Sabtu, 29 Juli 2017

NASEHAT ULAMA SALAF KETIKA ENGKAU DIDATANGI COBAAN



NASEHAT ULAMA SALAF KETIKA ENGKAU
 DIDATANGI COBAAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Segala sesuatu yang menimpa diri seorang hamba adalah ketetapan yang telah Allah tuliskan baginya. Allah berfirman :  “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah”. (Q.S al Hadid 22)

Allah berfirman : "Katakanlah (Muhammad), Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman".  (Q.S at Taubah 51).

Sebuah hadits dari Abdullah bin Amr, beliau berkata,  Aku mendengar Rasulullah bersabda : Kataballahu maqaadiiral khalaa-iqi qabla an yakhluqas samaawaati wal ardha bi khamsiina alfa sanah”. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menulis takdir setiap makhluk-Nya, lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. (H.R Imam Muslim).

Sungguh Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya  telah mengabarkan  bahwa orang orang yang diberikan musibah sebagai ujian adalah merupakan salah satu tanda bahwa  Allah Ta’ala  menghendaki kebaikan baginya. Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairan yusib minhu”. Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, Allah akan menimpakan kepadanya musibah. (H.R Imam  Bukhari). 

Abu ‘Ubaid berkata : Makna dari hadits diatas adalah bahwa Allah Ta’ala akan mengujinya dengan berbagai musibah untuk melimpahkan pahala kepadanya (Lihat Fathul Baari)

Selanjutnya, mari kita simak apa yang dikatakan oleh ulama ulama terdahulu tentang ujian dan cobaan yang menimpa seorang hamba, diantaranya adalah :

Pertama : Sufyan ats Tsauri berkata : Tidaklah dikatakan sebagai orang faqih (ahli fikih) jika tidak menjadikan bala sebagai nikmat dan kemewahan sebagai bala (Hilyatu al Auliya’) 

Kedua : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Segala sesuatu yang menimpa manusia dan menjadikannya senang adalah nikmat nyata yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya. Sedangkan segala sesuatu yang menimpa manusia dan menjadikannya susah adalah nikmat yang dapat melebur dosa dosanya jika ia sabar atas kesusahan itu.
Sebab di dalam segala sesuatu terdapat hikmat dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diketahui manusia, lalu beliau membaca firman Allah :
“Wa’asaa   an takrahuu syai-an wa huwa khairul lakum, wa’asaa an tuhibbuu syai-an  wa huwa syarrul lakum , wallahu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun”. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S  al Baqarah 216).  

Ketiga : Imam Ibnul Qayyim berkata : Seandainya manusia mengetahui bahwa nikmat Allah yang ada di dalam bala’ itu tidak lain seperti halnya nikmat Allah yang ada didalam kesenangan maka niscaya hati dan lisannya akan selalu sibuk untuk mensyukurinya. (Lihat Syifaa’ul ‘Alil) 

Beliau juga mengatakan : Sesungguhnya Allah tidak memberi suatu keputusan (qadha’) bagi hamba-Nya yang mukmin kecuali keputusan itu baik baginya. Apakah keputusan itu menyakitkannya maupun menyenangkannya. Keputusan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya yang mukmin adalah pemberian, walaupun itu dalam bentuk tidak mengabulkan apa yang diminta hamba-Nya. Ia juga merupakan suatu nikmat meskipun dalam bentuk ujian dan bala’ (cobaan) yang diberikan-Nya adalah keselamatan bagi hamba-Nya walaupun itu dalam bentuk yang menyakitkan. (Madarijus Salikin). 

Keempat : Wahab bin Munabih berkata : Sesunguhnya umat sebelum kamu, apabila salah seorang diantara mereka tertimpa bala, ia menganggapnya sebagai kemewahan dan apabila ia mendapat kemewahan ia menganggapnya sebagai bala. (Sairu al A’laam an Nubala’)

Beliau juga berkata :  Tidaklah seseorang itu dikatakan sebagai ahli fikih yang sempurna sehingga ia memahami bahwa cobaan adalah nikmat dan kesenangan adalah musibah. Hal itu karena setiap orang yang ditimpa bala pada hakikatnya sedang  menantikan (datangnya) kesenangan  dan setiap orang yang senang pada hakikatnya sedang menantikan (datangnya) musibah. (“Uddatu ash Shabirin). 

Oleh sebab itu ketika seorang hamba yang beriman mendapat ujian atau cobaan maka wajib baginya untuk berbaik sangka kepada Allah Ta’ala karena dibalik musibah itu pastilah ada hikmah berupa kebaikan baginya. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.080)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar