Minggu, 23 April 2017

ANTARA TERSENYUM DAN TERTAWA



ANTARA TERSENYUM DAN TERTAWA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tersenyum dan tertawa adalah tabiat atau kebiasaan manusia umumnya. Namun demikian kita perhatikan ada orang orang yang sedikit tertawa lebih banyak tersenyum. Tetapi ada pula orang orang yang suka tertawa berlebihan untuk melampiaskan kegembiraannya. Sampai sampai ketawanya bisa didengar oleh tetangga sekitar.

Lalu bagaimana keutamaan antara senyum dan ketawa. Mari kita simak beberapa hadits yang berkaitan dengan hal ini, diantaranya : 

Pertama : Tentang tersenyum.
Ketahuilah bahwa tersenyum adalah bagian dari akhlak mulia dan merupakan salah satu sifat Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Dari Abdullah bin al Harits bin Juzin beliau berkata : “Aku tidak pernah melihat seseorang yg paling banyak tesenyum selain Rasulullah shallalahu alaihi wasallam" (H.R at Tirmidzi).

Rasulullah bersabda : “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu (tersenyum) ‎terhadap saudaramu.” (H.R Muslim no. 2626).

Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa senyum itu adalah termasuk sedekah. Rasulullah bersabda :“Senyummu terhadap wajah saudaramu adalah sedekah.” (H.R at Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih at Targhib)

Rasulullah bersabda : "Sungguh kalian tidak akan bisa memberikan keluasan harta secara sempurna kepada manusia,  maka luaskanlah mereka dengan keceriaan (senyuman) wajah dan kebaikan akhlak kalian”. (H.R Imam Muslim).

Kedua : Tentang tertawa.
Banyak tertawa adalah suatu yang tidak dianjurkan dalam syariat Islam. Sungguh Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini dalam sabda beliau : “Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (H.R  at Tirmizi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih al-Jami’).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan umatnya dalam sabda beliau : “Seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (H.R Imam Bukhari).
Ketahuilah bahwa tertawa bahkan sampai terbahak bahak bukanlah kebiasaan Rasulullah. Dari Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa dia berkata:

مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْتَجْمِعًا ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.” (H.R Imam Bukhari no. 6092 dan Imam Muslim no. 1497

Imam Fudhail bin Iyadhi, seorang Tabi’in, wafat tahun 186 H,  mengingatkan kita bahwa  :
Pertama : Apa yang dapat memberikan rasa aman apabila kelak amalmu dihadapan Allah tidak bernilai.
Kedua : Pada waktu itu semua pintu amal untuk mendapatkan ampunan-Nya telah tertutup.
Ketiga : Bagaimana kamu dapat menjalani hidup di dunia ini dengan banyak tertawa. Apakah kamu dapat membayangkan keadaanmu di akhirat kelak.

Oleh karena itu seorang hamba sebaiknya sedikit tertawa, perbanyaklah senyum. Ini tentu bermanfaat karena Rasulullah yang mengajarkannya. Juga sangat baik kalau seorang hamba banyak menangis karena mengingat kesalahan dan dosanya. Sungguh tidak ada yang mengetahui dimana Allah Ta’ala akan menempatkan diri kita nanti di akhirat. Wallahu A’lam. (1.023).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar