Selasa, 13 November 2018

BERUSAHALAH AGAR BENAR BENAR BISA KHUSYU'



BERUSAHALAH AGAR BENAR BENAR BISA KHUSYU’ 
DALAM SHALAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Imam Ibnu Katsir berkata : Khusyu’ adaah thuma’ninah, perlahan lahan, tenang dan menundukkan diri. Yang demikian itu karena mereka MERASA TAKUT DAN DIAWASI OLEH ALLAH TA’ALA. Yaitu sebagaimana sabda Rasulullah :

“Beribadahlah kamu kepada Allah seolah olah kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu” (H.R Imam Bukhari). Lihat Tafsir Ibnu Katsir. 

Syaikh as Sa’di berkata : Orang yang khusyu’ shalatnya adalah orang yang : (1) Hatinya menghadap Allah. (2) Hatinya merasa tenang. (3) Tidak memandang ke kiri dan ke kanan. (4) Sopan dihadapan Allah. (5) Memahami apa yang dibaca dan apa yang dilakukan mulai awal sampai akhir. (6) Tidak ada was was dan pemikiran yang hina. Kata beliau : INILAH ROHNYA  yang menjadi tujuan pelaksanaannya. Itulah yang diwajibkan untuk para hamba. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Allah Ta'ala berfirman :

 قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُون الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Sungguh beruntung orang orang yang beriman. (yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya. (Q.S al Mu’minun 1-2)

Syaikh as Sa’di berkata : Shalat yang tidak memuat unsur kekhusyu’an sama sekali dan tanpa penghayatan hati, KENDATIPUN SUDAH CUKUP MENGGUGURKAN KEWAJIBAN DAN MENDATANGKAN PAHALA, namn sungguh besar kecilnya pahala tergantung dengan sejauh mana HATI MENGHAYATI SHALATNYA. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Mengenai khusyu’ dalam shalat, Imam Ibnul Jauzi berkata tentang makna atau sesuatu yang bisa menuju kepada shalat khusyu’ yaitu :
 
Pertama : Mengosongkan hati dari segala sesuatu yang bisa mengacaukan fikiran Hal ini bisa dilakukan dengan kesungguhan. Ketika seseorang bersungguh sungguh dalam melakukan suatu hal  maka secara otomatis hati akan menjadi khusyu’. Tidak ada cara lain untuk bisa khusyu’ kecuali dengan sungguh sungguh dalam melaksanakan shalat.
 
Kesungguhan atau ketetapan hati hati bisa berubah menjadi lebih kuat dan bisa berubah menjadi lebih lemah. Semua itu tergantung kepada keimanan terhadap akhirat dan kebencian terhadap dunia.  Ketika seseorang melihat bahwa dia tidak bisa khusyu’ ketika melaksanakan shalat maka ketahuilah bahwa hal itu karena lemahnya iman yang ada dalam hatinya Oleh karena itu berusahalah dengan sekuat tenaga untuk menguatkan keimanan. 

Kedua : Memahami lafal shalat. Sesungguhnya hal itu bisa menumbuhkan rasa khusyu’ dalam hati karena barangkali hati lebih fokus pada lafalnya bukan pada maknanya.

Jika demikian hendaknya ia mengalihkan perhatian untuk mengenali makna sehingga seseorang bisa membuang pikiran yang mengacaukan. Hendaknya dia juga membuang hal hal yang bisa mengacaukan pikiran karena jika hal hal yang bisa mengacaukan pikiran tersebut masih ada dalam hati maka hati tidak akan bisa berpaling darinya. 
 
Ketiga : Mengagungkan dan memuliakan Allah Ta’ala yaitu : (1) Mengenal kebesaran dan keagungan Allah Ta’ala. (2) Menyadari kerendahan jiwanya dan menyadari bahwa jiwanya jauh dari Rabb-nya.

Dengan memahami perkara ini maka hati menjadi lebih khusyu’ dan tenang. Selain itu masih perlu ditambah dengan harapan. Bagaimanapun juga harapan bisa menambah rasa takut.
Berapa banyak malaikat yang memuliakan Allah  karena takut akan kekuasaan-Nya dan berharap untuk mendapat kebaikan-Nya. Oleh karena itu orang yang mengerjakan shalat hendaknya mengharapkan pahala sebagaimana dia takut hukuman karena meninggalkannya. (Mukhtashar Minhaajul Qaashidin).

Oleh karena itu seorang hamba haruslah benar benar berusaha agar bisa lebih khusyu’ dalam setiap shalatnya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallah A’lam. (1.455). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar