Senin, 15 Desember 2014

MEMILIH JALAN KEBAIKAN



MEMILIH JALAN KEBAIKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Seorang petani, punya kebebasan untuk memilih jenis tanaman yang akan ditanam di lahan yang dia miliki. Hukum asalnya, dia boleh memilih menanam mangga, rambutan, duren, ubi, singkong, tomat, wortel, sayuran dan yang lainnya. Pilihannya tentu adalah tanaman yang paling bermanfaat baginya. Petani  tidak akan pernah menanam alang alang ataupun rumput liar.  

Begitu pula semestinya, bagi orang yang punya akal sehat, dia senantiasa memilih apa yang paling baik yang akan dia tanam pada dirinya. Sekiranya seseorang selalu berusaha menanam dan mengamalkan sifat sifat takwa dan ketaatan dalam dirinya tentulah akan  mendatangkan manfaat yang banyak baginya.

Kebebasan memilih.
Manusia diberi akal adalah untuk bisa memilih yang terbaik bagi dunia dan akhiratnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengilhamkan pada diri manusia dua sifat yaitu fujur (sesuatu yang buruk) dan sifat takwa (sesuatu yang baik). Allah berfirman : “Fahal hamaha fujuraha wa taqwaha” Maka Dia (Allah) mengilhamkan (menunjukkan) kepada (jiwa itu jalan) jalan kefasikan dan ketakwaan.  (Q.S asy Syam 8)

Selanjutnya dalam surat al Balad ayat 10, Allah berfirman : “Wahadainaahun najdain.” Kami telah menunjukkan kepadanya (manusia) dua jalan.

Imam Ibnu Katsir, dalam Kitab Tafsirnya antara lain menjelaskan bahwa : Para sahabat seperti Ibnu Mas’ud, Ibanu Abbas, Ali bin Abi Thalib, dan juga Mujahid (seorang Tabi’in murid Ibnu Abbas) dan yang lainnya mengatakan bahwa dua jalan itu bermakna jalan kebaikan dan keburukan.  
    
Imam Ibnu Katsir mengambil hubungan ayat ini pula dengan surat al Insan ayat 3. “Inna hadainaahus sabiila imma syaakirau wa imma kafuura” Sesungguhnya kami telah menunjukinya (manusia) jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. Inna hadainaahus sabiila, dalam hal ini dia manusia bisa sengsara dan bisa bahagia.
 
Allah Ta’ala berfirman : “Wa qulil haqqu mirrabbikum, faman sya-a fal yu’min, waman sya-a falyakfur” an katakanlah (wahai Muhammad) kebenaran itu datang dari Rabbmu, maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah dia beriman dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah dia kafir. (Q.S al Kahfi 29). 

Tentang ayat ini, Prof. DR. Hamka, dalam tafsir Kitab al Azhar menjelaskan bahwa manusia diberi akal sehingga dapat menimbang dan mengunci kebenaran itu. Jika beriman selamatlah kamu. Dan jika kamu kafir maka yang menanggung akibatnya bukan orang lain tapi kamu sendiri juga.

Jalan untuk mendapatkan kebaikan.
Setiap manusia yang berakal tentu seharusnya memilih jalan kebaikan dan bukan jalan yang buruk. Kita akan berusaha mendapatkan sifat takwa bukan fujur. Kita sungguh sangat berkeinginan untuk berada di jalan yang benar dan bukan di jalan yang salah. Kita sehatusnya sangat bersemangat dan selalu berusaha mendapatkan jalan yang lurus, bukan jalan orang orang dimurkai dan bukan pula jalan orang orang yang sesat.
Sesunguhnya Allah dan RasulNya telah memberikan cara kepada kita untuk mendapatkan petunjuk kepada jalan ketakwaan dan kebaikan itu. Diantaranya adalah :

Pertama : Berdoa meminta petunjuk untuk mendapat kebaikan.
Seseorang tidak akan sampai atau mampu memilih jalan kebaikan, karena sungguh jalan kebaikan itu adalah petunjuk dan petunjuk itu hanyalah milik Allah. Manusia bisa mendapatkannya antara lain dengan berdoa memohon kepada-Nya. Diantara doa doa itu adalah : 

1.     Doa dalam surat al Fatihah ayat 6 yang selalu kita baca dalam shalat baik shalat wajib maupun shalat sunat, yaitu : “Ihdinash shiraatal mustaqiim”  Ya Allah, tunjuki kami jalan yang lurus.

2.     Doa pada saat duduk diantara dua sujud. Yaitu : Allahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii,  wahdinii, wa ‘aafinii, war zuqnii ”  Ya Allah amunilah aku, sayangilah aku, cukupilah kekuranganku, angkatlah derajatku, tunjukilah aku, selamatkanlah aku dan berilah aku rizki. (H.R at Tirmidzi) 

3.  Doa pada saat qunut witir. “Allahhummah dinii fiiman hada-it.” Ya Allah, berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk. (H.R Imam at Tirmidzi)

4.    Doa yang diajarkan Rasulullah yang bisa kita baca pada setiap kesempatan yaitu : “Allahhumma innii as-alukal hudaa, wat tuqaa, wa ‘afafa wal g”inaa"  Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, kesucian dan kecukupan (H.R Imam Muslim) 
  
Kedua : Mempelajari sirah Rasulullah dan orang orang yang mengikutinya.

Salah satu jalan untuk mendapatkan kebaikan adalah dengan mempelajari sirah atau sejarah kehidupan Rasulullah. Rasululah adalah tauladan utama bagi kita dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Allah berfirman : “Laqad kaana lakum fii  rasulullahi uswatun hasanatun, liman kaana yarjullaha wal yaumil aakhira wa dzakarallaha katsiiraa.”   Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri   teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang  yang mengharap (rahmat) Allah  dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.  (Q.S al Ahzaab 21) 

Kemudian kita juga belajar dari kebaikan kebaikan yang telah dipraktekkan oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Belajar kebaikan tentulah dari yang terbaik. Rasulullah bersabda : “Khairunnaas  qarni, tsummal ladzina yaluunahum, tsummal ladzina yaluunahum”. Sebaik baik manusia adalah pada masa ku ini kemudian  yang sesudahnya dan kemudian yang sesudahnya. (Mutaffaqun ‘alaihi). 

Jadi seharusnyalah kita belajar segala kebaikan dari Rasulullah, dari para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in dan juga dari  orang  yang mengikutinya.  
 
Ketiga : Berteman dengan orang orang yang berada di jalan kebaikan.
Berteman dengan orang orang shalih yang selalu berada di jalan kebaikan, akan mempengaruhi kepribadian seorang hamba. Rasulullah bersabda : “Ar rajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur ahadukum man yukhaalil.”      Seseorang itu tergantung pada agama  teman dekatnya. Oleh karena itu , hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang akan dijadikan teman dekatnya. (H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud).

Berusahalah berteman dengan orang orang shalih yaitu yang selalu menjaga ketaatannya, menjaga ketakwaannya, suka beribadah, baik akhlaknya dan sangat senang mengikuti majlis ilmu. Berteman dengan orang yang baik akan membantu kita untuk memilih jalan kebaikan dan menetapinya.

Selain itu sungguh sangatlah banyak manfaat berteman dengan orang orang yang berada di lajan kebaikan, diantaranya adalah : 

1.    Teman yang baik akan selalu melakukan yang terbaik bagi temannya

2.   Teman yang baik, berteman karena Allah, bukan karena yang lain. Pertemanan dengan orang baik insya Allah akan langgeng dari dunia sampai ke akhirat. Tapi kalau pertemanan bukan ikhlas karena Allah biasanya tidak langgeng. Jangankan langgeng sampai ke akhirat, di dunia saja bisa jadi sudah berantakan, bubar, karena ada kepentingan duniawi.

3.    Teman yang baik,  akan selalu memberikan hak hak temannya.
-         Kalau kesulitan akan dibantu.
-     Selalu berusaha mendorong kita untuk memilih jalan kebaikan, ketakwaan dan ketaatan.
-         Memberi nasehat atau petunjuk jika kita ragu atau tidak tahu
-         Mau mengkritisi dan berusaha mencegah kita supaya  tidak jatuh kepada perbuatan buruk
-         Abu Dharda’ berkata kepada seorang sahabatnya : Kalau aku marah cegahlah marahku dan kalau engkau marah akan aku cegah marahmu.
   
4.     Teman yang baik, jika pada suatu waktu terzhalimi oleh kita maka teman   yang baik ini akan memberikan udzur, memaafkan bahkan mendoakan kebaikan bagi kita.
 Insya Allah bermanfaat. Wallahu a’lam. (162)
     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar