Selasa, 25 Juli 2017

ORANG BERIMAN SELALU MENJAGA SABAR DAN SYUKUR



ORANG BERIMAN SELALU MENJAGA SABAR DAN SYUKUR

Oleh Azwir B. Chaniago

Sabar dan syukur adalah dua perkara yang harus  selalu dijaga oleh hamba hamba yang beriman. Keduanya adalah baik baginya.  
(1) Bukankah Allah telah berfirman : “Wallahu yuhibbush shabiriin.” Dan Allah mencintai orang orang yang sabar. (Q.S Ali Imran 147).
(2) Allah  berfirman : “Wain tasykuruu yardhahu lakum”. Dan jika kamu bersyukur Dia (Allah) meridhai kesyukuranmu (Q.S az Zumar 7).

Bagi seorang yang beriman ini adalah modal utama ketika mendapat kebaikan ataupun keburukan sebagai ujian baginya. Allah Ta’ala berfirman : Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S al Anbiyaa’ 35).

Tentang ujian kebaikan dan keburukan yang dimaksud  dalam ayat ini, dijelaskan oleh Syaikh as Sa’di : Allah menciptakan manusia para hamba-Nya di dunia untuk diperintah dan dikekang dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik dan yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan kehinaan, dengan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian dari Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Kariimir Rahman).

Oleh karena itu seseorang janganlah mengira bahwa jika mendapat kebaikan, kelapangan atau kesenangan itu berarti Allah telah memuliakannya. Jika mendapat kesulitan atau kesempitan itu berarti Allah telah menghinakannya. Tidak, tidak demikian. Perhatikanlah firman Allah dalam surat al Fajr 15-16 : “Adapun manusia apabila Rabb-nya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan maka dia berkata : RABB-KU TELAH MEMULIAKANKU. Adapun bila Rabb-nya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata : RABB-KU MENGHINAKANKU”.

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan tabiat manusia dari segi manusia itu sendiri. Manusia adalah sosok bodoh, zhalim yang tidak mengetahui risiko berbagai hal. Mereka mengira kondisi yang ada padanya akan terus berlanjut dan tidak akan hilang dan mengira bahwa kemuliaan serta kenikmatan dari Allah Ta’ala yang diberikan di dunia menunjukkan kemuliaannya disisi Allah Ta’ala. Dan mereka mengira bila rizkinya disempitkan, hal itu dikira sebagai penghinaan Allah Ta’ala terhadap mereka. 

Sungguh Allah Ta’ala telah  membantah dugaan ini seraya berfirman : “Sekali kali tidak (demikian)”. Yakni tidak semua orang yang Aku beri kenikmatan di dunia adalah orang mulia disisi-Ku dan tidak berarti orang yang rizkinya Aku sempitkan adalah orang hina di sisi-Ku.

Kekayaan, kemiskinan, kelapangan dan kesempitan hanyalah ujian dari Allah Ta’ala kepada manusia agar Allah Ta’ala mengetahui siapakah yang bersyukur dan bersabar. Sehingga Allah Ta’ala bisa memberikan balasan yang besar atas kesyukuran dan kesabaran itu. Bagi yang tidak mau bersyukur dan bersabar akan ditimpakan padanya adzab yang berat. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Syaikh Utsaimin berkata : Allah akan menguji (kamu) dengan kebaikan dan limpahan karunia. Apakah bersyukur atau kufur ?. Allah juga akan menguji dengan keburukan dan perkara perkara yang menyakitkan. Apakah dia bersabar atau membangkang ?.

Tabiat manusia yang selalu berbuat zhalim dan jahil. Jika diuji Rabb-nya dengan nikmat dan kemuliaan biasanya dia berkata : “Rabb-ku telah memuliakanku”. Seolah olah dia berkata : Aku memang pantas mendapatkan karunia ini.

Apabila disempitkan rizkinya dia berkata : “Rabb-ku telah menghinakanku”. Seolah olah dia berkata : Allah telah menzhalimiku dan menghinakanku. Tidak memberi rizki seperti yang diberikan kepada si Fulan dan Dia tidak memuliakanku seperti Dia memuliakan si Fulan. Inilah tabiat manusia pada umumnya. 

Adapun orang beriman jika diberi kemuliaan dan kenikmatan dari Rabb-nya maka akan segera bersyukur dan menganggap bahwa semua itu diberikan karena rahmat dan kebaikan-Nya semata, bukan beranggapan bahwa semua itu didapat karena hak dan kemuliaan dirinya. 

Dan jika mendapat ujian dari Rabb-nya dengan menyempitkan rizkinya dia akan selalu bersabar sambil mengharapkan balasan pahala. Dan segera introspeksi diri sambil berkata : Ini semua karena dosa dosaku. Allah tidak akan menghinakan dan menzhalimi diriku. Dia akan menjadi orang yang paling bersabar ketika diuji dengan kesengsaraan dan bencana. Dia paling bersyukur ketika diuji dengan kelapangan dan kenikmatan.

Jadi kedua ayat ini (Q.S al Fajr 15-16) menganjurkan manusia untuk selalu berusaha untuk sabar dan menyabarkan diri. Hendaknya selalu bertanya :

(1) Apa hikmahnya Allah memberiku harta ini ?. Apa yang Dia kehendaki dariku. Allah ingin agar aku bersyukur. 

(2) Apa hikmahnya Allah mengujiku dengan kefakiran, dengan penyakit, dengan ini dan itu ?. Allah ingin agar aku bersabar. (Tafsir Juz ‘Amma, dengan diringkas).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.077).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar