairah termasuk salah satu penolong (agama) Allah melalui hadits hadits yang dihafal dan diriwayatkannya.  Dia memiliki waktu yang banyak untuk selalu bersama Rasulullah dan itulah salah satu sebab dia menjadi sahabat nomor satu dalam meriwayatkan hadits. Imam al Bukhari berkata bahwa lebih dari 800 orang sahabat dan Tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.

Pada saat menjelang wafatnya beliau menangis. Lalu ditanya kenapa beliau menangis. Abu Hurairah menjawab : Perjalanan menuju akhirat itu sangatlah panjang dan berat, tapi perbekalanku hanya sedikit. Jadi beliau takut kalau bekalnya tidak cukup. Bukankah jika seseorang akan melakukan perjalanan yang panjang dan berat memerlukan bekal yang banyak.

Ketahuilah bahwa rute perjalanan yang akan kita tempuh menuju negeri akhirat adalah persis sama seperti yang akan dilalui Abu Hurairah, dan sebagaimana manusia umumnya, yaitu dimulai dengan sakaratul maut, kematian, alam kubur dan fitnahnya, padang Mahsyar yang berat, timbangan amal, melalui shiraat dan seterusnya sebelum sampai di  surga atau neraka.

Nah kalau sahabat sekelas Abu Hurairah menangis ketika akan wafat karena merasa kekurangan bekal lalu bagaimana dengan saya dan anda yang saat ini masih hidup. Masih pantaskah kita banyak bersenda gurau dan tertawa sehingga lalai dalam mempersiapkan bekal menuju akhirat ? Mari bertanya kepada diri masing masing, seberapakah amal shalih kita jika dibandingkan dengan Abu Hurairah. Pertanyaan : Mungkinkah kita menangis sebelum wafat, kalaupun memang menangis lalu apa yang kita tangisi ?
(Lihat Kitab Rihlah ilad Darul Akhirah, Syaikh Mahmud al Mishri Abu Amar)
 
Wallahu A’lam. (334)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar