Sabtu, 21 September 2019

INILAH MANFAAT MELAKUKAN MUHASABAH


INILAH MANFAAT MELAKUKAN MUHASABAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu yang menjadi kewajiban orang orang beriman adalah melakukan muhasabah, introspeksi atau evaluasi diri tentang apa yang telah dilakukannya. Sungguh Allah Ta’ala telah memerintahkan kita semua dalam perkara ini sebagaimana firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman !. Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Mahateliti terhadap yang kamu kerjakan. (Q.S al Hasyr 18).

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat ini adalah PANGKAL DALAM HAL MUHASABAH DIRI. Setiap haruslah selalu mengintrospeksi diri. Jika melihat adanya kekeliruan segera menyelesaikannya (memperbaikinya, pen.) dengan cara melepaskan diri dari kekeliruan itu. Bertaubat secara sungguh sungguh dan berpaling dari hal hal yang mengantarakan kepada kekeliruan tersebut.

Jika (seseorang) menilai dirinya bersikap SEKENANYA DALAM MENUNAIKAN PERINTAH PERINTAH ALLAH TA’ALA, maka dia akan (bersegera) mengerahkan segala kemampuannya dengan memohon pertolongan pada Rabb-nya untuk mengembangka dan menyempurnakannya. Serta membandingkan antara karunia dan kebaikan Allah Ta’ala yang diberikan kepadanya dengan kemalasannya. Karena hal itu mengharuskannya merasa malu (kepada Allah Ta’ala). Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bahkan mengingatkan kita tentang satu TANDA ORANG YANG PANDAI adalah orang yang senantiasa melakukan muhasabah. Beliau bersabda : “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab (mengintrospeksi, mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala”. (H.R Imam at Tirmidzi).

Amat disayangkan, disebabkan perlombaan dalam berbagai bidang kehidupan yang serba modern, serba canggih dan serba cepat, adu cepat bahkan rebutan dalam urusan dunia maka kebanyakan manusia (seolah olah) tidak punya waktu lagi untuk melakukan muhasabah.

Pada hal, sungguh sangatlah banyak manfaat yang diperoleh orang orang yang senantiasa melakukan muhasabah terhadap dirinya. Diantaranya adalah :

Pertama : Hisab di akhirat menjadi ringan.

Seorang hamba yang senantiasa melakukan muhasabah terhadap apa yang telah diucapkan dan apa yang telah diperbuatnya akan memiliki potensi yang kuat untuk selalu menjaga diri dari berbagai keburukan. Ini akan meringankan bebannya menghadapi hisab di akhirat kelak.

Dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi  dari Umar bin Khaththab, dia berkata : Hisablah (amal perbuatan) diri kalian sebelum kalian dihisab !. Timbanglah (amal pebuatan) diri kalian sebelum kalian ditimbang !. Perhitungan kalian kelak (di akhirat) akan lebih ringan di karenakan telah kalian perhitungkan diri kalian pada hari ini (di dunia).

Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada hari itu  kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah).  Demikian nasehat Umar bin Khaththab.

Kedua : Mengetahui aib dan kesalahan dirinya.

Seseorang terkadang lupa dengan aib dan kekurangan dirinya. Dan yang lebih buruk lagi adalah jika dia tidak pernah lupa dengan aib orang lain. Sungguh ini adalah musibah besar. Diantara cara agar terhindar dari musibah ini adalah dengan senantiasa melakukan introspeksi, evaluasi diri atau muhasabah.

Berkata Imam Ibnul Qayyim : Membenci jiwa dan menundukkannya karena Allah termasuk sifat ash shiddiqin dan seorang yang mendekat kepada Allah dengan cara seperti itu berlipat kali lebih baik dari pada ia mendekat kepada Allah dengan amalannya (Ighatsul Lahfan).

Ketiga : Menumbuhkan sifat malu.

Seorang yang selalu melakukan muhasabah maka akan muncul sifat malu kepada Allah atas keburukan yang pernah diucapkan dan pernah diperbuatnya. Diantara manfaat lain adalah bahwa jika seseorang membiasakan diri menjaga rasa malu kepada Allah Ta’ala maka rasa malu itu akan menghalanginya untuk melakukan perbuatan buruk. Pada gilirannya rasa malu itu akan menjadi kebiasaan, tabiat dan perangainya sehingga menjadikannya juga malu kepada manusia dan akhirnya mencegah dirinya  melakukan perbuatan buruk terhadap sesama.

Keempat : Membuat seseorang sibuk dengan urusan akhirat.

Seorang hamba haruslah menyibukkan diri di dunia ini untuk persiapan akhiratnya. Ini adalah buah dari muasabah yang senantiasa dilakukannya setiap saat. Berkata Ibnu Mas’ud : Barangsiapa yang ingin akhirat maka ia akan disusahkan oleh dunia. Dan siapa yang ingin dunia maka dia akan disusahkan oleh akhirat. Maka susahlah untuk sesuatu yang fana (dunia) untuk mendapatkan yang baqa (akhirat).

Oleh karena itu seorang hamba haruslah senantiasa melakukan muhasabah, evaluasi ataupun introspeksi diri terhadap apa yang dia dikatakan dan apa yang dia lakukan. Dengan demikian dia akan berusaha memperbaiki apa yang kurang pada diri dan ibadahnya serta semakin mendorongnya untuk  melakukan kebaikan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.766)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar