Kamis, 14 Desember 2023

TIDAK BAIK MEMELIHARA SIFAT SUKA MARAH

 

TIDAK BAIK MEMELIHARA SIFAT SUKA MARAH

Disusun oleh : Azwir B.Chaniago

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa ada seseorang datang menemui Rasulullah Salallahu ‘alahi Wasallam meminta wasiat yaitu sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini : 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : Berilah aku wasiat. Beliau menjawab : Janganlah engkau marah. Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab : Janganlah engkau marah. (H.R Imam Bukhari).

Al Imam Ibnu Hajar al Asqalani mengabarkan bahwa Imam al Khaththabi berkata : Arti perkataan beliau YAKNI JANGAN MARAH adalah jauhi sebab sebab marah dan jangan melakukan sesuatu yang mengarah kepadanya. Sementara marah itu sendiri TIDAKLAH TERLARANG karena marah adalah tabiat yang tidak akan hilang dari diri manusia. (Fathul Bari).

Syaikh Abdurrahman as Sa’di berkata : Jangan marah, dalam hal ini mengandung dua makna : 

(1) Melatih diri untuk meredam emosi, berhias dengan akhlak mulia, sabar menghadapi gangguan dan provokasi orang lain. Bukan (maknanya) marah itu sendiri karena marah itu sulit untuk dihindarkan.

(2) Tidak melampiaskan konsekwensi marah seperti mencela, bertengkar, merusak bahkan sampai mentalak istri. Namun (jika terpicu untuk marah) dia bisa meredam dan mengendalikan marahnya agar tidak melampaui batas. (Bahjah Qulubil Abrar).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Adapun kemarahan, yang erat kaitannya dengan kebencian. Sifat ini bisa dihilangkan dengan mengenal diri sendiri. Menyadari bahwa kita tidak berhak marah dan dendam terhadap orang lain hanya karena memenuhi tuntunan nafsu semata. Sebab sikap yang demikian itu menunjukkan lebih diutamakannya SIKAP RIDHA DAN BENCI KARENA HAWA NAFSU dari pada sikap ridha dan benci karena Allah Ta'ala.

Cara terampuh untuk menghilangkan sifat marah ini adalah dengan membiasakan marah karena Allah Ta'ala dan ridha karena-Nya. Sebab apabila marah dan ridha karena Allah Ta'ala sudah masuk kedalam jiwa, maka hal yang berlawanan dengannya yaitu marah dan ridha karena hawa nafsu akan keluar dari jiwa. Demikian pula sebaliknya. (Fawaidul Fawaid).

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak jalan untuk meredakan marah yang dianjurkan dalam syariat Islam. Satu diantaranya adalah dengan membaca kalimat TA'AWUDZ, sebagaimana hadits dari Sulaiman bin Shurad, dia berkata :

كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ، فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ، وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ “

Pada suatu hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua orang lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya.

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda : Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang kemarahan yang dialaminya. (H.R Imam Bukhari).

Wallahu A'lam. (3.170).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar