Rabu, 21 November 2018

AMALAN BULAN MUHARRAM YANG TAK DIAJARKAN NABI



AMALAN BULAN MUHARRAM YANG TAK DIAJARKAN NABI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah. Hakikatnya bulan  Muharram ini sama seperti bulan bulan yang lainnya. Ketahuilah bahwa semua bulan adalah baik apalagi jika diisi dengan AMAL SHALIH YANG MEMANG DISYARIATKAN. 

Bahkan kalau melihat kepada bulan yang lain ternyata bahwa bulan Ramadhan yang paling utama karena berbagai kelebihannya. Diantaranya bulan diturunkan al Quran, bulan mengerjakan shaum sebulan penuh, ada malam lailathul qadr dan yang lainnya.

Namun demikian ada sebagian orang memberikan perhatian lebih dan berlebihan terhadap bulan Muharram ini bahkan seolah olah  meyakini keutamaannya dari bulan yang lain. Mereka mengisinya dengan berbagai kegiatan yang ternyata sebagian diantara kegiatan yang mereka amalkan itu tak diajarkan Rasulullah dan juga tidak diamalkan oleh sahabat serta imam imam madzhab yang empat.  

Pertama : Melakukan doa awal dan akhir tahun

Berdoa adalah ibadah yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Allah Ta’ala menyuruh orang orang beriman selalu meminta kepada-Nya melalui doa dan Allah berjanji akan mengabulkannya. Allah Ta’ala berfirman : 

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Rabbmu berfirman  : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60).

Namun demikian tak ada riwayat bahwa Rasulullah mengajarkan umat beliau untuk berdoa SECARA KHUSUS tersebab masuknya bulan Muharram sebagai doa awal tahun baru Hijriah.

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata : Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa atau dzikir (khusus) untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali.(Tashih ad Duu’a).

Kedua: Peringatan tahun baru hijriyah

Kalau kita coba berpikir lebih jauh, sebenarnya yang paling berhak merayakan tahun baru hijriyah adalah Khlaifah Umar bin Khaththab. Kenapa karena beliaulah isiator adanya tahun hijriah. Tapi tak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau pernah merayakan datangnya tahun baru hijriah  sekali saja.

Kalau itu baik tentu beliau telah mengamalkannya dan juga diikuti oleh  khalifah ataupun imam imam dan orang orang shalih setelah beliau.   

Dalam kitab Bida’ wa Akhtha’ disebutkan : Tidak ragu lagi perkara ini termasuk bid’ah. Tidak ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan peringatan tahun baru hijriyah. Perkara ini termasuk bid’ah yang buruk.

Ketika orang orang merayakan tahun baru Hijrah, jangan jangan mereka terjatuh kepada sikap meniru niru atau ikut ikutan  kepada orang orang kafir yang merayakan tahun baru masehi. Ketahuilah bahwa tasyabbuh adalah sesuatu yang dilarang dalam 
syariat Islam, yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. (H.R Imam Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami. (H.R at Tirmidzi dhasankan oleh Syaikh al Albani)

Ketiga : Puasa awal tahun baru hijriyyah.

Melakukan ibadah puasa sunnah tentu sangat baik. Dan sangatlah banyak keutamaan melakukan puasa termasuk puasa sunnah. Diantaranya sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau : 

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka. (H.R Imam Ahmad dan al Baihaqi)

Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh musim karena puasanya itu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Sa’id al Khudri)

Maksud sabda Nabi tentang 70 musim adalah perjalanan 70 tahun, sebagaimana disebutkan Ibnu Hajr Ashqalani dalam Fathul Bari.

Tapi ketahuilah bahwa berpuasa di awal bulan Muharram karena masuknya tahun baru hijriyah termasuk sesuatu yang diada adakan. Demikian pula puasa akhir tahun, termasuk bid’ah. Sesuatu yang dibuat-buat yang tidak berpijak pada dalil yang shahih. Barangkali sebagian mereka berdalil dengan sebuah hadits yang berbunyi :

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ, وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ, فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ بِصَوْمٍ, جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً

Barangsiapa yang puasa pada akhir hari Dzulhijjah dan puasa awal tahun pada bulan Muharram, maka dia telah menutup akhir tahun dengan puasa dan membuka awal tahunnya dengan puasa. Semoga Allah manghapuskan dosanya selama lima puluh tahun.

Hadits ini adalah hadits yang palsu menurut timbangan para ahli hadits. (Lihat al A’lai al Mashnu’ah, Imam as Suyuti, al Fawaid Majmu’ah, Imam asy Syaukani. Lihat juga Kritik Hadits hadits Dha’if, ustadz Abu Ubaidah as Sidawi).

Keempat : Menghidupkan malam pertama bulan Muharram.

Diantara amalan yang tak diajarkan Nabi adalah menghidupkan malam pertama bulan Muharram karena tidak ada kekhususan malam itu.

Syaikh Abu Syamah berkata : Tidak ada keutamaan sama sekali pada malam pertama bulan Muharram. Aku sudah meneliti atsar-atsar yang shahih maupun yang lemah dalam masalah ini. Bahkan dalam hadits-hadits yang palsu juga tidak disebutkan.  Aku khawatir, aku berlindung kepada Allah, bahwa perkara ini hanya muncul dari seseorang  yang membuat-buat hadits. (Tashihud Du’a dan  Bida’ wa Akhtha’)

Selain itu, ternyata ada pula sebagian orang beranggapan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang dianggap keramat. Bahkan ada yang tak mau menikahkan putrinya pada bulan ini. Syaikh Dr. Shalih al Fauzan berkata : Keyakinan semacam ini masih bercokol pada sebagian masyarakat. Atas dasar keyakinan ala jahiliyyah inilah banyak di kalangan masyarakat yang enggan menikahkan putrinya pada bulan ini karena alasan akan membawa sial dan kegagalan dalam berumah tangga.

Ketahuilah saudaraku, hal ini adalah keyakinan jahiliyyah yang telah dibatalkan oleh Islam. Kesialan tidak ada sangkut pautnya dengan bulan, baik Muharram, Shafar atau bulan-bulan lainnya. (Syarah Masa’il Jahiliyah Syaikh Fauzan).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.461)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar