Sabtu, 29 Agustus 2015

MAKSIAT MELAHIRKAN MUSIBAH



MAKSIAT AKAN MELAHIRKAN MUSIBAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Seorang hamba selalu mengharapkan keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu diantara doa yang tidak pernah dilalaikannya untuk dibaca setiap saat adalah : “Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaban naar” . Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka. (Q.S al Baqarah 201). Membaca doa ini tentulah  baik dan sangat di anjurkan. Rasulullah juga melazimkan diri beliau untuk membaca doa ini. 

Jangan mengkhianati doa.
Tapi suatu hal yang sangat perlu diingat adalah bahwa apa yang dilakukan seorang hamba haruslah selaras dengan doa yang dipanjatkannya. Jika seseorang selalu berdoa untuk memperoleh kebaikan maka  juga penting baginya  untuk terus menerus melakukan kebaikan  dalam menjalani kehidupannya.

Janganlah seorang hamba mengkhianati doanya. Pada saat berdoa seseorang senantiasa minta kebaikan tapi kenyataannya  dia belum betul betul bisa berhenti dari berbuat dosa dan kemaksiatan. Berdoa minta kebaikan tapi terus melakukan keburukan. Itulah yang dimaksud dengan mengkhianati doa.

Maksiat melahirkan musibah. 
Ketahuilah saudaraku, bahwa perbuatan dosa dan maksiat akan melahirkan musibah. Allah berfirman : “wa maa ashabakum min mushiibatin fabima kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an katsiir”. Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian.

Ali bin Abi Thalib berkata : “Maa nuzzila balaa-un illaa bidzambin wa laa rufi’a balaa-un illa bitaubah” . Tidaklah musibah itu turun melainkan karena dosa. Karenanya tidaklah bisa musibah itu hilang melainkan juga dengan taubat. (Jawabul Kafi).

Ibnu Umar berkata, Rasulullah pernah mendatangi kami seraya bersabda : Wahai kaum Muhajirin !. Ada lima perkara yang jika kalian diuji dengannya, namun saya  berharap kalian tidak menemuinya. 

Ø Tidaklah sebuah perbuatan keji nampak di sebuah kaum sehingga mereka  melakukannya terang terangan melainkan akan muncul wabah penyakit tha’un yang belum pernah ada sebelumnya.

Ø Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan akan ditimpa paceklik dan kesusahan hidup serta zhalimnya penguasa.

Ø Dan tidaklah mereka menolak membayar zakat melainkan hujan tidak akan turun. Seandainya bukan karena binatang binatang ternak niscaya tidak akan pernah turun hujan.

Ø Dan tidaklah mereka mengingkari perjanjian Allah dan Rasul-Nya melainkan Allah akan jadikan mereka dikuasai oleh musuh sehingga (musuh) berhasil mengambil sebagian milik mereka, serta

Ø Tidaklah para pemimpin meninggalkan berhukum dengan kitab Allah serta memilih milih apa yang diturunkan oleh-Nya, melainkan Allah akan jadikan kehancuran mereka (sebab pertikaian) antara mereka sendiri. (H.R Ibnu Majah, al Baihaqi dan al Bazzar) 

Musibah dan maksiat punya korelasi yang kuat.
Para ulama  menjelaskan bahwa maksiat dan musibah mempunyai hubungan yang sangat kuat. Perhatikanlah apa yang diingatkan oleh beliau :

Pertama : Imam Ibnul Qayyim al Jauziah.
Diantara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan juga mendatangkan bencana atau musibah. Oleh karena itu hilangnya nikmat dari seseorang adalah akibat dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah adalah juga disebabkan dosa (al Jawabul Kafi) 

Kedua : Ibnu Rajab al Hambali.
Tidak disandarkan suatu keburukan  atau kerusakan melainkan pada dosa, karena semua  musibah itu disebabkan dosa. (Latha’if al Ma’arif).

Maksiat menghilangkan nikmat dan  mendatangkan kesempitan.
Ketahuilah bahwa kalau di zaman ini kita merasakan banyak nikmat yang hilang sedangkan musibah terjadi berkepanjangan maka penyebabnya adalah kelalaian dari kebanyakan manusia untuk taat kepada perintah Allah. Kita menyaksikan bagaimana saat ini ada manusia dengan mudahnya meninggalkan perintah perintah Allah yang wajib seperti shalat, puasa di bulan Ramadhan dan yang lainnya. 

Selain itu, kita melihat betapa banyak manusia yang melanggar dan mengabaikan larangan larangan Allah Ta’ala. Saat ini kesyirikan terjadi dibanyak tempat dalam masyarakat. Diantaranya adalah dengan mendatangi dukun, para normal. Minta berkah ke tempat tempat yang mereka sebut keramat bahkan minta berkah kepada orang yang sudah mati. 

Sekali lagi perlu dipahami bahwa semua kemaksitan itu akan menghilangkan berbagai nikmat dan mendatangkan musibah berupa adzab di dunia.  Adzab di akhirat pasti lebih berat lagi. Sungguh selagi manusia belum betul betul bertaubat dari segala macam maksiat, maka tidaklah berkah akan turun kepada manusia.

Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).  

Dan juga selagi manusia belum beriman dengan benar dan melakukan amal shalih maka baginya akan selalu ada musibah berupa kehidupan yang sempit. Allah berfirman :  “Waman a’radha ‘an dzikrii fa inna lahuu ma’iisyatan dhankaa, wa nahsyuruhuu yaumal qiyaamati a’maa”. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta.  (Q.S Thaha 124)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya  maka baginya penghidupan yang sempit dan sengsara, yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian , makan dan bertempat tinggal sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).

Diantara ulama Tafsir menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk adalah yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti).

Segeralah bertaubat dan kesempatan bertaubat sangatlah luas.
Jika seseorang sudah terlanjur atau sedang berada dalam kemaksiatan maka sungguh Allah dan Rasul-nya menyuruh untuk segera bertaubat. Sebesar apapun dosa pastilah Allah Ta’ala dengan kasih sayang-Nya akan mengampuni jika seseorang betul betul memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya.

Sungguh sangatlah banyak ayat al Qur-an dan sabda Rasulullah yang menyuruh hamba hamba-Nya yang berdosa untuk bertaubat dan Allah akan mengampuni dosanya. Diantaranya adalah : 

Allah berfirman : “Watuubuu ilallahi jamii’an aiyuhal mu’minuuna la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, hai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung (Q.S an Nuur 31).

Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu tuubuu ilallahi taubatan nashuuha”. Wahai orang orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha (sebenar benar taubat) Q.S at Tahrim 8.

Allah berfirman : Katakanlah : Wahai hamba hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri !. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa dosa semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S az Zumar 53).  

Dari Abu Musa ‘Abdillah bin Qais al Asy’ari, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku maksiat pada siang hari. Dan Dia  membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat pelaku maksiat pada malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. (H.R Imam Muslim). 

Rasulullah bersabda : “Innallaha ‘azza wa jalla yaqbalu taubatal ‘abdi maa lam yugharghir”. Sesungguhnya Allah yang Mahaperkasa lagi Mahamulia menerima taubat seorang hamba sebelum nyawanya sampai di  kerongkongan. (H.R at Tirmidzi, Hadits Hasan, dishahihkan oleh Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim).

Segeralah bertaubat wahai hamba hamba Allah. Sungguh kita sangat beruntung karena memiliki Allah Yang  Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Wallahu A’lam. (383)
   
     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar