Sabtu, 01 April 2017

MENYELISIHI RASULULLAH BISA MENDAPAT ADZAB YANG DISEGERAKAN



MENYELISIHI RASULULLAH BISA DAPAT 
ADZAB YANG DISEGERAKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap hamba yang menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat maka tak ada pilihan kecuali mengikuti ajaran yang  dibawa oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh beliau adalah pembawa risalah Islam, agama yang sempurna. Beliau adalah contoh tauladan terbaik bagi kita. Allah berfirman : “Laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah.  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Q.S al Ahzab 21).

Ketahuilah bahwa Rasulullah haruslah menjadi teladan bagi umatnya, bagi kita semua. Beliau haruslah menjadi tauladan kita dalam segala aspek kehidupan kita. Beliau adalah uswah atau panutan kita dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Manfaatnya adalah agar kita bisa meraih kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat karena mengikuti beliau.  

Kita wajib mentaati apa yang diperintahkan dan berhenti dari larangan beliau. Allah berfirman : “Wa maa aatakumur rasulu fakhudzuuhu. Wamaa nahaakum ‘anhu  fantahuu. Wattaqullaha, innallaha syadiidul ‘iqaab”. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah sangat keras hukumannya. (Q.S al Hasy-r 7).

Setiap hamba yang mengikuti beliau maka mereka akan menjadi orang yang beruntung. Allah berfirman : “Adapun orang orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang benderang yang diturunkan kepadanya (al Qur-an), mereka itulah orang orang beruntung.” (Q.S al A’raf 157).

Seorang beriman tidak boleh menyelisihi beliau dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Perhatikanlah kisah dalam hadits berikut ini tentang  orang orang yang menyelisihi beliau lalu mendapat adzab yang disegerakan di dunia dan adzab di akhirat tentu lebih berat lagi. 

Pertama : Dari Salamah bin al Akwa, dia berkata : Ada seorang makan di sisi Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam dengan tangan kiri, maka beliau bersabda : “Makanlah dengan tangan kananmu”. Kata orang tersebut : Saya tidak bisa makan dengan tangan kanan. Maka Rasulullah mendoakan keburukan bagi orang ini. Beliau mengatakan : Engkau tidak akan mampu, sesungguhnya tidak menghalanginya kecuali karena kesombongan. Maka orang itu  pun (akhirnya) tidak  mampu mengangkat tangan kanannya untuk makan setelah itu. (H.R Imam Muslim no. 2021). 

Menurut sebagian ulama, hadits ini menunjukkan bahwa orang tersebut adalah orang munafik. Dia sombong, menolak perintah Nabi Salalllahu ‘alaihi wasallam. Kalau seandainya dia tidak mampu makan dengan tangan kanan karena udzur tentu Nabi tidak akan mendoalan keburukan baginya.  (Syarah Kitabul Jami’ DR Firanda Andirja MA). 

Kedua :  Abu Abdillah Muhammad bin Ismail at Taimi berkata :  Aku telah membaca di sebagian kisah (hikayat) mengenai sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :  Jika salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan tangannya di dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena dia tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam rangka mengejek, ahli bid’ah ini berkata :  Ya, saya tahu ke mana tangan saya bermalam di ranjang.  Lalu tiba-tiba pada saat pagi, dia dapati tangannya berada dalam dubur sampai pergelangan tangan

At Taimi berkata : Oleh karena itu hendaklah seseorang berhati-hati dalam meremehkan sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kondisi-kondisi yang menuntutnya diam. Lihatlah apa yang terjadi pada orang ini karena akibat dari perbuatannya.” (Bustanul ‘Arifin li an Nawawi).

Selain itu ingatlah bahwa  sebenarnya adzab yang disegerakan Allah Ta’ala di dunia yang paling berat adalah adzab berupa musibah dalam agama yaitu  semua perkara yang mengurangi ketaatan kita dalam beragama bisa jadi adalah adzab yang disegerakan.

Diantara contohnya adalah (1) Seorang yang biasa rajin beribadah lalu sekarang malas malasan. (2) Biasa sering ikut kajian lalu tanpa alasan yang jelas jadi jarang ikut kajian. (3)  Biasa sering membaca bahkan mentadaburi dan  menghafal al Qur-an lalu meninggalkannya. (4) Biasa shalat malam lalu menjadi jarang melakukannya. (5) Biasa selalu shalat berjamaah di masjid lalu sekarang banyak shalat fardhu di rumah. (6)  Biasa rajin berinfak dan bersedekah sekarang jadi pelit.

Ketahuilah saudaraku bahwa musibah dalam agama adalah benar benar musibah besar dan paling buruk akibatnya. Oleh karena itu  Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan sebuah doa  : “Walaa taj’al mushiibatanaa fii diiniinaa”. Ya Allah janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami.

Oleh karena itu maka seorang hamba akan selalu menjaga dirinya agar tidak menyelisihi Rasulullah dalam memegang Islam ini sebagai agamanya. Sungguh Allah Ta’ala telah memperingatkan bahwa barang siapa yang menyelisihi Rasulullah akan mendapat fitnah dan adzab yang pedih. Allah berfirman : “Falyahdzarilladziina yukhaalifuuna ‘an amrihii an tushiibahum fitnatun au yushiibahum ‘adzaabun aliim”  Maka hendaklah orang orang yang menyelisihi perintah Rasul, takut akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih. (Q.S an Nuur 63).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.004).    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar