Senin, 17 Februari 2020

UCAPAN BISA MENGANTARKAN KE SURGA ATAU KE NERAKA


UCAPAN BISA MENGANTARKAN KE SURGA ATAU
MELEMPARKAN KE NERAKA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh kemampuan berbicara adalah salah nikmat yang besar diantara nikmat nikmat yang Allah Ta’ala berikan kepada manusia. Bahwa ketika mendapat nikmat maka kewajiban kita adalah menggunakan untuk sesuatu yang mendatangkan ridha-Nya. Hati hatilah jangan sekali kali menggunakan lisan untuk keburukan. 

Ingatlah bahwa semua yang kita ucapkan pasti tercatat di sisi Allah Ta’ala yaitu sebagaimana firman-Nya :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ

(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya) yang satu duduk disebelah kanan dan yang lain disebelah kiri. Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Q.S Qaf 17-18.

Sungguh semua yang kita ucapkan dan kita perbuat pasti akan ditanya kelak. Allah Ta’ala berfirman :

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. al Isra 36).

Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat di atas adalah sebagai larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir).

Oleh karena itu nikmat berbicara haruslah digunakan untuk sesuatu yang baik dan memberi manfaat bagi diri sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam sabda beliau :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi)

Imam asy Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas, yaitu : Jika engkau hendak berkata maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (jangan mengucapkan perkataan tersebut). Arba’in an Nawawiyyah.

Selain itu, ketahuilah para sahabat juga memberi nasehat tentang menjaga lisan :

(1) Umar bin Khaththab berkata : Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah).

(2) Ibnu Mas’ud berkata : Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukuplah bagi seseorang untuk berbicara seperlunya” (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Sungguh sangat penting kita pahami bahwa UCAPAN BISA MENGANTARKAN KE SURGA DAN BISA JADI PULA MELEMPARKAN SESEORANG KE NERAKA.
Oleh karena itu BERSUNGGUH SUNGGUHLAH menjaga lisan dari perkataan perkataan yang buruk. Jangan berbicara sembarangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggingatkan  dalam sabda beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah berikut ini :

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. 

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan TERSEBAB PERKATAAN TERSEBUT DIA DILEMPARKAN KE DALAM API NERAKA.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Wallahu A’lam. (1.890)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar