Rabu, 17 Juni 2015

BERTAWAKAL HANYA KEPADA ALLAH



BERTAWAKAL HANYA KEPADA ALLAH SAJA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Secara bahasa tawakal adalah dari kata tawakala yang bermakna menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. Jadi seorang yang bertawakal kepada Allah adalah orang yang menyerahkan dan mempercayakan segala urusannya kepada Allah. 

Imam al Gazali berkata : Tawakal adalah menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya pada waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai dengan jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Ketahuilah bahwa tawakal tidak sepenuhnya identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Tawakal harus didahului oleh usaha yang maksimal. Hilangnya usaha maka hilang pulalah hakikat dari tawakal itu. Dari Anas bin Malik, seorang  berkata kepada Rasulullah : Ya Rasulullah, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal atau aku lepas dia dan aku bertawakal. Rasulullah bersabda : Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah (H.R Imam at Tirmidzi).

Hakikat tawakal.
Dalam Kitab Fathul Majid antara lain disebutkan bahwa : Bertawakal kepada Allah maksudnya adalah (1) Bersandar kepadaNya dengan sepenuh hati mereka dan (2) Menyerahkan segala urusan mereka kepadaNya (3) Tidak berharap dari selainNya (4) Tidak condong dan berharap kecuali kepadaNya.
Mereka mengetahui  bahwa apa yang dikehendakiNya pasti terjadi. Dialah yang menjalankan kerajaanNya dengan sendiriNya dan patut disembah dan tidak ada sekutu bagiNya.  

Tawakal sangat berkaitan dengan iman.
Bertawakal adalah salah satu kewajiban seorang mukmin dan termasuk syarat syarat iman. Bahkan tawakal adalah tingkatan paling agung dari penerapan :  ‘Iiyaaka na’budu wa iiyaaka nasta’iin”.  Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.  (Q.S al Fatihah 3).
Allah berfirman : “Wa ‘alallahi fa tawakkaluu inkuntum inkuntum mu’miniin” Dan bertakwalah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang orang yang beriman.(Q.S al Ma-idah 23).

Ibnul Qayyim berkata dalam memberikan makna ayat ini : Allah menjadikan tawakal kepada-Nya sebagai syarat dalam keimanan maka tidak adanya tawakal menunjukkan tidak adanya iman. 

Allah berfirman : “Wa qaala muusaa yaa qaumi inkunttum aamantum billahi fa’alaihi tawakkaluu inkuntum muslimiin”  Dan Musa berkata : Wahai kaumku. Apabila kamu beriman kepada Allah maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar benar orang muslim (berserah diri).  Q.S Yunus 84. 

Nabi Musa menjadikan tawakal sebagai  bukti kebenaran sikap berserah diri. Jika imannya kuat maka tawakalnya akan lebih kuat. Jika imannya lemah maka lemah pula tawakalnya kepada Allah. Jika sikap tawakal menjadi lemah maka itu menunjukkan lemahnya iman. Allah Ta’ala menggabungkan antara tawakal dan ibadah, antara tawakal dan iman antara tawakal dan Islam dan antara tawakal dan hidayah. (Lihat Fathul Majid).  
 
Perintah bertawakal.
Orang orang yang beriman akan senantiasa berada dalam kebaikan dan dalam pemeliharaan  Allah Ta’ala jika mereka bertawakal kepadaNya. Sangatlah banyak ayat ayat al Qur an yang menyuruh manusia untuk bertawakal kepadaNya, diantaranya adalah :

Pertama : “Fa’buduhu wa tawakkal ‘alaihi, wa maa rabbuka bi ghaafilin ‘amma ta’maluun”  Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepadaNya. Dan Rabbmu tidak akan lalai terhadap apa yang kamu kerjakan.  (Q.S Huud 123)

Kedua :  “Wa tawakkal ‘alallahi wa kafa billahi wakiilaa”.Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara.  (Q.S al Ahzaab 3)

Ketiga : “Wattaqullahal ladzii ilaihi tuhsyaruun”  Dan bertawakallah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.  (Q.S al Mujaadilah 9) 

Keutamaan bertawakal.  
Diantara keutamaan yang akan diperoleh seorang hamba yang bertawakal adalah sebagaimana disebutkan dalam surat ath Thalaq ayat 3 yaitu Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Allah berfirman : Waman yatawakkal ‘alallahi fahuwa hasbuh. Innallaha baalighu amrihii, qad ja’alallahu likulli syai-in qadraa”. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu.   

Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah” maknanya adalah (bertawakal) dalam urusan agama dan dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan maksud untuk mendapatkan apa apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa yang mudharat serta percaya sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan.

Selanjutnya Syaikh berkata : “Niscaya  Allah akan mencukupkan (keperluan) nya” . Maksudnya adalah bahwa Allah akan mencukupi keperluan yang disandarkannya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan berada dalam tanggungan Yang Mahakaya, Mahakuat, Mahaperkasa lagi Mahapenyayang, maka Dia paling dekat dengan hambaNya melebihi segala sesuatu.

Hanya saja mungkin hikmah ilahi mengharuskan pemberian itu ditunda sampai waktu yang tepat bagi hamba yang bersangkutan. Karena itu Allah berfirman : Sesungguhnya Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Maksudnya, keputusan dan ketetapanNya pasti berlaku. (Kita Tafsir Kariimir Rahman).

Insya Allah  bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam.  (350). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar