Minggu, 16 Agustus 2015

ULAMA TERDAHULU KUAT HAFALANNYA



KEBANYAKAN ULAMA TERDAHULU KUAT HAFALANNYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Seseorang yang kuat hafalannya tentulah sangat beruntung karena akan memudahkan baginya dalam belajar dan menguasai ilmu. Ini adalah karunia Allah yang Dia lebihkan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Kita tahu bahwa sangatlah banyak ulama ulama salaf seperti Imam asy Syafi’i dan Imam al Bukhari dan lainnya memiliki kecerdasan yang tinggi dan hafalannya sangatlah kuat.

Dalam Kitabnya al Bidayah wa Nihayah, Imam Ibnu Katsir menceritakan bahwa : Ketika Imam ad-Daruquthni masih remaja, dia pernah hadir di majelis gurunya yaitu Syaikh Isma’il ash-Shaffar yang tengah meng-imla’ (mendiktekan) hadits kepada murid-muridnya.  Namun ad-Daruquthni malah menyalin kitab hadits lainnya dan seolah olah tidak mendengarkan imla’  dari gurunya.
Lalu  sebagian hadirin menegurnya : Kamu tidak bisa mendengar imla’ Syaikh secara baik jika kamu mendengarnya sambil menyalin buku lainnya.  Ad-Daruquthni menjawab : Pemahamanku berbeda dengan pemahamanmu. Temannya lanjut bertanya : Kalau begitu sudah berapa hadits yang telah didiktekan oleh Syaikh hingga sekarang?  Ad-Daruquthni menjawab : Sebanyak delapan belas hadits, kemudian dia menyebutkannya secara hafalan di luar kepala lengkap dengan sanad dan matan haditsnya. Maka seluruh hadirin pun heran dengan kekuatan hafalannya. 

Kebanyakan orang orang  zaman sekarang mengeluh dengan kelemahan hafalannya. Misalnya jika ia menghafal ayat al Qur an. Dia mulai menghafal ayat pertama dari satu surat, lalu ayat kedua, ketiga dan keempat. Setelah empat ayat ini dihafal lalu dilanjutkan dengan ayat kelima. Setelah ayat kelima hafal ternyata ayat pertama atau kedua yang tadi sudah dihafal jadi lupa. 

Untuk keadaan ini haruslah ada introspeksi atau muhasabah terhadap diri sendiri.  Mungkin dalam menghafal ada beberapa prasyarat yang belum terpenuhi. Ketahuilah bahwa ilmu agama itu adalah cahaya yang membutuhkan beberapa syarat dan cara untuk bisa masuk kehati seorang hamba terutama dalam menghafalkannya.

Diantaranya adalah :

Pertama : Niat yang ikhlas, sungguh niat yang ikhlas karena Allah semata, adalah kunci utama yang harus dipasang pada saat akan melakukan sesuatu kebaikan. Oleh karena itu jagalah niat ini, baik sebelum beribadah, sedang beribadah bahkan setelah beribadah termasuk dalam menghafal ilmu.

Kedua : Selalu mengingat Allah Ta’ala dalam berbagai keadaan bahkan mengingat Allah adalah satu tanda orang yang berakal. Allah berfirman : “Alladziina yadzkuruunallaha qiyaaman, wa qu’uudan, wa ‘alaa junuubihim wa yatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardh. (Orang orang yang berakal, yaitu) orang orang yang mengingat Allah pada saat berdiri, pada saat duduk dan pada saat berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. (Q.S Ali Imran 191).

Sungguh kita harus menyadari  bahwa bagaimana mungkin ilmu sebagai karunia dari Allah akan kita peroleh jika kita sedikit sekali mengingat-Nya .

Ketiga : Berusaha menjauhi dosa sekecil apapun. Ibnu Mas’ud berkata : Saya menyangka bahwa orang itu lupa ilmunya karena suatu dosa yang dilakukannya. Pada saat Imam Malik melihat kecerdasan  Imam asy Syafi’i  maka beliau memberi nasehat : Sesungguhnya aku memandang bahwa Allah telah memasukkan cahaya kedalam hatimu maka janganlah kamu memadamkan cahaya itu dengan kegelapan maksiat. 

Imam Ibnul Qayyim berkata : Ilmu adalah cahaya yang Allah masukkan ke dalam hati, sedangkan maksiat adalah pemadam cahaya tersebut.  (Kitab ad Daa’ wa ad Dawaa’)

Keempat : Mengamalkan ilmu yang telah diketahui. Sungguh ilmu syar’i dipelajari bukan untuk sekedar menambah wawasan atau supaya disebut orang yang berilmu. Sungguh tujuan utama seorang hamba  mempelajari ilmu syar’i adalah untuk diamalkan. 

Sebagian ulama salaf berkata : Siapa yang beramal dengan ilmu yang telah dia pelajari maka Allah akan memberi tambahan ilmu kepada orang tersebut. 

Ada diantara manusia zaman sekarang yang sudah tahu ilmu tentang sesuatu tapi kurang dalam pengamalannya.  Banyak orang yang sudah mengetahui ilmu tentang doa masuk dan keluar kamar mandi atau toilet dan kita boleh bertanya berapa diantara mereka yang istiqamah dalam pengamalannya. Mungkin ini contoh kecil dan sederhana kelihatannya, tapi ini adalah ilmu syar’i yang shahih, Rasulullah yang mengajarkannya.
Kelima : Seseorang yang mempelajari ilmu atau menghafalkannya, haruslah  mengetahui waktu waktu yang nyaman, kondusif baginya. Setiap orang memiliki waktu yang berbeda dengan yang lain. Jika seseorang merasa nyaman untuk menghafal dimalam hari mungkin yang lain merasa nyaman untuk menghafal pada ba’da shalat subuh dan yang lainnya
Jadi carilah waktu yang paling tepat dan paling nyaman bagi anda dalam belajar dan menghafalkan ilmu syar’i.
Itulah sebagian cara untuk mempermudah belajar dan menghafal dan insya Allah juga ada cara cara lain yang lebih baik dan diketahui oleh yang lebih ‘alim.
Wallahu A’lam. (366) 

1 komentar: