Rabu, 05 Juli 2017

BUYA HAMKA TETAP BERKARYA WALAUPUN DI PENJARA



BUYA HAMKA TETAP BERKARYA WALAUPUN DI PENJARA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Prof. DR. Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang kita kenal dengan sebutan Buya Hamka (wafat 1981) adalah salah satu ulama besar di negeri kita. Keilmuannya juga dikenal dan diakui diberbagai negara. Diantara tulisan atau karya beliau yang paling monumental adalah Kitab Tafsir al Azhar. 

Beliau adalah ulama yang sangat baik kita teladani terutama kegigihan beliau dalam berjuang menegakkan agama Allah. Salah satu ujian berat pernah menimpa beliau. Diantaranya sebagaimana disebutkan dalam pembukaan Kitab Tafsir al Azhar.

Beliau menceritakan : Pada tanggal 12 Ramadhan 1383 H atau 27 Januari 1964 M. kira kira pukul 11 siang yaitu sehabis memberikan kajian untuk kaum Muslimat di Masjid al Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan saya pulang kerumah untuk sedikit beristirahat menjelang masuknya waktu shalat zuhur. 

Belum setengah jam saya berada di rumah lalu datanglah empat orang tamu. Saya mengira bahwa tamu tersebut adalah pengurus salah satu masjid yang akan meminta saya untuk memberikan ceramah atau kajian di masjidnya. Ternyata dugaan saya salah dan tak pernah terbayang sedikitpun sebelumnya. Setelah saya temui tamu tersebut, tanpa banyak bicara, seorang diantara mereka menyerahkan selembar surat kepada saya.  Setelah saya baca ternyata surat itu adalah perintah penangkapan terhadap diri saya. Kemudian saya dibawa dan dimasukkan ke rumah tahanan.

Selanjutnya beliau mengatakan : Saya mendapat pengalaman dan hikmah yang sangat besar, yaitu dalam meresapi intisari ayat  5 dan 6 surat al Insyiraah. Allah berfirman : “Fa inna ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusraa”. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. 

Maka biarpun (dalam tahanan) saya tidak mau bermenung diri. Lalu datang petunjuk dari Allah. Segera saya baca al Qur-an. Pada 5 hari pertama berada dalam tahanan saya telah mengkhatamkan al Qur an tiga kali. Setelah itu saya tidak banyak lagi berfikir kapan saya bisa keluar.

Ketahuilah saudaraku, selama dalam tahanan  beliau membagi waktu antara mengkhatamkan bacaan al Qur-an dan menulis tafsir al Qur-an, disamping melakukan ibadah ibadah lainnya. Dengan pertolongan Allah Ta’ala, hasilnya sangatlah mengagumkan.

Pertama :  Dalam waktu  dua tahun empat bulan berada di tahanan, beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali. Kalau kita hitung dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau mengkhatamkan al Qur-an antara tiga sampai empat hari sekali. 

Kedua : Yang lebih mengagumkan lagi bahwa disamping mengkhatamkan al Qur an lebih dari 150 kali beliau juga menyelesaikan tafsir al Qur an yaitu Tafsir Al Azhar sebanyak 28 juz. Untuk diketahui, sebelum masuk tahanan beliau telah menyelesaikan tafsir al Ahar  2 juz yaitu juz 18 dan juz 19.

Sungguh itulah hikmah dan prestasi yang besar.  Meskipun berada dalam penjara ternyata tidak menghalangi beliau untuk berkarya. Semuanya itu beliau capai tentulah dengan pertolongan Allah Ta’ala  serta niat yang ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.062)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar