Rabu, 10 Juni 2015

MAKNA SYAITHAN DIBELENGGU



MAKNA SYAITHAN DIBELENGGU BULAN RAMADHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia mempunyai musuh yang nyata yaitu syaithan yang selalu berusaha menggoda dan mendorongnya untuk melakukan kemaksiatan dan dosa. Allah berfirman : “Innamaa ya’murukum bis suu-i wal fahsyaa-i wa an taquuluu ‘alallahi maa laa ta’lamun”.   Sesungguhnya (syaithan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah (Q.S al Baqarah 168).

Pada setiap bulan Ramadhan para syaithan itu dibelenggu yaitu sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah : “Idza dakhala ramadhan futtihat abwaabul jannati wa ghuliqat abwaabu jahannama wa sulsilatisy syayatiin.” Jika telah datang bulan Ramadhan pintu pintu surga dibuka, pintu pintu neraka ditutup dan syaithan syaithan dibelenggu. (Mutafaq ‘alaihi).

Imam al Qurthubi rahimahullah menguatkan pendapat yang membawa hadits ini kepada makna  sesuai zahirnya. maka apabila ada yang bertanya : Mengapa kita masih melihat banyak keburukan dan kemaksiatan terjadi di bulan Ramadhan padahal setan-setan telah dibelenggu, tentu mestinya hal itu tidak akan terjadi ? Maka jawabannya adalah:

Pertama : Ketahuilah bahwa kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang orang yang berpuasa apabila dia melaksanakan puasanya dan memperhatikan syarat syarat puasa dan menjaga adab adabnya. 

Kedua : Atau bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu itu hanyalah syaithan yaitu para pembesar syaithan bukan syaithan seluruhnya, sebagaimana disebutkan pada sebagian riwayat hadits.

Ketiga : Atau bisa juga maksudnya adalah pengurangan keburukan keburukan di bulan Ramadhan dan ini sesuatu yang dapat disaksikan yaitu terjadinya kemaksiatan di bulan Ramadhan lebih sedikit dibanding bulan lainnya. Karena dibelenggunya seluruh syaithanpun tidak dapat memastikan keburukan dan kemaksiatan hilang sama sekali. Sebab terjadinya kemaksiatan itu juga karena banyak sebab selain syaithan seperti jiwa yang buruk, kebiasaan yang tidak baik dan godaan syaithan syaithan dari golongan manusia. 
       
Keempat : Dan berkata ulama selain Imam al Qurtubi bahwa dibelenggunya setan-setan di bulan Ramadhan adalah isyarat bahwa telah dihilangkannya alasan bagi seorang mukallaf (orang yang sudah dibebani kewajiban syariat)  dalam melakukan dosa. Seakan akan  dikatakan kepadanya : Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan maksiat. (Sebagaimana disebutkan dalam Fathul Bari).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin ditanya : Ya Syaikh, syaithan syaithan dibelenggu pada hal kita lihat ada orang orang yang kerasukan jin pada siang hari Ramadhan. 

Beliau menjawab : (1) Dalam sebagian riwayat hadits (disebutkan) bahwa syaithan syaithan pembangkang dibelenggu (pada bulan Ramadhan) atau diikat, yaitu dalam riwayat Imam an Nasa’i. (2) Hadits seperti ini termasuk perkara ghaib. Sikap seorang muslim adalah menerima dan membenarkannya. Dan tidaklah kita memperbincangkannya (apa kenyataan sesungguhnya) di balik itu. Sikap ini lebih menyelamatkan agama seseorang dan lebih baik akibatnya. (3) Oleh karena itu ketika Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata kepada bapaknya : Sesungguhnya (ada) orang kerasukan (jin) pada bulan Ramadhan (mengapa sampai terjadi pada hal syaitan dibelenggu). Imam Ahmad bin Hambal menjawab : Begitulah hadits ini (menjelaskan) jangan membicarakan (lebih dalam masalah) ini. (4) Nampaknya yang dimaksud dibelenggu adalah dibelenggunya syaithan dari upayanya menyesatkan manusia, dengan dalil banyaknya kebaikan dan (banyaknya) orang yang bertaubat kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadhan (Majmu’ Fatawa, Syaikh Utsaimin) 
 
Ketahuilah bahwa timbulnya kemaksiatan di bulan Ramadhan  adalah juga karena manusia itu sendiri yang memang dibekali dengan hawa nafsu.  Dan hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Allah berfirman : “Wa maa ubarri-u nafsii, innan nafsa la-ammaa ratun bis suu-i illa maa rahima rabbi”. (Yusuf berkata) Dan aku  tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku (Q.S Yusuf 53)

Dalam kitab Tafsir Kariimir Rahman di sebutkan bahwa : “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan” maknanya adalah seringkali (nafsu itu) memerintahkan pemiliknya untuk berbuat keburukan yakni perbuatan keji dan segala dosa. 
 
Manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah. Kelemahannya ini bisa membuat manusia berbuat keburukan di bulan Ramadhan meskipun tanpa  tipu daya syaithan karena syaithan sudah dibelenggu. 

Syaikh as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman).  Allah berfirman : “Wa khuliqal insaanu dha’iifaa”. Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisaa’ 28.)

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (342)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar