Senin, 24 April 2017

UJIAN BISA DATANG MELALUI HARTA DAN ANAK



UJIAN BISA DATANG MELALUI HARTA DAN ANAK

Oleh : Azwir B. Chaniago

Memiliki harta dan anak merupakan keinginan manusia pada umumnya. Ini tentu tidak salah karena dengan harta yang berkah bisa menjadi sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sementara itu anak yang shalih dan shalihah merupakan penyejuk mata bagi kedua orang tua. Pembela dan pemeliharanya terutama ketika sudah berusia lanjut bahkan akan mendoakan berbagai kebaikan orang tua baik ketika masih hidup maupun setelah wafat.

Rasulullah bersabda : “Idzaa maatal insaanun qatha’a ‘amaluhu illaa min tsalatsatin, minshadaqatin jaariyatin, wa ‘ilmin yuntafa’u bihi wa waladin shaalih, yad’ulahu”  Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih (yang mendoakannya)” (H.R Imam Muslim No. 1631).

Tapi ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa hakikatnya harta dan adalah fitnah (ujian) bagi manusia. Allah berfirman : “Wa’lamuu annamaa amwaalukum wa aulaadukum fitnatun wa innallaha ‘indahuu ajrun ‘azhiim”. (Q.S al Anfal 28).

Imam Ibnu Katsir berkata : Maksudnya (hartamu dan anakmu) ujian dan cobaan dari Allah Ta’ala kepada kalian. Saat Dia memberikan harta dan anak kepada kalian supaya Dia mengetahui adakah kalian bersyukur kepada-Nya atas pemberian ini, mentaati-Nya dalam urusan-Nya ataukah kalian tersibukkan olehnya  (harta dan anak-anak) dari Allah dan menjadikan keduanya sebagai pengganti Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya hartamu dan anak anakmu hanyalah cobaan (bagimu), disisi Allah-lah pahala yang besar”. (Q.S at Taghaabun 15).

Tentang ayat ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Hamba hamba diuji dengan harta dan anak anaknya. Mungkin saja kecintaannya terhadap harta dan anak mendorongnya mendahulukan hawa nafsunya di atas amanatnya. Maka Allah Ta’ala memberitahukan bahwa harta dan anak adalah fitnah yang dengannya Allah menguji hamba-hamba-Nya. Bahwa harta dan anak adalah pinjaman yang akan ditunaikan kepada yang memberinya dan dikembalikan kepada yang menitipkannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah mengingatkan agar harta dan anak jangan sampai melalaikan orang orang yang beriman  dari mengingat Allah Ta’ala agar tidak menjadi orang yang merugi.
Allah berfirman : “Wahai orang orang yang beriman !. Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi"(Q. S al Munaafiqun 9).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala memerintahkan hamba hamba-Nya yang beriman agar banyak banyak mengingat-Nya karena di dalam dzikir itu terdapat keberuntungan dan kebaikan yang banyak. Allah melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar tidak dipersibuk oleh harta dan anak sehingga lalai untuk mengingat Allah Ta’ala karena kebanyakan jiwa manusia itu terbentuk untuk mencintai harta dan anak sehingga lebih dikedepankan daripada mengingat Allah Ta’ala yang akhirnya menimbulkan kerugian besar. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata : Sungguh manusia itu diuji melalui harta, anak, keluarga dan tetangganya. Lalu dia terfitnah dengan hal itu, sehingga dia terkadang melalaikan akhirat karena sibuk dengan semua itu. Terkadang kecintaannya kepada semua itu memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh Allah Ta’ala. Terkadang dia melalaikan kewajibannya. Terkadang pula dia berbuat zhalim kepada Allah dengan melakukan sesuatu yang tidak diridhainya baik ucapan maupun perbuatan.  
  
Oleh karena itu mari kita jaga harta dan anak anak kita sehingga tidak menjadi fitnah dan kita berusaha pula agar harta dan anak menjadi sarana bagi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.  Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.024).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar