Senin, 17 Juli 2017

MENGHIDUPKAN HATI YANG TELAH MATI



MENGHIDUPKAN HATI YANG TELAH MATI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah

Rasulullah Salallahu  'alaihi wasallam bersabda : 

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (H.R Imam  Bukhari no. 52 dan Imam Muslim no. 1599).

Abu Hurairah mengatakan bahwa hati adalah ibarat raja sedangkan anggota badan ibarat pasukannya. Apabila buruk rajanya maka buruk pula pasukannya. Jadi kalau hatinya buruk maka buruk pula diri manusia itu. 

Tanda hati yang mati.

Dalam Kitab Mawaaridul Amaan, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan tiga keadaan, hati manusia satu diantaranya adalah manusia yang hatinya  mati. Beliau menjelaskan beberapa  tanda hati yang telah mati,  yaitu :

Pertama : Tidak mengenal Allah dan berdiri diatas syahwat dan kelezatannya.
Kedua : Mengerjakan perkara perkara yang dibenci dan dimurkai Allah. Tidak peduli apakah Allah ridha atau murka.
Ketiga : Yang menyekutukan Allah, beribadah kepada selain Allah. Rasa cinta, takut, berharap dan tawakalnya bukan kepada Allah semata.
Keempat : Yang apabila mencintai maka ia mencintai karena hawa nafsunya. Apabila membenci maka ia membenci karena hawa nafsunya. Dan apabila mencegah maka ia mencegah karena hawa nafsunya. Maka jadilah ia mengutamakan hawa nafsunya dari pada mengutamakan keridhaan Allah.
Kelima : Menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai kusirnya dan kelalaian sebagai kendaraannya.
Oleh karena itu manusia yang telah mati hatinya maka tujuan hidupnya hanyalah dunia yang fana dan lupa dengan akhirat yang baqa.

Upaya menghidupkan hati yang mati.
Jika sifat sifat yang dijelaskan Imam Ibnul Qayyim tersebut ada pada diri seseorang itulah tanda yang sangat kuat bahwa hatinya telah mati. Berusahalah dan carilah jalan untuk menghidupkannya kembali agar selamat di dunia dan di akhirat kelak.

Lalu datang pertanyaan : Apakah memang hati yang telah mati itu bisa hidup kembali. Apa ada jalan atau cara untuk menghidupkannya kembali. Tentu saja bisa jika Allah berkehendak. Dan seorang yang hatinya telah mati wajiblah berusaha dan memohon pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga hatinya bisa hidup kembali. Diantara usaha bisa dilakukan untuk menghidupkan hati yang telah mati adalah :

Pertama : Senantiasa mengingat mati.
Ketika seseorang yang hatinya telah mati  maka haruslah banyak mengingat kematian dirinya dan membayangkan kehidupan sesudah mati. Ketahuilah bahwa masalah sebenarnya bukan mati tapi bagaimana hidup setelah mati. Jika seseorang membayangkan hidup setelah mati serta pertanggung jawabannya maka  akan menimbulkan ketakutannya kepada Allah Ta’ala. Jika rasa takutnya telah muncul maka berbagai maksiat akan ditinggalkan lalu  secara berangsur mulai berbuat kebaikan dan amal shalih.

Bahkan Rasulullah mengingatkan tentang tanda orang yang cerdas yaitu banyak mengingat mati berbekal untuk menghadapi hidup setelah mati. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar : Aku sedang bersama Rasulullah kemudian datang seorang laki laki dari kalangan Anshar. Dia mengucapkan salam dan bertanya kepada Rasulullah : “Wahai Rasulullah !. Siapa orang mukmin yang paling utama ?. Rasulullah menjawab : Orang yang paling baik akhlaknya. Orang itu bertanya lagi : Lalu siapa orang mukmin yang paling cerdas ?. Beliau menjawab : Orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi apa yang terjadi setelahnya. Mereka itulah orang yang paling cerdas. (H.R Ibnu Majah dan at Thabrani, dinilai hasan oleh Syaikh al Albani).

Sa’id bin Jubair, seorang Tabi’in berkata : Jika mengingat mati hilang dari dalam diriku maka aku takut hatiku menjadi rusak. 

Kedua : Belajar ilmu dan mengamalkannya.
Salah satu tanda hati telah mati adalah ketika seseorang tidak lagi mengenal Allah Ta’ala. Dia lebih banyak berbuat untuk memenuhi keinginan hawa nafsu yang selalu cenderung kepada keburukan. 

Ini semua karena kebodohannya.  Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata bahwa ilmu dipelajari untuk menghilangkan kebodohan diri. (Kitaabul ‘Ilmi)

Oleh karena itu dengan belajar ilmu maka seseorang akan (1) Senantiasa mengingat dan mentaati Allah secara benar. (2) Senantiasa mensyukuri nikmat Allah secara benar.     Sungguh ilmu adalah cahaya yang akan menghidupkan hati seseorang.
Ketahuilah bahwa ilmu hakikatnya bukanlah tujuan tetapi sarana untuk beramal dengan baik yaitu ikhlas karena Allah dan menurut apa yang diajarkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu seseorang yang telah belajar ilmu bersegeralah mengamalkannya. Dengan demikian maka hatinya telah mati akan menjadi hidup kembali.

Ketiga : Berteman dengan orang orang shalih
Ketahuilah bahwa diantara penyebab matinya hati seseorang adalah lingkunan pergaulan yang buruk. Oleh karena itu seorang yang hatinya telah mati maka sangatlah dianjurkan mengevaluasi diri yaitu dengan siapa saja dia bergaul. Kalau lingkungan teman temannya selama ini adalah orang orang yang banyak melupakan Allah maka segeralah tinggalkan lingkungan yang demikian. 

Carilah lingkungan dan teman teman yang baik. Teman yang baik akan memberi pengaruh pada diri seseorang. Bertemanlah dengan orang orang shalih yang istiqamah dengan   keshalihannya. Teman yang shalih akan mengingatkan kita jika pada satu waktu kita lalai atau malas beribadah. . Sungguh Rasulullah telah mengingatkan untuk memilih teman. 

Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Al mar-u ‘ala diini khalilihi fal yanzhur ahadukum man yukhaalil” Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karibnya (H.R Imam at Tirmidzi, Abu Dawud dan Imam Ahmad). 

Keempat : Terus menerus merasa diawasi
Sungguh kita saksikan banyak orang yang melalaikan kewajibannya terhadap hak hak Allah atas dirinya utama sekali karena merasa Allah tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Pada hal sungguh Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Mahaluas mengetahui segala sesuatu yang mereka lakukan.

Allah berfirman : “… Wa huwa ma’akum aina maa kuntum. Wallahu bi maa ta’maluuna bashiir”. ... Dan dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. al Hadid 4).

Al Hafizh Ibnu Katsir berkata : Maksudnya adalah Allah senantiasa menyaksikan kalian dan menyaksikan amal kalian. Bagaimanapun keadaan kalian dan dimana saja kalian berada didaratan atau dilautan, siang ataupun malam dirumah ataupun dipadang pasir. Semua itu berada dalam pengetahuan, pengawasan dan pendengaranNya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Allah berfirman : “Dan tidakkah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan ?. (Q.S al Baqarah 77).

Oleh karena itu maka seseorang yang merasa yakin bahwa dirinya selalu dan terus menerus dilihat dan diawasi Rabbnya, tentu akan   mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan menghindari kemaksiatan, baik dalam keramaian dan juga dalam kesendirian. Dan ini akan membuat hatinya akan hidup kembali.

Itulah sebagian cara yang dianjurkan agar hati yang telah mati insya Allah bisa hidup kembali sehingga selamat dari berbagai keburukan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Wallahu A’lam. (1.074)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar