Minggu, 07 Juni 2015

HIKMAH DIBALIK MUSIBAH



HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Musibah selalu akan datang kepada manusia kapan saja Allah berkehendak. Musibah itu bisa terjadi pada diri seseorang, keluarganya, hartanya atau yang lainnya. Itu ketetapan Allah yang pasti terjadi.

Banyak ayat al Qur-an dan as Sunnah yang menjelaskan hal ini, diantaranya adalah firman Allah :  “Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu aamannaa wa hum laayuftanuun” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya mengatakan, kami telah beriman dan mereka tidak diuji ?. (Q.S al Ankabuut 2).

Rasulullah bersabda : “Matsalul mu’mini kamatsaliz zar’i, laa tazaalur riihu tamiluhu, walaa yazaalul mu’minu yushibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya seperti tanaman, angin akan menerpanya, ia akan selalu mendapat cobaan. (H.R Imam Muslim)  
  
Jika ada musibah maka pertanyaan yang sering muncul adalah apakah musibah ini ujian, peringatan atau adzab. Sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu menjadi masalah. Bukankah itu semua sudah merupakan ketetapan Allah. Allah telah berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballhu lanaa, huwa maulaanaa wa ‘alallahi fal yatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah (Muhammad) : Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman.

Oleh karena itu yang penting adalah  bagaimana menyikapinya. Jika menerima dengan menggerutu dan mendongkol maka akan mendatangkan tiga macam kerugian. (1) Terima atau tidak, mendongkol atau tidak musibah itu tetap sudah terjadi karena itu sudah ketetapan Allah. (2) Tidak  mengambil pelajaran dari musibah sebagai sarana untuk muhasabah atau introspeksi diri. (3) Jika tidak menerima dengan sabar maka akan mendatangkan dosa.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin mengatakan bahwa : Bersabar itu wajib hukumnya dan beliau menyebutkan firman Allah dalam surat al  Anfal ayat 46 : “Washbiruuu, innallaha ma’ash shaabiriin” Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama orang orang yang sabar. 

Ada diantara  guru guru kita yang menjelaskan, Allahu A’lam,  bahwa musibah ini bermuara pada tiga keadaan :

Pertama : Musibah bagi orang orang yang fujur dan selalu bermaksiat adalah bentuk adzab yang diberikan di dunia sebelum adzab yang lebih berat di akhirat kelak.

Kedua : Musibah bagi orang orang yang   kadang kadang taat dan kadang kadang bermaksiat adalah bentuk peringatan  agar dia sadar dan selalu menjaga ketaatannya serta berusaha menjauhkan dirinya dari maksiat.

Ketiga : Musibah bagi orang orang yang beriman dan selalu beramal shalih adalah bentuk ujian. Ketahuilah bahwa dibalik ujian itu ada hikmah yang besar dan bermanfaat.

Khusus untuk point ketiga ini penulis ingin menukil sedikit peristiwa atau musibah berupa ujian yang pernah menimpa Prof. DR. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang kita kenal dengan sebutan Buya Hamka. Diantara tulisan atau karya beliau yang paling monumental adalah Kitab Tafsir al Azhar. 

Beliau menceritakan : Pada tanggal 12 Ramadhan 1383 H atau 27 Januari 1964 M. kira kira pukul 11 siang yaitu sehabis memberikan kajian untuk kaum Muslimat di Masjid al Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan saya pulang kerumah untuk sedikit beristirahat menjelang masuknya waktu shalat zuhur. 

Belum setengah jam saya berada di rumah lalu datanglah empat orang tamu. Saya mengira bahwa tamu tersebut adalah pengurus salah satu masjid yang akan meminta saya untuk memberikan ceramah atau kajian di masjidnya. Ternyata dugaan saya salah dan tak pernah terbayang sedikitpun sebelumnya. Rupanya tamu tersebut adalah petugas keamanan. Setelah saya temui tamu tersebut, tanpa banyak bicara, seorang diantara mereka menyerahkan selembar surat kepada saya.  Setelah saya baca ternyata surat itu adalah perintah penangkapan terhadap diri saya. Kemudian saya dibawa dan dimasukkan ke rumah tahanan.

Selanjutnya beliau mengatakan : Saya mendapat pengalaman dan hikmah yang sangat besar, yaitu dalam meresapi intisari ayat  5 dan 6 surat al Insyiraah. Allah berfirman : “Fa inna ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusraa”. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. 

Maka biarpun (dalam tahanan) saya tidak mau bermenung diri. Lalu datang petunjuk dari Allah. Segera saya baca al Qur-an. Pada 5 hari pertama berada dalam tahanan saya telah mengkhatamkan al Qur an tiga kali. Setelah itu saya tidak banyak lagi berfikir kapan saya bisa keluar.

Ketahuilah saudaraku, selama dalam tahanan  beliau membagi waktu antara mengkhatamkan bacaan al Qur-an dan menulis tafsir al Qur-an, disamping melakukan ibadah ibadah lainnya. Dengan pertolongan Allah Ta’ala, hasilnya sangatlah mengagumkan.

Pertama :  Dalam waktu  dua tahun empat bulan berada di tahanan, beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali. Kalau kita hitung dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau mengkhatamkan al Qur-an antara tiga sampai empat hari sekali.

Kedua : Yang lebih mengagumkan lagi bahwa disamping mengkhatamkan al Qur an lebih dari 150 kali beliau juga menyelesaikan tafsir al Qur an yaitu Tafsir Al Azhar sebanyak 28 juz. Untuk diketahui, sebelum masuk tahanan beliau telah menyelesaikan tafsir al Qur an  2 juz yaitu juz 18 dan juz 19.

Sungguh itulah hikmah dan prestasi yang besar, meskipun berada dalam tahanan. Semuanya itu beliau capai tentulah dengan pertolongan Allah Ta’ala  serta niat yang ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.

Mudah mudahan apa yang telah beliau lakukan ini semua menjadi amal shalih bagi beliau dan juga menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi kita semua.

Wallahu A’lam.   (336)       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar