Senin, 10 April 2017

KEWAJIBAN MEMEGANG ISLAM SECARA KAFFAH



KEWAJIBAN MEMEGANG ISLAM SECARA KAFFAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Berpegang kepada Islam secara kaffah maknanya adalah : Memahami, memegang dan mengamalkan Islam secara menyeluruh. Secara keseluruhan, bukan dipilah pilih sesuai kebutuhan, selera, tempat  keadaan  ataupun zaman.  Islam tidak hanya dipegang ketika melaksanakan akad nikah dan ketika wafat. Tidak hanya di masjid, tapi juga di rumah, di pasar di tempat kerja. Di sawah ataupun di ladang. Di lapau ataupun di surau. Dalam keadaan susah ataupun senang. Itulah salah satu prinsip pokok dalam memegang Islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah  memerintahkan orang orang beriman supaya besikap kaffah ketika masuk  ke dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman :“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” (Q.S al Baqarah  208).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : Allah ta’ala berfirman menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syari’at; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir)
 
Syaikh as Sa’di berkata : Ini perintah Allah kepada orang orang yang beriman untuk masuk “kedalam Islam keseluruhan” maksudnya :

(1) Dalam seluruh syariat syariat agama.
(2) Tidak meningggalkan sesuatupun dari syariat.
(3) Agar jangan seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya tuhannya, yakni apabila nafsunya sejalan dengan yang disyariatkan maka dia kerjakan. Namun apabila bertentangan maka dia tinggalkan.
(4) Menjadi satu hal yang wajib yang mana hawa nafsu tunduk pada agama.
(5) Melakukan perbuatan baik (sesuai syariat) dengan segala kemampuannya. Dan apa yang dia tidak mampu maka dia berusaha dan berniat melakukannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Diantara cara pengamalan Islam secara kaffah adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman :  “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti.” (Q.S Al Anfaal 20)

Sementara itu, pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan tentang kebiasaan kaum Yahudi yang tercela.  Ketika Allah turunkan kepada mereka Kitab-Nya, Allah mengutus kepada mereka Rasul-Nya, mereka tidak mau mengimani,menjalankan, dan mengamalkan syari’at yang Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan secara kaffah. Inilah salah satu akhlak Yahudi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka : “ Apakah kalian ini mau beriman kepada sebagian al Kitab (Taurat) sementara kalian tidak mau beriman, tidak mau mengamalkan dengan syari’at yang lainnya,tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat seperti ini diantara kalian,kecuali kehinaan di dunia. Dan pada Hari Kiamat nanti mereka akan dikembalikan ke sekeras-keras adzab. Tidaklah Allah sekali-kali lalai dari apa yang kalian lakukan. ” (Q.S al Baqarah  85).

Ayat  ini sebagai peringatan keras bahwa kita dilarang meniru akhlak dan cara kaum Yahudi dalam beragama. Yaitu mereka mau menerima syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah turunkan dalam kitab Taurat atau disampaikan Rasul-Nya pada waktu itu jika syari’at tersebut tidak bertentangan dengan hawa nafsu mereka.

Namun jika syari’at tersebut menurut pandangan mereka jika diterapkan dapat menghalangi kepentingan duniawi, kepentingan hawa nafsu dan syahwat mereka, atau tidak bisa diterima oleh akal logika mereka yang sempit, maka mereka tidak mau beriman dan mengamalkan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka sungguh balasannya adalah kehinaan didunia dan adzab di akhirat nanti pasti lebih keras lagi. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah lalai terhadap apa yang kita lakukan ini.

Oleh sebab itu mari kita pegang syariat Islam ini dengan kuat dalam berbagai tempat, waktu dan keadaan agar menjadi muslim kaffah. Sungguh Rasulullah mengingatkan pula : “Ittaqillah haitsuma kunta wa atbi’is saiyiatal hasanata tamhuhaa”. Bertakwalah kepada Allah di manapun kamu berada. Iringilah setiap keburukan dengan kebaikan. Niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. (H.R Imam at Tirmidzi).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar