Jumat, 05 Februari 2021

APA YANG MENDORONG MANUSIA BERBUAT MAKSIAT

 

APA YANG MENDORONG MANUSIA BERBUAT MAKSIAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa maksiat yang dilakukan manusia berakibat buruk baginya. Diantaranya adalah bahwa MAKSIAT MENDATANGKAN BENCANA BERUPA MUSIBAH. Allah Ta’ala berfirman :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. ar Rum  41.

Syaikh as Sa’di berkata : Kerusakan penghidupan dan berkurangnya serta terjadi bencana seperti sakit dan musibah lainnya karena perbuatan dosa manusia. Agar mereka sadar bahwa dia disegerakan hukumannya di dunia agar mereka memperbaiki diri. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)    

Allah Ta’ala  berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ    

Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian.

Ibnu Qayyim al Jauziyah rahimahullah mengatakan : Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa. (Al Jawabul Kaafi)

Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan : Tidaklah disandarkan suatu kejelekan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah  disebabkan karena dosa. (Latha’if Ma’arif).

Oleh karena itu, ketika seseorang sulit menghindari perbuatan dosa dan maksiat maka akan berujung kepada musibah demi musibah.  Cuma saja, sebagian manusia selalu tergoda untuk berbuat maksiat. Sulit untuk menahan diri dan berhenti perbuatan dosa. Diantara penyebabnya adalah :

Pertama : Tak mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu. 

Manusia memiliki hawa nafsu dan hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Alah Ta’ala berfirman : 

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

(Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).

Allah Ta’ala berfirman :

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun ?. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang zhalim. (Al Qashash 50).

Syaikh as Sa’di berkata : (Orang yang mengikuti hawa nafsunya) jadi, dialah orang yang paling sesat karena ketika ditawarkan kepadanya petunjuk dan jalan lurus yang dapat mengantarkan kepada Allah Ta’ala dan kepada negeri yang kemuliaan-Nya yaitu surga, dia tidak menghiraukannya dan tidak pula mendatanginya.

Ketika dibujuk oleh hawa nafsunya untuk menelusuri jalan jalan yang dapat menjerumuskan kepada kebinasaan dan kesengsaraan maka dia pun mengikutinya dan meninggalkan petunjuk. Maka apakah ada seseorang yang lebih sesat dari pada orang yang seperti itu karakternya ?. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Berteman dengan orang yang buruk kelakuannya.

Teman, apalagi teman akrab akan memberi pengaruh kepada sifat dan akhlak seseorang. Ketika bergaul dengan orang orang berakhlak buruk dan suka bermaksiat maka akan memberi pengaruh buruk pula kepada teman temannya. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan tentang keharusan memilih teman yang baik. Beliau bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga : Lupa bahwa dirinya akan mati dan harus mempertanggung jawabkan perbuatan buruknya.

Diantara penyebab manusia suka berbuat dosa dan maksiat adalah LUPA BAHWA DIA AKAN MATI. Kalaupun ingat mati tapi tak paham bagaimana kehidupan setelah mati. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ   

 

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. (H.R Ibnu Majah, at Tirmidzi, an Nasai dan Imam Ahmad).

Imam al Qurthubi berkata bahwa para ulama memberi nasehat : Mengingat kematian dapat MENGHALAGI SESEORANG DARI MELAKUKAN KEMAKSIATAN.  Melunakkan hati yang keras, menghilangkan perasaan gembira dengan dunia dan meringankan segala musibah. (Kitab at Tadzkirah). 

 

Oleh sebab itu bersungguh sungguhlah mengendalikan hawa nafsu dan perbanyaklah mengingat kematian agar bisa menjauh dari perbuatan  maksiat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.216).  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar