Kamis, 11 Februari 2021

JAGA DIRI AGAR TIDAK SOMBONG KARENA BANYAK IBADAH

 

JAGA DIRI AGAR TIDAK SOMBONG KARENA BANYAK IBADAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Syaikh Syaikh Abu Bakar Jabir al Jazairi menyebutkan ada lima pemicu atau pendorong manusia untuk berlaku sombong. Satu diantaranya, kata beliau, adalah BANYAK BERIBADAH. Seseorang yang banyak beribadah (MUNGKIN SAJA BISA) jatuh kepada ujub dan akhirnya mendatangkan kesombongan karena merasa ibadahnya lebih banyak dan lebih baik dari orang lain.  

Apalagi jika ada orang yang mengatakan kagum terhadap banyak amal ibadahnya. Jadi berhati hatilah dalam beribadah jangan pernah merasa lebih baik atau lebih hebat dari orang lain. (Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu).

Saudaraku, sungguh sangat  tak patut seorang hamba  merasa ujub yang berujung pada kesombongan KARENA MERASA  telah banyak beribadah. Ketahuilah bahwa :

(1) Sejatinya kita bisa beribadah adalah atas karunia dan rahmat Allah Ta’ala. Dengan begitu maka tak sepantasnya diri ini berbangga bangga dengan ibadah yang akhirnya bisa jatuh kepada kesombongan.

(2) Sungguh sebenarnya ibadah ibadah yang kita lakukan SANGATLAH SEDIKIT bila dibanding amal orang shalih  terdahulu dan orang orang shalih di zaman ini.

(3) Tidak ada jaminan bahwa amal shalih yang kita lakukan bernilai penuh di sisi Allah Ta’ala. Ketika kita shalat fardhu dan banyak pula ditambah dengan shalat sunnah bisa jadi nilainya rendah. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

Benar benar ketika seseorang selesai (dari shalatnya), namun tak ditulis pahala baginya melainkan hanya 1/10 shalatnya, atau 1/9 atau 1/8 atau 1/7 atau 1/6 atau 1/5 atau 1/4 atau 1/3, atau 1/2-nya. (H.R Abu Daud,  dishahihkan  Syaikh al Albani).

 Begitupun dengan ibadah puasa yang bisa jadi hanya mendapat lapar dan haus saja sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga. (H.R ath Thabrani Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi).

(4) Kalau pun kita telah banyak beribadah dengan baik dan bernilai di sisi Allah tapi ingatlah mungkin kita pernah menzhalimi orang lain dan belum sempat meminta maaf dan meminta ridhanya. Ketahuilah bahwa di akhirat kelak, KETIKA SUDAH TIDAK ADA DINAR DAN DIRHAM, orang orang yang dizhalimi menuntut keadilan kepada Allah Ta’ala atas kezhaliman yang diterimanya dari orang lain.

Ketika Allah mengabulkan permohonan orang yang pernah dizhalimi maka YANG MENZHALIMI  harus membayar dosa kezhalimannya dengan amal shalih atau hasil dari ibadah. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda tentang orang  yang muflis :

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Apakah kalian tahu siapa orang yang muflis ?. Para sahabat menjawab : Muflis (orang bangkrut) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Muflis dari umatku ialah : Orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, pahala puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan  menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak).

Maka orang-orang itu akan diambil  pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.  (H.R Imam Muslim).

 Lalu dengan keadaan yang demikian masih mungkinkah atau masih pantaskah seorang hamba  untuk berbangga sampai menjadikan diri sombong ketika merasa telah banyak beribadah ?. Wallahu A’lam. (2.226).   

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar