Minggu, 07 Desember 2014

WAKTU UNTUK PUASA SUNAT



WAKTU UNTUK PUASA SUNAT

Oleh Azwir B. Chaniago

Setelah Ramadhan berlalu, kita masih memiliki  kesempatan untuk melaksanakan shaum atau puasa yaitu puasa sunat. Ini sangat bermanfaat untuk menambah kebaikan dan pahala bagi kita disisi Allah Ta’ala. Oleh karena itu jangan sia siakan shaum sunat ini. Bagi yang mampu dan tidak terlalu mengganggu kepada kondisi dirinya maka sangatlah dianjurkan untuk mengamalkannya. 

Sungguh waktu waktu yang disyari’atkan untuk melakukan shaum sunat ini sangatlah banyak. Mungkin sebagian kita tidak mampu melakukan semuanya, tapi jangan pula ditinggalkan semuanya. Allah berfirman : “Fattaqullaha mastata’tum” Maka bertakwalah kepada Allah  semampu kalian. (Q.S at Taghabun 16).

Telah disyari’atkan  waktu waktu yang baik  untuk melakukan shaum  sunat dan juga  beberapa keutamaannya. Diantaranya adalah :

Pertama : Puasa enam hari di bulan Syawal.
Dari  Abu Ayyub bahwa Rasulullah bersabda : “Man shaama ramadhana, tsumma atba’ahu sitta min syawwal, kaana kashiyamiihid dahr” Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengiringinya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal maka itu bagaikan puasa satu tahun. (H.R Imam Muslim).

Bagaikan puasa satu tahun hitungannya adalah sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah : ”Shiyaamu syahri ramadhaana bi ‘ashrati asyhur, wa shiyaamu sittati aiyaami bi syahrain, fa dzalika shiyaamus sanah.” Puasa Ramadhan sama dengan sepuluh bulan, puasa enam hari sama dengan dua bulan, maka itulah puasa satu tahun (H.R Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya dan An Nasa’i).

Ini adalah karena satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Jadi seseorang yang  berpuasa Ramadhan 30 hari ditambah 6 hari puasa Syawal berarti jumlah puasanya adalah 36 hari dan itu bernilai puasa 360 hari atau satu tahun penuh.
   
Kedua : Puasa pada pertengahan bulan
Abu Dzarr berkata : Rasulullah memerintahkan kepada kami untuk puasa pada hari hari purnama, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 (H.R Imam Ahmad, an Nasa’i dan Ibnu Hibban).

Nabi tidak pernah meninggalkan puasa tiga hari ini. Bahkan disebutkan bahwasanya Rasulullah selalu berpuasa pada hari purnama ini, baik pada saat mukim maupun pada saat safar. (H.R an Nasa’i dan ath Thabrani)   

Ketiga : Puasa Senin Kamis
Ini adalah puasa sunat yang selalu dijaga oleh Rasulullah. Dari Aisyah, dia berkata : Kaana rasuulullah salallahu ‘alaihi wasallam, yataharra shaumal itsnaini wal khamiis” Adalah Rasulullah senantiasa menjaga puasa Senin dan Kamis. (H.R at Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah).

Rasulullah menjelaskan tentang keutamaan puasa Senin dan Kamis ini, yaitu sebagaimana sabda beliau : “Tu’radhul a’maalu yaumal itsnaini wal khamiisi fa uhibbu an yu’radha ‘amalii wa anaa shaa-im. Amal amal dihadapkan (kepada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin amalku dihadapkan dalam keadaan aku berpuasa. (H.R Imam at Tirmidzi, dari Abu Hurairah). 
     
Keempat : Puasa hari ‘Asyura
Puasa hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram adalah  disyariatkan sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau dari Ibnu Abbas : “Anna Rasulullahi Salallahu ‘alaihi wa Sallam shaama yauma aa’syuuraa-a bishiyaamih” Bahwa Rasulullah berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan agar (kaum muslimin) berpuasa padanya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Jika berpuasa pada 10 Muharram dan menambahnya dengan tanggal 9 Muharram, maka itu lebih utama, yaitu berdasarkan sabda Rasulullah : “Faidzaa kaanaa ‘aamul muqbilu insya Allahu shumnal yaumat taasi’. Tahun depan, insya Allah, kami akan berpuasa mulai hari ke sembilan. (H.R Imam Muslim).

Beliau belum sempat mengerjakan puasa pada 9 Muharram, karena belum sampai tahun depan beliau telah wafat. Tapi karena beliau telah mensyari’atkan hal itu maka adalah sangat baik kalau kita mengamalkannya.  

Diantara keutamaannya adalah disebutkan dalam dua hadits :

(1)  Bahwa Rasulullah ditanya tentang puasa hari Asyura, maka beliau menjawab : Ia melebur (dosa dosa) tahun yang lalu”

(2)  “Puasa hari Asyura, sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar ia (puasa Asyura)  menghapus (dosa dosa) tahun yang sebelumnya
(Lihat shahih at Targhib wa at Tarhib, Syaikh al Albani) 
    
Kelima : Puasa hari Arafah
Puasa Arafah sangatlah dianjurkan bagi yang tidak wukuf di Arafah. Telah datang banyak hadits tentang puasa hari Arafah. Diantaranya adalah :

(1) “Shiyaamu yaumi ‘arafah, inni ahtasibu ‘alallahi an yukkafiras sanatal latii ba’dahu, wassanatil latii qablahu” Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar ia (puasa itu) melebur dosa tahun sesudahnya dan tahun sebelumnya. (H.R Imam Muslim)
(2) “Man shaama yauma ‘arafaa, ghufiralahu dzanbu sanataini matataa bi’ataini” Barang siapa yang berpuasa hari Arafah maka dosanya diampuni dua tahun berturut turut. (H.R Abu Ya’la dari Saal bin Sa’ad).

Keenam : Puasa Nabi Dawud.
Nabi Dawud biasa mempuasakan setengah dari setiap satu tahun karena beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Ini adalah puasa yang paling disukai Allah. Rasulullah bersabda : “Ahabbush shiyaamu daawuda kaana yashuumu yauman wayufthiru yauman …Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Dawud, beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari …(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dalam riwayat an Nasa’i disebutkan : “Berpuasalah (kalian) dengan puasa yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu puasa Nabi Dawud, beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari”(Lihat Shahih at Targhib wa at Tarhib).

Ketujuh : Memperbanyak puasa pada bulan Muharram
Didalam Kitab Shahih at Targhib wa atTarhib dua buah hadits tentang anjuran berpuasa di bulan Muharram. Kedua hadits ini menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram.

1). Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “afdhalush shiyaami ba’da Ramadhana syahrullahil muharram, wa afdhalush shalatti ba’dal fariidhati shalaatul lail” Sebaik baik puasa setelah Ramadhan adalah (puasa di) bulan Allah (yaitu) Muharram, dan sebaik baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam (H.R Imam Muslim).

2). Dari Jundub bin Sufyan, dia berkata, Rasulullah bersabda : “Inna afdhalash shalaati ba’dal mafruudhatish shalaatu fii jaufil laili, wa afdhalush shiyaami ba’da ramadhaana syahrullahil ladzi tad’uunahul muharram”.    Sesungguhnya sebaik baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat ditengah malam dan sebaik baik puasa setelah Ramadhan adalah (puasa di) bulan Allah yang kalian namakan Muharram. (H.R an Nasa’i dan ath Thabrani)  

Kedelapan : Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban.
Sungguh telah datang banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah banyak sekali melakukan puasa pada hari hari di bulan Sya’ban. Diantaranya adalah dari Usamah bin Zaid. “Aku berkata : Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau (banyak) berpuasa (sunah) di satu bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Beliau menjawab : Itu adalah bulan yang dilalaikan oleh manusia antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal amal diangkat kepada Rabb alam semesta, maka aku ingin amalku diangkat sementara aku dalam keadaan berpuasa (H.R an Nasa’i).

Dalam riwayat yang lain yaitu dari Aisyah : Aku tidak pernah melihat Nabi lebih banyak dalam sebulan puasa (sunah) nya dari pada di bulan Sya’ban, beliau berpuasa padanya, kecuali sedikit (yang tidak dipuasakan), bahkan beliau (pernah) berpuasa seluruhnya. (H.R Imam at Tirmidzi dan an Nasa’i, lihat shahih at Targhib wa at Tarhib)     
Itulah diantara waktu waktu yang dianjurkan untuk melakukan puasa sunat. Allahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar