Rabu, 26 Agustus 2015

SEPERTI KELEDAI MEMBAWA KITAB



SEPERTI PERUMPAMAAN KELEDAI MEMBAWA KITAB

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sebelum al Qur-an diturunkan kepada umat Islam, Allah Ta’ala  terlebih dahulu telah menurunkan kitab Taurat kepada orang orang ahli kitab dan memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya. Tapi tidaklah mereka mengamalkannya. Diantara mereka ada yang mentakwil menurut akalnya bahkan ada yang pula yang merubah rubahnya.

Dengan sebab yang demikian, maka Allah Ta’ala mempermisalkan mereka seperti keledai yang membawa kitab kitab besar. Allah berfirman : “Matsalul ladziina hummilut tauraat tsumma lam yahmiluuhaa kamatsalil himaari yahmilu asfaaraa, bi’sa matsalul qaumil ladziina kadzdzabuu bi aayaatillahi, wallahu laa yahdil qaumazh zhaalimiin”. Perumpamaan orang orang yang di beri tugas membawa Taurat, kemudiaan mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang zhalim. (Q.S al Jumu’ah 5).

Imam Ibnu Katsir berkata : Allah berfirman  mencela orang orang Yahudi yang diberikan kepada mereka Taurat dan dipikulkan kepada mereka untuk diamalkan namun mereka seperti keledai yang membawa kitab kitab tebal. Maksudnya ia hanya sebatas membawanya dan tidak mengetahui kitab apa yang dipikulnya. Demikian pula dengan kenyataan yang terjadi pada diri mereka ketika memikul al Kitab yang diberikan kepada mereka. Mereka hanya membacanya, namun tidak memahami dan mengamalkan konsekwensinya bahkan mereka mentakwil dan merubah rubahnya.
Oleh karena itu sebenarnya mereka lebih buruk daripada keledai karena keledai (memang)  tidak mempunyai pemahaman sedangkan mereka mempunyai pemahaman namun tidak digunakan dengan semestinya. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang ayat ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa orang orang yang membawa kitab Taurat dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan diperintahkan agar dipelajari dan diamalkan namun mereka tidak membawa dan menunaikan apa yang diperintahkan. Dengan demikian mereka   tidak memiliki keutamaan. 

Mereka tidak ubahnya seperti keledai yang membawa barang berupa kitab kitab ilmu di atas punggungnya. Bisakah keledai memanfaatkan kitab kitab yang dibawa diatas punggungnya itu ?. Apakah karena sebab itu mereka berhak mendapatkan keutamaan ?. Ataukah jatah mereka hanya sekedar membawa saja. Inilah perumpamaan ulama ahli kitab. Mereka adalah  orang orang yang mengajarkan isi Taurat, yang diantara perintah terbesar dan teragungnya adalah mengikuti Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam, serta kabar gembira bagi orang yang beriman dengan al Qur-an yang dibawanya. 

Orang yang seperti ini tidak bisa memanfaatkan Taurat melainkan hanya kerugian  dan tegaknya hujjah atas diri mereka sendiri. Perumpamaan ini persis seperti diri mereka : “Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat ayat Allah itu”  Yang menunjukkan atas kebenaran Rasul kita dan kebenaran yang dibawanya. “Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim”.  Maksudnya, tidak menunjukkan mereka pada mashlahat mashlahat mereka selama kezhaliman dan pembangkangan masih lekat sebagai sifat mereka. (Tafsir Karimir Rahman).  
            
Sungguh kepada umat Islam telah dipikulkan pula kitab suci yaitu al Qur-an. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk memikulnya dengan sungguh sungguh yaitu dengan cara mempelajari, memahami mengamalkan dan mengajarkannya. Dengan demikian maka Allah Ta’ala tidaklah menyamakan kita dengan ahli kitab dan tidak pula seperti perumpamaan keledai yang memikul kitab kitab tebal. Insya Allah.  

Wallahu A’lam.  (379)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar