Sabtu, 15 Agustus 2015

MENGHADIRKAN HATI DALAM BERIBADAH



MENGHADIRKAN HATI DALAM BERIBADAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam setiap ibadah yang dilakukan seorang hamba maka seharusnya dia selalu  menghadirkan hati yakni yang paling utama adalah dengan niat ikhlas. Mengingatkan diri untuk siapa kita beribadah, kenapa  beribadah dan dengan cara bagaimana kita beribadah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin memberikan contoh dalam hal ini pada saat mau berwudhu. Beliau berkata : Setiap akan melakukan shalat tentulah berwudhu’ terlebih dahulu. Akan tetapi banyak orang yang melaksanakan wudhu’ dengan tujuan sebatas mewujudkan syarat shalat saja (tanpa menghadirkan hatinya, bahwa ia sedang melaksanakan apa yang diwajibkan dan dituntut oleh Allah Ta’ala dalam syari’at-Nya).
Memang, meskipun hanya sebatas yang demikian, hal itu tidak mengapa (diperbolehkan) dan tujuannya pun dicapainya.  Akan tetapi ada sesuatu yang lebih tinggi derajatnya dan lebih penting dari sekedar mewujudkan syarat shalat itu, yakni :

Pertama : Jika anda hendak melaksanakan wudhu’ maka hadirkanlah hati atau perasaan bahwa anda sedang melaksanakan perintah Allah yaitu sebagaimana firman-Nya :  “Yaa aiyuhal ladziina aamaanuu idza qumtum ilash shalaati faghsiluu wujuu hakum wa aidiyakum ilal marfiqi wamsahuu biru-uusikum wa arjulakum ilal ka’baiin”. Wahai orang orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki. (Q.S al Maa-idah 6). 

Dengan demikian terwujudlah makna ibadah pada diri anda.

Kedua : Jika anda sedang berwudhu’ hadirklan hati atau perasaan bahwa anda sedang ber-ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam, sebab beliau bersabda : “Man tawadh-dha-a nahwa wudhuu-ii haadzaa tsumma shallaa rak’ataini …” Siapa yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini kemudian ia shalat dua rakaat. ….(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 

Dengan demikian anda telah mewujudkan dua syarat ibadah yakni ikhlas kepada Allah dan ittiba’ kepada Rasulullah.

Ketiga : Berharaplah pahala dari Allah dengan wudhu’mu itu, sebab wudhu’ menghapuskan dosa dosa, maka hilanglah dosa dosa yang dilakukan tangan bersama tetesan air wudhu’ terakhir setelah selesai mencuci tangan. Demikian pula anggota wudhu’ yang lainnya. 

Syaikh Utsaimin melanjutkan : Ketiga makna yang agung ini terkadang kita lupakan atau seperti telah hilang dari kebanyakan kita. Semoga Allah Ta’ala memaafkan (Syarhul Arba’in an-Nawawiyah, Syaikh al Utsaimin)  

Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam. (365)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar