Minggu, 30 Juli 2017

PENJELASAN ULAMA TENTANG ILMU YANG BERMANFAAT



PENJELASAN ULAMA TENTANG ILMU YANG BERMANFAAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam rangkaian dzikir pagi, Rasulullah biasa membaca doa : “Allahhumma inni as-aluka ‘ilman nafi’an wa rizqan thaiyiban wa amalan mutaqabbalan”. Ya Allah, sesungguhnya aku bermohon (diberi) ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima. (H.R Ibnu Majah, Imam Ahmad dan Ibnu Suni dari Ummu Salamah).

Selain itu, Rasulullah mengajarkan pula  satu doa : “Allahhumma inni a’udzubika min ilmin la yanfa’. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat. (H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud). 

Dari kedua hadits dapatlah diketahui bahwa ada ilmu yang bermanfaat dan ada pula ilmu yang mendatangkan mudharat. 

Para ulama terdahulu menjelaskan kepada kita tentang  ilmu yang bermanfaat, diantaranya :

Pertama : Imam Mujahid bin Jabr (murid Ibnu Abbas) mengatakan : “Orang yang faqih adalah orang yang takut kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya  sedikit. Dan orang yang bodoh adalah orang yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala meskipun ilmunya banyak. 

Beliau juga menjelaskan bahwa ada orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya,  namun ilmu tersebut  tidak bermanfaat” baginya,  karena tidak membawa dirinya  pada ketaatan kepada Allah Ta’ala.  Jadi  ilmu yang membawa seorang untuk ta’at kepada Allah maka itu adalah ilmu yang bermanfaat.

Kedua : Imam Ibnu Rajab al Hambali,  mengatakan:  Bahwa ilmu yang bermanfaat menunjukkan kepada dua hal. (1) Mengenal Allah Ta’ala dengan segala apa yang menjadi hak-Nya,  yaitu : berupa Nama-namaNya yang indah, Sifat-sifatNya  Yang  Mulia, keharusan adanya pengagunga, rasa takut, cinta harap dan tawakal kepada-Nya,  ridha terhadap takdir-Nya dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala takdirkan. (2) Mengetahui  segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla, segala apa yang dibenci dan dimurkainya. Yakni berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan yang bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkaiNya.

Selanjutnya Imam Ibnu Rajab menjelaskan : “Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini (mengenal Allah Ta’ala dan mengetahui apa yang diridhai dan dimurkai-Nya)  bagi pemiliknya (pemilik ilmu itu) maka inilah “ilmu yang bermanfaat”. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap dihati. Sungguh, hati itu akan merasa  khusyu’, tunduk, takut,  mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla.  Jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya. Sehingga hal  itu  menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia. (Fadhlu  Ilmi Salaf  ‘alal Khalaf).

Lalu apa tanda ilmu yang bermanfaat. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid dalam Kitab Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu yang disyarah oleh Syaikh Muhammad Saleh al Utsaimin, menjelaskan bahwa seorang berilmu, dikatakan  ilmunya bermanfaat  jika didapati  padanya beberapa indikasi sebagai berikut :  (1) Ilmu yang diamalkan. (2) Tidak suka dipuji dan tidak sombong dengan ilmu yang dimilikinya. (3) Semakin tawadhu’ setiap kali  ilmunya bertambah. (4) Menjauhi cinta kedudukan,  popularitas dan keduniaan. (5) Buruk sangka kepada dirinya bahwa ilmunya masih kurang dan tidak suka mencela (orang yang  kurang ilmunya).

Demikianlah penjelasan ulama tentang ilmu yang bermanfaat. Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar diberi ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Wallahu A’lam. (1.083)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar