Rabu, 10 Juni 2015

NASEHAT UNTUK PENCINTA DUNIA



SEKELUMIT NASEHAT UNTUK PENCINTA DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Memang di zaman ini banyak manusia yang seolah olah ingin menghabiskan umurnya untuk mengejar dunia. Dia telah tertipu oleh dunia, dikira dunia ini akan ada terus padahal dunia adalah semu, fatamorgana dan fana. Dia merasa dunia adalah segala galanya dan harus di kejar kalau perlu dengan berbagai cara. 

Berikut ini adalah sedikit nasehat yang insya Allah bermanfaat bagi saudara saudara saya sesama muslim, terutama yang saat ini masih terus berjuang habis habisan untuk mengejar dunia.

Pertama : Ketahuilah saudaraku, jika seseorang terus menerus mencintai  dan mengejar kehidupan dunia dipastikan dia akan lalai terhadap urusan akhirat dan bisa membuat agamanya rusak. Rasulullah bersabda : “Maa dzi’baani jaa-i’aani ursilaa fii ghanamin bi afsada lahaa min hirshil mar’i ‘alal maali wasy-syarafi lidiinih”. Dua serigala lapar yang dilepas di tengah kumpulan kambing, tak lebih merusak dibandingkan dengan sifat rakus manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya. (H.R Imam at Tirmidzi, Imam Ahmad dan Ibnu Hibban)   
   
Kedua : Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala Mahaadil. Jika seseorang berusaha untuk mendapatkan dunia maka Allah akan memberikan hasilnya berupa kenikmatan dunia. Di akhirat dia tidak mendapatkan apa apa dan apa yang mereka dapat berupa kehidupan dunia dengan segala  perhiasannya tidaklah bermanfaat sedikitpun untuk akhiratnya.

Allah berfirman : “Man kaana yuriidul hayaatad dun-yaa wa ziinatahaa nuwaffi ilaihim a’maalhum fiihaa wa hum fiihaa laa yubkhasuun. Ulaa-ikal ladziina laisa lahum fil aakhirati illan naar. Wa habitha maa shana’uu fiihaa wa baathilun maa kaanuu ya’maluun”. 

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas apa yang mereka lakukan di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka dan sia sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Hud 15-16).

Allah berfirman : “Waman yurid tsawaabad dun-yaa nu’tihii minhaa. Waman yurid tsawabal aakhirati nu’tihii minhaa. Wasanajzisy syaakiriin” Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu. Dan barangsiapa mengehendaki pahala akhirat Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Dan Kami memberikan balasan kepada orang orang yang bersyukur. (Q.S Ali Imran 145). 
  
Kiranya dua ayat ini sudah cukup memberi pelajaran yang berharga bagi kita bahwa jika kita mengejar dunia pasti akan diberi tetapi apa yang kita lakukan itu akan sia sia dan tidak bermanfaat sedikitpun untuk akhirat.

Ketiga : Semua orang percaya bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Keindahannya, kesenangan dan kenikmatannya  pasti akan punah. Semua orang meyakini ini. Tapi sangat banyak orang yang seolah olah tidak tahu, melupakan atau pura pura lupa karena dunia memang sepintas kelihatan menggiurkan. Ketahuilah bahwa  yang harus kita kejar adalah akhirat bukan dunia. Jangan salah pilih.

Allah telah memperingatkan  hamba hambanya untuk bersegera mencari akhirat dan mendapatkan surga. Allah berfirman : “Wa saari’uu ilaa maghfiratin min rabbikum wa jannatin ‘ardhuhas samaawaatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin” Dan bersegeralah kamu mencari ampunan Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Kenapa kita  disuruh bersegera ?. Ketahuilah bahwa kematian akan datang tiba tiba. Jadi bersegeralah.  Sehat atau sakit tidaklah merupakan  landasan dalam hal kematian. Orang bijak berkata : Sehat tidaklah menjauhkan seseorang dari kematian dan sakit tidaklah mendekatkan seseorang kepada kematian. Masih muda tidaklah menjauhkan seseorang dari kematian dan sudah tua tidaklah mendekatkan seseorang dari kematian. Semua adalah atas kehendak Allah Ta’ala semata.

Keempat : Orang yang melupakan akhirat pastilah akan menyesal setelah meninggalkan dunia. Allah berfirman :  Walau taraa idzil mujrimuuna naakisuu ru-uusihim ‘indarabbihim, rabbanaa absharnaa wa sami’naa farji’naa na’mal shaalihan inna muuqinuun” Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat orang orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya dihadapan Rabbnya. (Mereka berkata) Yaa Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (kedunia) niscaya kami akan mengerjakan amal shalih. Sungguh kami adalah orang orang yang yakin.  (Q.S as Sajdah 12).

Mereka menyesal minta dikembalikan ke dunia, untuk apa. Untuk mencari dunia dan akhirat yang fifty-fifty. Tidak, tidak untuk itu. Tapi mereka yang menyesal itu meminta agar dikembalikan ke dunia : Untuk tujuan melakukan amal shalih  saja. Tidak untuk melakukan yang lainnya. Kalau demikian apakah kita yang sudah ada di dunia masih ingin mencari fifty-fifty antara dunia dan akhirat dan setelah mati baru menyesal dan mita dikembalikan ke dunia untuk beribadah ?.

Kelima : Orang yang selalu mengejar kehidupan dan harta dunia maka akan jatuh kepada sifat serakah karena tidak akan pernah merasa puas. Orang yang serakah akan sangat sulit beribadah dengan ikhlas

Ketahuilah bahwa Imam Ibnul Qayyim berkata : Musuh ikhlas itu ada dua, satu diantaranya adalah sifat serakah. Sifat serakah kata beliau bila bercampur dengan ikhlas maka yang satu akan membunuh yang lain. Ibarat api dicampur dengan air, tidak akan pernah bersatu. Kalau apinya besar akan membunuh air dan kalau airnya besar akan membunuh api. Sifat serakah jika bercampur dengan ikhlas adalah seperti juga biawak bercampur dengan ikan, yang satu akan membunuh yang lain. Kalau ikannya lebih besar akan membunuh biawak dan kalau biawaknya lebih besar maka akan membunuh ikan. (Lihat Fawaidul Fawaid)

Keenam : Ketahuilah  bahwa Allah Ta’ala  menurunkan rahmatNya ke alam dunia ini   1 bagian saja. Rasulullah Salallahu alaihi wassallam  pernah menjelaskan  bahwa sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat, sementara Dia menurunkan rahmat itu hanya 1 bagian  saja di dunia ini, di antaranya untuk jin, manusia, hewan, dan binatang serangga. Dengan rahmat itulah mereka saling santun-menyantuni dan sayang-menyayangi. Dengan rahmat yang 1 bagian itu pula binatang buas mengasihi anaknya.

Dan Allah Ta’ala akan mengakhirkan 99 bagian dari rahmatNya itu di hari akhirat kelak. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya: “Sesungguhnya Allah memiliki 100  rahmat. 1 bagiannya Dia turunkan untuk jin, manusia dan hewan. Dengan rahmat itu mereka saling santun menyantuni dan sayang menyayangi sehingga binatang buas sekalipun menyayangi anaknya. Sementara 99 bagian  rahmatNya yang lain  akan Allah berikan kepada hamba-hamba yang dirahmatiNya di hari kiamat”.(H.R Imam Muslim)

Untuk siapakah rahmat itu? Rahmat Allah yang 99 bagian  itu tentu hanya diberikan kepada para  penghuni surga. Karena surga adalah reward untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dari kalangan para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
Jadi rahmat Allah yang kita kejar di dunia ini hanya 1 bagian dari 100 rahmat yang Allah turunkan ke bumi. Lalu yang 99 bagian lainnya mau kita abaikan demi mendapatkan yang 1 bagian karena cara berfikir kita yang sungsang. ? Allahu Akbar.

Ketujuh :  Ada  yang mengatakan bahwa dunia dan akhirat itu harus dikejar dengan seimbang atau fifty fifty. Orang yang berpikiran seperti ini sebenarnya dia telah berbohong untuk menutup upaya dan kecintaannya mengejar dunia. Perhatikanlah, apakah mereka sanggup untuk memanfaatkan waktu mengejar dunia hanya  12 jam dan untuk urusan akhirat atau beribadah 12 jam pula ?. Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab dengan benar.

Kedelapan : Para pencinta dunia yang selalu mengejar dan  mengumpulkan harta, mungkin berfikir bahwa kalau dia memiliki harta yang banyak maka semua kebutuhan dan kenikmatan hidup bisa dibeli. Ketahuilah saudaraku bahwa tidak semua bisa dibeli dengan uang.

Perhatikanlah beberapa ungkapan orang bijak berikut ini : (1) Uang memang bisa membeli makanan yang paling enak dan paling mahal, tapi uang tidak mampu membeli selera makan padahal untuk makan, manusia butuh selera makan. (2) Uang memang bisa membeli tempat tidur yang empuk dan paling mahal, tapi uang tidak mampu membeli tidur padahal manusia butuh tidur. (3) Uang memang bisa membeli peralatan komputer yang paling canggih, tapi uang  tidak mampu membeli otak padahal manusia butuh otak. (4) Uang memang bisa membeli sex tapi uang tidak mampu membeli cinta dan kasih sayang padahal manusia butuh cinta dan kasih sayang. (5) Uang  memang bisa membeli rumah yang paling mewah dan paling mahal tapi uang tidak mampu membeli home sweet home, sungguh tidak ada mata uang yang paling kuatpun di dunia ini,  mampu membeli baiti jannati, rumahku surgaku.

Selanjutnya mari kita perhatikan nasehat uswatun hasanah kita yaitu Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahualaihi wasallam bersabda :“Laisal ghinaa katsratil ‘aradhi walakinal ghinaa ghinal nafsi” Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dalam riwayat Ibnu Hibban, Nabi shallallahualaihi wa sallam memberi nasehat berharga kepada sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahuanhu berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya (ghani)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya (ghani) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (H.R Ibnu Hibban).

Kesembilan : Jika ada yang mengatakan bahwa hidup di dunia adalah separo untuk mencari dunia dan separo untuk akhirat maka ini adalah ungkapan yang tidak tepat. Mungkin dia berdalil dengan surat al Qashash 77 : “Wabtaghi fiimaa ataakallahud darul aakhirah. Walaa tansa nashiibaka minad dun-yaa. Wa ahsin kamaa ahsanallahu ilaika. Walaa tabghil fasaada fil ardhi. Innallaha laa yuhibbul mufsidiin”.  Dan carilah pada sesuatu yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada hamba hamba Allah) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu  dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan.  (Q.S al Qashash 77). 

Ayat 77 dari surat al Qashash ini bukanlah bermakna  bahwa manusia berkewajiban mencari dunia dan akhirat secara seimbang atau dengan istilah yang sering dipakai fifty-fifty. Tidak, tidak demikian maknanya.  

Ketahuilah bahwa ayat 77 ini bukanlah ayat yang berdiri sendiri  tapi adalah satu kesatuan dengan ayat sebelum dan sesudahnya yaitu ayat 76 sampai 82. Ayat 76, 78 sampai  82 adalah berkisah tentang Qaarun. Qaarun, sebagaimana kita ketahui adalah makhluk Allah yang hidup di zaman nabi Musa, bahkan dia adalah anak paman nabi Musa. Setelah dia kaya raya, datang kesombongan dan kekikirannya.Dia tidak mau menginfakkan sebagian hartanya maka  akhirnya dia ditenggelamkan Allah kedalam bumi bersama hartanya. 

Nah, ayat 77 al Qashash ini adalah juga tentang Qaarun yaitu berupa nasehat yang penting dan terutama ditujukan kepada Qarun yang melalaikan akhirat dengan hartanya yaitu sangat pelit atau kikir untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah. Lalu ditegur melalui ayat ini. Lihatlah kalimat pembuka ayat ini :“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu” Yaitu bersedekahlah dan berinfaklah dengan harta yang telah diberikan Allah kepada engkau wahai Qaarun (dan juga orang orang yang semisalnya).

Perhatikanlah saudaraku : (1) Jika anda hidup untuk mencari dunia separo dan mencari akhirat separo atau dengan istilah fifty fifty berarti  anda berada posisi berseberangan dengan firman Allah dalam surat adz Dzaariat 56 : Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa li ya’buduun” Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. Ayat ini menjelaskan bahwa umur anda semuanya harus digunakan untuk ibadah kepada Allah. Prof. DR Hamka dalam Kitab Tafsir al Azhar menyebutkan bahwa tidak ada kegunaan manusia diciptakan Allah kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya.
 
(2) Allah memberikan nikmat kepada anda terus menerus mulai sejak anda masih dalam kandungan sampai wafat. Nikmat Allah yang anda manfaatkan terus menerus ada pada setiap detik dari kehidupan anda. Bahkan nikmat Allah yang anda peroleh tidak terhingga, tidak bisa dihitung. Lalu anda hidup di dunia pakai hitungan fifty fifty untuk dunia dan akhirat. Allah berfirman : “Wain ta’udduu ni’matallahi laa tuhshuuhaa, innal insaana lazhaluumun kaffaar”. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh manusia itu sangan zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) Q.S Ibrahim 34.  
  
Sebagai penutup kami nukilkan satu firman Allah yang wajib kita perhatikan, yaitu dalam surat Faathir ayat 5 : “Yaa aiyuhan nasu inna wa’dallahi haqqun falaa taghurran nakumul hayaatud dun-yaa, walaa yaghurrannakum billahil gharuur”. Wahai manusia. Sungguh janji Allah itu benar maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syaithan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.

Mudah mudahan  bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (341) 

1 komentar: