Kamis, 21 Agustus 2014

EMPAT TANDA MENCINTAI RASULULLAH



EMPAT TANDA MENCINTAI RASULULLAH

Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Adalah wajib bagi seorang muslim untuk mencintai Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.  Bahkan cinta kepada beliau haruslah melebihi cinta kita  kepada diri kita sendiri ataupun cinta kita kepada  manusia umumnya. Bahkan kecintaan kita kepada Rasulullah adalah bagian yang  berkaitan dengan iman.
Beliau bersabda : “La yu’minu ahadukum hatta akuuna ahabba ilaihi min waalidihi, waladihi wannasi ajma’in. Tidaklah dianggap beriman salah seorang dari kalian sampai diriku lebih dia cintai dari pada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Memang wajib bagi kita mencintai beliau. Melalui beliaulah ajaran Islam yang mulia ini sampai kepada kita dengan lengkap dan  sempurna untuk menyelamatkan hidup kita di dunia dan di akhirat. Beliau telah mengajarkan kepada kita semua hal tanpa kecuali, yang  mendekatkan kita kepada surga dan menjauhkan dari neraka.
Beliau bersabda : “Ma baqiya syai-un yuqarribu minal jannati wa yubaiyidu minannaar, illa waqad buiyina lakum.” Tidak ada yang mendekatkan kalian ke surga dan menjauhkan dari neraka kecuali telah aku ajarkan kepada kalian. (H.R Imam ath Thabrani).
Pertanda mencintai Rasulullah.
Sungguh banyak cara dan pertanda mencintai Rasul. Tapi ketahuilh saudaraku bahwa kita haruslah mencintai Rasulullah dengan cara yang dicintai Rasulullah, yaitu sesuai dengan petunjuk yang beliau ajarkan. Bukanlah kita mencintai Rasulullah dengan cara cara yang menurut anggapan kita baik tapi tanpa hujjah.
 Para ulama telah memberikan petunjuk kepada kita. Diantaranya adalah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad at Tamimi dalam Kitab Ushul Tsalatsah.
Pertama : Tha’atuhu fima ‘amar. 
Yaitu mentaati apa yang diperintahkan beliau. Dan ini adalah satu tanda kecintaan yang benar kepada Rasulullah .  Allah berfirman : “Wa maa aatakumur rasulu fakhudzuuhu.”  Apa-apa yang diberikan Rasul bagimu maka terimalah. Q.S al Hasy-r 7).
Jadi, seseorang disebut mencintai Rasul, jika dalam kehidupannya selalu dalam posisi “sami’na wa atha’na” terhadap yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
Kedua : Watashdiqu fima akhbar.
Yaitu membenarkan berita yang disampaikan beliau. Rasulullah tidaklah mengetahui yang ghaib. Tetapi beliau bisa mengabarkan kepada umatnya tentang apa yang telah terjadi sebelumnya ataupun yang akan terjadi. Ini semua karena Allah yang memberitahukan kepada beliau sehingga apa yang beliau khabarkan adalah pasti adanya.
Allah berfirman : “Wamaa yanthiqu ‘anil hawaa. In huwaa illa wahyui yuhaa”. Tidaklah yang diucapkannya itu menurut keinginan hawa nafsunya. Tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) Q.S an Najm 3-4).
Kita sangat perlu belajar dari Abu Bakar ash Shiddiq. Dengan keimanan yang benar dan kokoh serta kecintaannya yang sangat besar kepada Rasulullah beliau membenarkan seluruh perkataan Rasulullah tanpa keraguan sedikitpun. Beliau mendapat gelar ash Shiddiq yaitu yang selalu membenarkan apa yang datang dari Rasulullah.
Ketiga  : Wajtinaabu maa anhu naha wa zajar.
Yaitu menjauhi apa yang dilarang beliau. Ini termasuk salah satu pertanda kecintaan seseorang kepada Rasulullah.
Allah berfirman : “Wamaa nahaakum ‘anhu  fantahuu “ Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Q.S al Hasy-r 7).

Keempat : Wa an laa yu’badallahu illa bima syara’a.
Yaitu beribadah dengan cara yang diajarkan oleh beliau. Allah berfirman : “Laqad kaana lakum fii rasulillahi uswatun hasanah.  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Q.S al Ahzab 21).
Ketahuilah bahwa Rasulullah haruslah menjadi teladan kita dalam segala hal baik aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Berapa banyak manusia sangat serius dalam mengajak manusia untuk meneladani akhlak Rasulullah, ini memang baik. Tapi sayangnya mengabaikan aqidah,  ibadah dan muamalah yang beliau ajarkan.
Sungguh syarat diterimanya suatu ibadah adalah ikhlas dan ittiba’. Ikhlas yaitu beribadah semata-mata karena Allah sedangkan ittiba’ adalah mengikuti tata cara ibadah yang diajarkan Rasulullah.
Rasulullah mengingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : “Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa raddun” Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjuk kami maka amalan itu tertolak.
Ketahuilah bahwa jika seseorang melakukan suatu ibadah yang tidak sesuai dengan yang beliau ajarkan maka amalnya bukan saja tertolak, tetapi bisa disebut sebagai menyelisihi Rasulullah.
Ingatlah akan firman Allah : “Falyahdzaril ladzina yukhaalifuna ‘an amrihii an tushibahum fitnah au yushibahum ‘adzabun alim”. Maka hendaklah orang-orang yang menyelisishi perintahnya (perintah Rasul) takut akan mendapat cobaan dan adzab yang pedih. (Q.S an Nuur 63).
Oleh karena itu adalah merupakan kewajiban kita untuk beribadah sesuai dengan cara yang diajarkan Rasulullah dan mohonlah pertolongan Allah agar kita diberi petunjuk dan kemudahan dalam melakukan ibadah yang benar.

Penutup :
Sebagai penutup kami kutipkan penjelasan Imam Ibnul Qayyim tentang adab kita kepada Rasulullah. Beliau Rahimahullah berkata : Adab yang paling tinggi terhadap Rasulullah adalah :
Pertama : Pasrah menerima apa yang datang dari Nabi.
Kedua : Mematuhi dan menjalankan perintahnya.
Ketiga : Menerima dan membenarkan berita yang datang dari Nabi tanpa mempertentangkannya dengan khayalan bathil yang diistilahkan masuk akal. Atau menolaknya dengan syubhat atau keraguan. Atau mengedepankan pendapat orang lain dan sampah logika mereka diatas berita yang datang dari Rasulullah (Kitab Madaarijus Saalikin).
Wallahu a’lam.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar