Sabtu, 15 April 2017

DUA ORANG NABI YANG ISTRINYA BERKHIANAT



DUA ORANG NABI YANG ISTRINYA BERKHIANAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Seorang hamba yang mau dan mampu melakukan kebaikan, mengikuti agama yang lurus adalah semata mata karena hidayah atau petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Dan Allah memberi petunjuk kepada hamba hamba yang dikehendaki-Nya : Allah Ta’ala berfirman :

Pertama : “Dzalika hudallahi yahdii bihii man yasyaa-u min ‘ibaadih, wa lau asyraku la habitha ‘anhum maa kaanuu ya’maluun”. Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk kepada siapa saja di antara hamba hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan. (Q.S al An’am 88).

Kedua : “Sungguh engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang orang yang Dia kehendaki. Dan Dia lebih mengetahui orang orang yang mau menerima petunjuk.”(Q.S al Qashash 56)

Sungguh sangatlah banyak kita mengetahui peristiwa tentang orang orang yang menurut pemikiran kita akan mudah mendapat hidayah karena dekat dengan orang shalih bahkan dengan para Nabi.  Tetapi ternyata tidaklah selalu demikian. Perhatikanlah apa yang   terjadi dengan istri dua orang Nabi yaitu istri Nabi Nuh dan  istri Nabi Luth. Meskipun mereka hidup di bawah pengawasan Nabi sebagai suaminya tapi mereka membangkang ,tidak menerima dakwah suaminya.

Allah berfirman : “Allah membuat perumpamaan bagi orang orang kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada dibawah pengawasan dua orang hamba yang shalih diantara hamba hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (adzab) Allah. Dan dikatakan (kepada kedua istri itu), masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang orang yang masuk (neraka). Q.S. at Tahrim 10.

Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata : Dua orang Nabi yang selalu berada bersama istrinya siang dan malam. Memberi makan kepada istrinya, menggauli istrinya dengan perlakuan yang baik dan menyenangkan tapi ternyata kedua istri itu (istri Nabi Nuh dan Nabi Luth) berkhianat kepada suaminya. Mereka berkhianat dalam keimanan dimana mereka tidak sepakat untuk satu iman dengan (suami) mereka. Tidak pula mau mempercayai risalah (agama) yang dibawa oleh suami mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang ayat ini pula, Syaikh Shalih al Fauzan menjelaskan :
Pertama : Ayat ini adalah perumpamaan yang dibuat Allah Ta’ala untuk menjelaskan tentang pergaulan orang kafir dengan seorang muslim. Bergaulnya orang kafir dengan orang muslim tidak akan mendatangkan manfaat apa pun untuk orang kafir tersebut selama dia tidak memeluk agama Islam.Pada hari Kiamat dia akan masuk neraka.
Bergaulnya orang kafir dan kebersamaannya dengan seorang muslim  tidak akan memberikan manfaat kepadanya, karena dia bukan muslim, walaupun persahabatannya erat.

Kedua : Tentang jenis pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth maka itu adalah pengkhianatan dalam agama. Karena (ternyata) kedua wanita tersebut tetap berada dalam kekafiran mereka. Dengan demikian, keduanya mengkhianati suami suami mereka dalam agama karena mereka tidak memeluk agama suami suami mereka. 

Ini dianggap sebagai bentuk pengkhianatan. Pengkhianatan ini bukan pengkhianatan dalam kehormatan (dengan berbuat zina, pen.) karena tempat tidur Nabi ma’shum, terjaga kesuciannya. Jadi yang dimaksud dengan khianat dalam ayat diatas adalah pengkhianatan dalam masalah agama.

Ketiga : Ada juga yang mengatakan bahwa pengkhianatan istri Nabi Nuh terhadap beliau yaitu dengan memberitahukan kepada orang orang kafir mengenai rahasia rahasia Nabi Nuh. Wanita itu menyifati beliau sebagai lalaki gila.

Sementara pengkhianatan istri Nabi Luth terhadap beliau yaitu dengan memberitahukan kepada kaummnya akan kedatangan para tamu Nabi Luth supaya mereka bisa berbuat tidak senonoh terhadap tamu tersebut.

Kedua istri tersebut telah mengkhianati para suami mereka dalam amanah (kepercayaan) dari sisi keharusan menjaga rahasia dan tidak mengabarkannya. Inilah jenis pengkhianatan yang mereka lakukan.

Kesimpulannya kata Syaikh al Fauzan : Bahwa pengkhianatan yang dilakukan kedua wanita tersebut terhadap suaminya bukan pengkhianatan yang berkaitan dengan kehormatan diri sebagai seorang istri. Tapi pengkhianatan  mereka adalah dalam masalah agama atau pengkhianatan dalam masalah keharusan menjaga rahasia. (Majmu’ Fatawa Syaikh Shalih Fauzan). 

Kejadian ini haruslah menjadi pelajaran berharga bagi kita. Mungkin ada diantara orang yang kita cintai, orang yang dekat dengan kita para kerabat dan teman kita yang belum mau sepenuhnya melaksanakan perintah agama,  maka janganlah terlalu berkecil hati. Sungguh hidayah itu hanya dari Allah Ta’ala.

Namun jangan lupa bahwa kita berkewajiban  mengingatkan dan tidak boleh  bosan dalam memberi peringatan. Allah berfirman :  : “Wa dzakkir fainna dzikraa tanfa’ul mu’miniin” Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang yang beriman. (Q.S adz Dzaariyaat 55).  

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.016).











 
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar