Jumat, 28 Agustus 2015

TIDAK MENCELA SYAITHAN



TIDAK MENCELA SYAITHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Syaithan adalah salah satu jenis makhluk ciptaan Allah yang ditakdirkan-Nya menjadi musuh bagi manusia. Allah berfirman : “Innasy syaithana lil insaani  ‘aduwun mubiin”. Sungguh syaithan itu musuh yang nyata bagi manusia. (Q.S Yusuf 5).

Sebagai musuh,  maka syaithan selalu berusaha menggoda  manusia agar jauh dari kebenaran sehingga manusia menjadi tersesat dan akhirnya  bisa berkumpul kelak bersama mereka di neraka. Allah berfirman : “Wa yuriidusy syaithaanu an yudillahum dhalaalan ba’iidaa”. Dan syaithan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh jauhnya. (Q.S an Nisa’ 60).

Namun demikian, pada saat godaan syaithan datang  maka manusia dilarang mencela atau mengumpatnya. Pada saat itu kita disuruh berlindung kepada Allah dengan mengucapkan ta’awudz, yaitu a’udzubillahi minasy syathanir rajiim dan juga membaca bismillah.

Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang hukum mencela syaithan. Dalam Majmu’ Fatawa, beliau menjawab : Manusia tidak diperintahkan mencela syaithan tapi mereka diperintahkan untuk memohon perlindungan dari syaithan. Sebagaimana Allah berfirman : ”Wa imma yanaza ghannaka minasy syaithaani nazghun fas ta’idz billahi, innahuu huwas samii’ul ‘aliim” Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu godaan maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S Fushilat 36).

Kemudian juga terdapat larangan khusus mencela syaithan pada saat terjadi kecelakaan. Salah seorang sahabat pernah membonceng Nabi kemudian untanya terjatuh. Sahabat ini langsung berkata : Ta’isa asy syaithan (celaka syaithan). Lalu Nabi bersabda : “Jangan kamu mengucapkan ‘celaka syaithan’ karena ketika kamu mengucapkan kalimat itu maka syaithan akan membesar hingga ia seperti seukuran rumah. Setan akan membanggakan dirinya dan berkata, dia jatuh karena kekuatanku. Namun ucapkanlah ‘bismillah’ karena jika kamu mengucapkan kalimat ini setan akan mengecil hingga seperti lalat. (H.R Imam Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Imam ath Thabari menjelaskan tentang hadits ini : Rasulullah melarang hal itu karena ucapan itu akan membuat syaithan bangga. Ia menyangka kecelakaan itu disebabkan dari dirinya. Padahal sebenarnya bukan dari syaithan melainkan datang dari Allah Ta’ala. Dan Nabi memberitahukan agar menggantinya dengan ucapan ‘bismillah’ sehingga syaithan tidak menganggap bahwa kecelakaan itu darinya dan dia memiliki peran dengannya.

Lajnah Da’imah Saudi Arabia membolehkan mencela atau melaknat syaithan tapi tidak meninggalkan ta’awudz, bismillah dan tidak dijadikan kebiasaan melaknat syaithan tanpa sebab. Lajnah Da’imah memberikan fatwa : Oleh karena itu seseorang boleh melaknat syaithan terutama ketika dia datang untuk menggodanya dan membisikkan was was kepadanya. Hanya saja, dia tidak meninggalkan (ucapan) ta’awudz, memohon perlindungan kepada Allah dari Allah, banyak berdzikir kepada Allah dan mengucapkan bismillah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, amma ba’du atau dzikir dan doa lainnya. Agar seorang muslim mendapat perlindungan Allah dari kejahatan syaithan dan sekali gus menerapkan ayat dan hadits yang mengajarkan ta’awudz. Selayaknya seseorang tidak menjadikan kalimat laknat untuk syaithan sebagai kebiasaannya tanpa sebab.

Semoga Allah selalu melindungin kita dari godaan syaithan yang terkutuk.
Wallahu A’lam (381)       



Tidak ada komentar:

Posting Komentar