Jumat, 12 Desember 2014

NABI YUSUF MINTA JABATAN ?



NABI YUSUF MINTA JABATAN ?

Oleh : Azwir B. Chaniago

Telah datang banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah melarang umatnya meminta jabatan. Beliau tidak memberikan jabatan kepada para sahabat yang memintanya. Padahal sahabat adalah orang orang yang dipilih Allah untuk mendampingi beliau  menegakkan Islam. Para sahabat adalah orang orang yang berilmu. Mereka juga paling lurus akidahnya, paling kuat ibadahnya, paling mulia akhlaknya dan sangat baik dalam bermuamalah. Bahkan para sahabat adalah orang orang yang paling takut kepada Allah. Semua ini diperoleh sahabat karena belajar langsung dari manusia terbaik dan paling mulia di dunia maupun di akhirat yaitu Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.

Rasulullah mengingatkan bahwa seseorang yang meminta jabatan maka itu akan jadi beban yang berat baginya. Lalu siapakah yang menginginkan beban yang berat ? Subhanallah.

Dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata, Rasulullah telah  bersabda : “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta pangkat kedudukan. Apabila kamu diberi karena kamu memintanya maka hal itu akan menjadi suatu beban yang berat bagi dirimu. Lain hal jika kamu diberi tanpa ada permintaan darimu maka kamu akan ditolong (H.R Imam Muslim)

Imam an Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, berkata : Hadits ini memberikan faedah bahwa kita dilarang meminta jabatan, meminta jadi hakim, mengatur keuangan Negara dan yang lainnya. Barangsiapa memaksakan diri meminta, dia tidak akan ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak mungkin beres urusannya. Maka janganlah meminta jabatan.

Sekiranya Allah Ta’ala enggan menolong seorang hamba lalu pertlongan siapa lagi yang bisa diharapkan.Sungguh kita adalah lemah,  sangat membutuhkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita di dunia dan di akhirat. Untuk itulah kita selalu berdoa dalam shalat kita “Iyyaa kana’ budu wa iyyaa kanasta’iin”. Hanya kepada Engkau ya Allah kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan. (Q.S al Fathihah 5).  
Lalu bagaimana dengan sebagian manusia di zaman kita ini yang meminta minta jabatan, mencari jabatan, mengejar jabatan  dengan berbagai upaya bahkan ada yang berusaha merebutnya. Jika telah mendapat jabatan adakah pertolongan yang bisa didapatkan selain pertolongan Allah. Allahu Akbar.
Diantaranya ada yang berdalih dengan kisah Nabi Yusuf, yang katanya, Nabi Yusuf pernah meminta jabatan kepada raja untuk diangkat sebagai pejabat pemegang keuangan dan bendahara negara. 
Ketahuilah bahwa Nabi Yusuf sebelumnya,  telah diangkat oleh raja sebagai pejabat tinggi, tanpa diminta. Baru sesudah itu Nabi Yusuf memilih jabatan sebagai bendahara Negara karena beliau merasa mampu untuk jabatan itu. 
Perhatikanlah firman Allah dalam surat Yusuf ayat 54 dan 55 : “Waqaalal maliku a’tuunii bihi, astakhlish-hu linafsii, falammaa kallamahu, Qaala innaka alyaumal ‘ladainaa makiinun amiin. Qaala aj’alnii ‘ala khazaa-inil ardhi. Innii hafizhun ‘aliim.” Dan Raja berkata : Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat denganku. Maka tatkala Raja telah bercakap cakap dengan dia, dia (Raja) berkata : Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya  pada sisi kami. Berkata (Yusuf) : Jadikanlah aku bendaharawan Negara, sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.
Imam Ibnu Katsir berkata : Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa setelah Raja  mengetahui dengan yakin bahwa Nabi Yusuf bersih dari tuduhan, Raja meminta agar nabi Yusuf menjadi pendamping Raja untuk dimintai pendapat (sebagai penasehat) karena Raja tahu bahwa Nabi Yusuf memiliki kemuliaan dan kepandaian serta akhlak yang mulia. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir). 
      
Syaikh Utsaimin dalam Syarah Riyadush Shalihin, antara lain berkata : ”Nabi Yusuf menilai bahwa uang Negara banyak yang disia siakan maka beliau ingin menyelamatkannya. Jadi maksudnya beliau ingin memberantas kejahatan dan kecurangan. Jika dengan niat demikian maka boleh meminta jabatan.
Sekiranya ada yang berpendapat bahwa Nabi Yusuf memang telah meminta jabatan kepada Raja maka itu adalah syari’at umat sebelum kita. Syaikh Utsaimin berkata : Syari’at  umat terdahulu jika bertentangan dengan syari’at (agama) kita maka yang menjadi pedoman adalah  syariat kita.
Jadi tidaklah tepat kalau dikatakan bahwa Nabi Yusuf meminta jabatan kepada Raja. Seandainya perkataan ini benar (Nabi Yusuf memang meminta jabatan) maka ketahuilah bahwa itu hanya berlaku untuk umat sebelum kita dan tidak boleh kita ikuti karena jelas bertentangan dengan syari’at Islam.
Bahwa Imam Bukhari menulis satu bab dalam Kitab Shahihnya yakni dengan judul “Larangan Mencari dan Memburu Kedudukan”. Beliau antara lain membawakan hadits dari Abu Musa yang berkata : “Aku menemui Nabi bersama dua orang dari kaumku. Lantas satu diantara kedua orang itu mengatakan : Jadikanlah kami pejabat wahai Rasulullah. Orang kedua juga mengatakan permintaan yang sama. Spontan Rasulullah bersabda : Kami tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang memintanya tidak  juga kepada orang yang memiliki ambisi terhadapnya.” 
Wallahu a’lam. (157)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar