Minggu, 21 Desember 2014

WAFATNYA ABU THALIB



KISAH WAFATNYA  ABU THALIB

Oleh : Azwir B. Chaniago

Paman Nabi, Abu Thalib meninggal pada tahun kesepuluh kenabian. Sayangnya Abu Thalib meninggal dalam keadaan musyrik pada hal dia adalah pembela yang sangat banyak jasanya terhadap  Rasulullah Salallahu 'alaihi wasallam.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan,  bahwa Ibnul Musayyib berkata : Sesungguhnya Rasulullah menemui Abu Thalib ketika akan meninggal. Di situ beliau mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Rasulullah berkata kepada Abu Thalib : “Wahai pamanku katakan Laa ilaha illallah sebuah kalimat yang aku akan menjadi saksimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari Kiamat.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata : Wahai Abu Thalib apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib ?.

Rasulullah terus terus mentalqinnya dengan mengulangi kalimatnya diatas, hingga akhir ucapan Abu Thalib dia tetap berada diatas agama Abdul Muthalib dan tidak mengucapkan syahadat. Raslullah berkata : “Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang”hingga kemudian Allah menurunkan ayat : “Tidak sepatutnya bagi Nabi dan orang orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang musyrik, walaupun orang orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (Q.S at Taubah 113).

Dan juga ayat : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada  orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang orang yang mau menerima petunjuk” (Q.S al Qashash 56)

Disebabkan pembelaan yang begitu besar dari Abu Thalib kepada Rasulullah baik sebelum maupun setelah menjadi Rasul, maka dia bisa memperoleh syafaat dari Rasulullah yaitu dengan diringankan siksaannya di hari Kiamat kelak.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah berkata : “Ahwanu ahlin naari ‘adzaaban abuu thaalibin wa huwa munta’ilun bina’laini yaghlii minhumaa dimaaghuh” . Penghuni neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Thalib. Ia memakai sepasang sandal yang bisa membuat otaknya mendidih (H.R Imam Muslim)

Dari Abbas bin Abdul Muththalib, dia bertanya kepada Rasulullah SAW., 'Ya Rasulullah! Apakah engkau dapat menolong Abu Thalib, sebab ia pernah melindungimu dan mengasuhmu?" Rasulullah SAW menjawab, 'Ya, dia berada di pelataran neraka yang tidak dangkal, seandainya kalau bukan karena aku tentu dia berada di neraka yang paling dalam" (H.R Imam Muslim)

Dalam kisah wafatnya Abu Thalib ini, maka ada beberapa faedah yang bisa diambil :

Pertama : Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah  menunjukkan  bahwa hidayah itu semata mata milik-Nya dan Dia memberikan hidayah kepada yang dikehendaki-Nya. Abu Thalib adalah paman Nabi yang telah banyak membela beliau tetapi  tidak mendapat hidayah untuk mengucapkan kalimat tauhid.  

Kedua : Adanya pengaruh yang besar dalam keikhlasan suatu amal kebaikan. Abu Thalib telah memberikan pertolongan yang banyak dan pembelaan kepada Rasulullah, tetapi itu dilakukan hanya karena hubungan kekerabatan yaitu hubungan paman dan keponakan saja bukan karena Allah Ta’ala, maka Allah tidak memberikan taufik kepada Abu Thalib.

Ketiga : Sebaik apapun perbuatan yang dilakukan seseorang hanya akan bernilai disisi Allah jika dilandasi dengan iman dan Islam. 

Keempat  :  Sungguh Rasulullah telah mengingatkan  agar seseorang selalu memperhatikan dengan siapa dia harus berteman dekat. Beliau  bersabda : “Arrajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur ahadukum man yukhaalil”  Seseorang itu bergantung kepada agama teman dekatnya. Oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang akan dijadikan teman dekatnya.(H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud) 
 
Lihatlah betapa besar pengaruh teman bagi seseorang. Abu Thalib yang berteman akrab dengan Abu Lahab dan Abdullah bin Abu Umaiyah, yang kedua teman ini mampu menghalangi Abu Thalib untuk mengikuti dakwah Rasulullah membaca kalimat tauhid.  Akhirnya dia meninggal dalam keadaan musyrik, yaitu masih tetap teguh berpegang kepada agama Abdul Muthalib.
Allahu a’lam. (167) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar