Rabu, 31 Januari 2018

DUNIA TAK LAYAK UNTUK DIKEJAR



DUNIA TAK LAYAK UNTUK DIKEJAR

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh dunia ini sangatlah sementara sehingga tak layak untuk  dikejar. Dunia yang dikejar  ini bahkan tak lebih berharga dari bangkai anak kambing . Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pada suatu kali Rasulullah berjalan melewati pasar sementara banyak sahabat  berada di dekat beliau. Beliau berjalan lalu melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya cacat. Sambil memegang telinga anak kambing itu beliau bersabda : “Siapa diantara kalian yang mau membeli ini seharga satu dirham ?.
Para sahabat berkata : Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang (bisa) kami perbuat dengannya.  Beliau bersabda : Apakah kalian mau jika (kambing) ini menjadi milik kalian ?. Para sahabat berkata : Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati.
Lalu beliau bersabda : “Fa wallahi laddun-yaa ahwanu ‘alallahi min hadzaa ‘alaikum.” Demi Allah, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian. (H.R Imam Muslim).

Dalam riwayat disebutkan pula bahwa dunia ini dilaknat. Rasulullah bersabda : “Alaa innad dun-yaa mal’uunah. Mal’uunun maa fiihaa illaa dzkrullahi wamaa waalaahu wa ‘alimun au muta’allimun” Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada didalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang Dia cintai dan seorang orang yang ‘alim atau berilmu dan muta’alliman, orang yang mempelajari ilmu. (H.R Imam at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abdil Barr. Dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shaihih at Targhib wa Tarhib). 
 
Syaikh al Albani menjelaskan bahwa : Yang dimaksud dengan dunia dalam hadits ini adalah segala urusan yang menyibukkan diri dari Allah Ta’ala dan menjauhkan dari-Nya. Dan yang dimaksud dilaknat dalam hadits ini adalah dijauhkannya seseorang (oleh Allah) dari pandangan-Nya. 

Dengan nilai dunia yang demikian rendah bahkan dilaknat tentu tidaklah ada kebaikan  bagi seseorang yang selalu berusaha mengejar harta dunia dan segala perhiasannya. Sungguh pengecualian dunia  dilaknat berdasarkan hadits diatas  ada pada  : (1) Berdzikir kepada Allah. (2) Melakukan segala sesuatu yang Allah cintai. (3) Orang orang yang berilmu. (4) Orang yang mempelajari ilmu.

Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Walal aakhiratu khairul laka mina uula”  Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4).

Namun ternyata begitu banyak manusia di zaman ini sibuk mengejar dunia. dengan segala pernak perniknya yaitu berupa harta, pangkat, jabatan dan yang lainnya.  Demi mendapatkan dunia, ternyata ada yang sampai   lalai mengingat Allah, lalai dalam ibadah, lalai dalam belajar ilmu syar’i bahkan sangat sulit menyediakan waktu untuk hadir di majlis ilmu. Bahkan adapula diantaranya yang melupakan halal dan haram.
 
Lalu ketika ada yang mengingatkan mereka maka mereka berdalih dengan satu kalimat yang sangat masyhur dan dikatakan sebagai hadits yaitu : “I’mal lidun-yaaka ka–annaka ta’isyuabadan, wa’malli aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan”.Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Beramallah (bekerjalah) untuk duniamu seakan akan kamu akan hidup selamanya. Dan beramallah untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati besok. 

Ketahuilah bahwa  : Para ulama  telah memberikan penilaian terhadap kedudukan hadits ini sehingga tidak bisa dijadikan sandaran, diantaranya adalah :

Pertama : Hadits ini disebutkan oleh Abdullah bin Mubarak dalam Kitab az Zuhd, dari Muhammad bin Ajlan dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash yaitu ucapan yang semakna dengan hadits diatas. Sanad riwayat ini lemah karena terputus. Muhammad bin ‘Ajlan tidak bertemu dengan Abdullah bin Amr bin ‘Ash. (Lihat Kitab Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’).

Kedua :  Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, seorang ahli hadits abad ini berkata : Hadits ini   tidak ada asal usulnya secara marfu’ dari Rasulullah, meskipun riwayat ini sangat populer diucapkan dikalangan kaum muslimin zaman sekarang. (Kitab Silsilah hadits Dha’if dan Maudhu’)

Ketiga : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, seorang ulama besar dari Saudi, berkata : Ucapan ini diriwayatkan sebagai hadits dari Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam, pada hal bukan hadits. Yang benar adalah bahwa pernyataan di atas diriwayatkan dari ucapan sahabat Abdullah bin Amr bin ‘Ash, itupun dengan periwayatan yang lemah. (Majmu’ Fatawa Syaikh Utsaimin).

Dengan kedudukannya yang lemah bahkan tidak ada asal usulnya dari Rasulullah secara marfu’ maka tidaklah bisa dijadikan sandaran ataupun dalih untuk terus mengejar dunia dan segala perhiasannya.

Sebagai penutup dinukilkan satu hadits tentang peringatan Rasulullah bagi orang orang yang senantiasa mengejar dunia dan menjadikan dunia sebagai tujuan.  Beliau bersabda  : Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai pusat perhatiannya, niscaya Allah membuat hatinya kaya, segala urusannya menjadi teratur, serta dunia datang kepadanya tanpa perlu dikejar kejar. Adapun siapa yang menjadikan dunia sebagai pusat perhatiannya, niscaya Allah menjadikan kefakiran berada di depan matanya. Segala urusannya menjadi kacau dan dunia datang kepadanya sekedar yang telah ditakdirkan”. (H.R at Tirmidzi, lihat Silsilah ash Shahihah).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.225)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar