Senin, 31 Juli 2017

TEMAN YANG SHALIH BISA MEMBERI MANFAAT DI AKHIRAT




TEMAN YANG SHALIH BISA MEMBERI SYAFA’AT DI AKHIRAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh keadaan alam kubur, hari berbangkit, padang mahsyar, meniti shirat sangatlah berat. Selain amal yang kita bawa   yang menjadi penolong, kita  butuh syafa’at atau pertolongan dari yang bisa memberi syafa’at.

Ketahuilah bahwa hakikatnya syafaat itu dari milik Allah Ta’ala semata.  Allah berfirman : Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan”. ( Q.S az Zumar  44)

Allah berfirman : “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya. " (Q.S Thaahaa  109 )

Allah berfirman : "Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya " (QS. al Anbiya' :28 ).

Dari ayat ini dapatlah diketahui bahwa Allah Ta’ala juga memberikan izin kepada orang orang yang diridhainya untuk memberi syafaat. Diantaranya adalah para Nabi, para syuhada para shiddiqiin dan juga orang orang mukmin yang shalih.

Dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, dalam hadits yang panjang, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda tentang syafaat di hari kiamat : “Setelah orang  orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah  untuk  memperjuangkan hak saudara – saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. 

Mereka memohon : “Wahai Rabb kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji. 

Dijawab : “Keluarkan (dari neraka) orang – orang yang kalian kenal”. Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin ini pun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya. Kemudian orang mukmin itu menghadap kembali kepada Allah, : “Ya Rabb kami, orang yang Engkau perintahkan untuk diazab dari neraka, sudah tidak tersisa”

Allah berfirman, “Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar”. Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka menghadap kembali : “Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan seorang pun orang yang Engkau perintahkan untuk diazab…” (H.R Imam Muslim)

Ketika memahami hadits ini, Imam Hasan Al Bashri rahimahullah menasehatkan :  Perbanyaklah berteman dengan orang orang yang beriman. Orang orang yang beriman memiliki syafaat  pada hari kiamat.

Berkenaan dengan hadits ini pula, Imam Ibnul Qayyim al Jauziah rahimahullah menasehatkan pula kepada teman temannya : Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkanlah : “Wahai Rabb kami, hamba-Mu Fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau. Masukkanlah (dia)  bersama kami ke Surga-Mu. Kemudian beliau menangis.

Hadits diatas mengingatkan kita tentang beberapa perkara yang  sangat penting,  yaitu :

Pertama, keimanan. Iman merupakan syarat seseorang masuk surga. Yakni mengakui Allah Azza wa Jalla sebagai satu  satunya sesembahan yang berhak untuk disembah serta mengakui Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. 

Kedua : Persaudaraan dengan ukhuwah islamiyah. Persaudaraan diatas diinul Islam dan saling mencintai karena Allah, bisa menjadi alasan bagi seseorang untuk menyelamatkan saudaranya seiman di akhirat kelak dengan memberikan syafaat. 

Jadi sangatlah  beruntung dan berbahagia seorang hamba yang memiliki banyak teman orang orang shaleh. Mereka telah mengingatkan untuk shalat berjama’ah di masjid, mengajari membaca  al Qur’an, mengajak untuk menghadiri majelis ilmu, dan menasehati kita tatkala hendak berbuat maksiat.

Oleh karena itu betapa rugi dan sedihnya apabila seseorang terlanjur banyak bergaul dan berteman dekat dengan orang orang  ahli maksiat. Mengajak kepada keburukan dan kemaksiatan, berlebihan mencintai dunia. Menzhalimi orang lain dengan memakan hartanya tanpa hak, hasad, ghibah namimah dan yang lainnya. Tidaklah mungkin diharapkan syafaatnya kelak.

Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam telah mengingatkan kita semua dengan siapa harus berteman. Beliau bersabda :

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (H.R Abu Daud no. 4833, at Tirmidzi no. 2378, Imam Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahihul Jaami’ 3545).

Imam al Ghazali berkata :  Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya. (Tuhfatul Ahwadzi, al Mubarakfury)

Oleh karena itu seorang hamba hanya berteman dekat dengan orang orang shalih. Pertemanannya adalah karena Allah dan insya Allah bisa diharapkan syafaatnya kelak di akhirat. Wallahu A’lam. (1.084)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar