Selasa, 04 Juli 2017

TIDAK BOLEH MENINGGIKAN SUARA DIATAS SUARA NABI



TIDAK BOLEH MENINGGIKAN SUARA DIATAS SUARA NABI

 Oleh : Azwir B. Chaniago
 
Rasulullah adalah wajib untuk dicintai dan dihormati. Kita wajib pula beradab dan berlaku sopan kepada beliau. Para sahabat diperintahkan untuk berkata lembut kepada beliau.
Bahkan Rasulullah adalah orang yang wajib kita cintai melebihi cinta kita kepada orang tua. Adalah wajib bagi seorang muslim untuk mencintai Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam.  Bahkan cinta kepada beliau haruslah melebihi cinta kita  kepada diri kita sendiri ataupun cinta kita kepada  manusia umumnya. Bahkan kecintaan kita kepada Rasulullah adalah bagian yang  berkaitan dengan iman.

Beliau bersabda : “La yu’minu ahadukum hatta akuuna ahabba ilaihi min waalidihi, waladihi wannasi ajma’in. Tidaklah dianggap beriman salah seorang dari kalian sampai diriku lebih dia cintai dari pada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Seorang sahabat yaitu Abdullah bin Hisyam berkata : Kami mengiringi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu. Kemudian Umar berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku. 

Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: “Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu. Lalu Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku. Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sekarang (engkau benar), wahai Umar”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Diantara bentuk kecintaan kita kepada Rasulullah adalah dengan menghormati beliau dan tidak berbicara dengan beliau seperti berbicara dengan yang lain dan juga tidak meninggikan suara diatas suara beliau.

Allah memperingatkan  tentang hal itu dalam firman-Nya : “Ya aiyuhal ladzina aamanuu laa tarfa’uu ashwaatakum fauqa shautin nabiyyi, walaa tajharuu lahuu bilqauli kajahri ba’dhikum liba’din, an tahbatha a’malukum wa antum laa tasy’uruun”. Wahai orang orang yang beriman. Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi. Dan janganlah kamu berkata   kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Hujuurat 2)

Syaikh as Sa’di berkata : Ini adalah adab terhadap Rasulullah ketika berbicara dengan beliau. Artinya orang yang berbicara dengan Rasulullah tidak boleh meninggikan suaranya melebihi suara Rasulullah. Tidak boleh mengeraskan suara dihadapan Rasulullah. Ketika berbicara dengan beliau suara harus dilirihkan dengan sopan, lembut seraya mengagungkan dan memuliakan beliau karena Rasulullah bukanlah seperti salah seorang dari kalian.

Untuk itu bedakanlah ketika berbicara dengan beliau sebagaimana kalian membedakan hak haknya terhadap umatnya. Kalian wajib mencintainya dengan sebenar benar kecintaan dimana keimanan tidak bisa sempurna tanpanya. Tanpa melaksanakan hal itu dikhawatirkan akan bisa menggugurkan amalan seorang hamba sedangkan dia tidak merasa. (Kitab Taisir Tafsir Kariimir Rahman).

Kita yang hidup di zaman ini tentu tidaklah ada kesempatan berbicara dengan Rasulullah secara langsung sehingga bisa terhindar  dari meninggikan suara dalam berbicara dengan beliau.  Tetapi ternyata ada sebab lain yang mungkin kita lakukan melebihi dari meninggikan suara ketika berbicara dengan Rasulullah.

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan  : Apabila mengangkat suara  lebih tinggi daripada suara beliau itu menjadi sebab terhapusnya amalan, lantas bagaimana dengan orang orang yang mendahulukan akal mereka, perasaan mereka, politik mereka atau pengetahuan mereka daripada ajaran yang beliau  bawa  dan mengangkat itu semua diatas sabda sabda beliau. Bukankah itu semua lebih pantas lagi untuk menjadi sebab terhapusnya  amal  mereka. (Adh Dhau’ al Munir ‘ala Tafsir).

Oleh sebab itu mari kita jaga kecintaan kita kepada beliau semoga dengan izin Allah kita mendapat syafaat beliau di yaumil akhir nanti. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.061)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar