Senin, 04 Agustus 2014

BAIK SANGKA SAAT DAPAT MUSIBAH



BAIK SANGKA SAAT DAPAT MUSIBAH
 
Oleh Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Ada diantara manusia, mungkin karena kekurangan ilmu dan yang lainnya, apabila mengalami  musibah atau ujian lalu berburuk sangka kepada Allah. Ini adalah sikap yang  sangat tercela dan dilarang oleh syari’at.  Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin memberikan tuntunan buat kita agar berbaik sangka kepada Allah jika mendapat ujian atau cobaan, yaitu : 

Pertama : Engkau wajib husnuzhan, berbaik sangka kepada Allah terhadap perbuatan Allah di muka bumi.

Kedua : Engkau wajib meyakini bahwa apa yang Allah lakukan adalah untuk suatu hikmah yang sempurna. Terkadang akal manusia memahaminya terkadang tidak.

Ketiga :Maka janganlah ada yang menyangka bahwa jika Allah melakukan sesuatu di alam ini karena kehendakNya yang buruk.

Adab terhadap ketetapan Allah.
Sebagai makhluk, yang telah diberi berbagai kenikmatan oleh Allah, maka wajiblah beradab kepada Allah. Syaikh Abdul Aziz Nada, dalam Kitabnya Ensiklopedi Adab Islam menyebutkan lebih dari 15 macam adab kepada Allah yang wajib dijaga. Diantaranya adalah berbaik sangka terhadap ketetapan Allah.
Jabir berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda selang tiga hari sebelum beliau wafat : “Laa yamuttunna ahadukum  illaa wahuwa yuhsinuzh zhanna birabbihi” Janganlah salah seorang dari kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Rabbnya (H.R Imam Muslim dan Imam Ahmad).

Bagaimana cara menumbuhkan baik sangka terhadap ketetapan Allah berupa ujian atau musibah.
Berbaik sangka kepada Allah terhadap  ujian atau musibah adalah merupakan kewajiban manusia. Sungguh ini mudah diucapkan tapi berat dalam melaksanakannya, kecuali bagi orang orang yang diberi hidayah dan memiliki iman yang kokoh.
Para ulama memberikan beberapa petunjuk  dalam hal ini, diantaranya adalah : 
  
Pertama : Bandingkan nikmat yang hilang dengan yang masih ada.
Ketahuilah bahwa suatu nikmat hilang tersebab musibah maka ternyata nikmat yang  tersisa  masih sangat banyak. Kita sering menangisi sesuatu yang hilang tapi kadang kadang lupa terhadap nikmat yang masih ada pada diri kita.
Perhatikanlah bagaimana Allah telah memberi nikmat Iman dan Islam yang merupakan puncak nikmat bagi kita. Ditambah lagi dengan nikmat akal, hati, panca indra, kesehatan dan yang lainnya dan tidak terhitung jumlah dan jenisnya. Allah berfirman : “Wain ta’uddu ni’matallahi laa tuhshuuhaa”. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak (akan pernah) dapat menghitungnya (Q.S Ibrahim 34). 
  
Kedua : Meyakini bahwa ujian tidak melebihi kemampuan.
Allah berfirman : “ Laa yukallifullahu nafsan illa wus’ahaa” Allah tidak membebani seseorang  melainkan sesuai kemampuannya. (Q.S al Baqarah 286).Ketahuilah bahwa ujian atau musibah yang kita terima belum seberapa dibanding selain kita.
 
Rasulullah pernah ditanya tentang manusia yang paling berat cobaannya. Beliau bersabda : “Yang paling berat cobaannya diantara manusia adalah para Nabi, kemudian orang yang dibawahnya dan yang dibawahnya (H.R. Imam at Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah).Kenapa begitu ? ya, karena para Nabi dan Rasul lebih teguh imannya dan lebih mampu menghadapi cobaan dibanding yang selainnya. 
  
Perhatikanlah sirah para Nabi, para sahabat dan orang orang shalih. Nabi  Ibrahim diuji dengan perintah menyembelih anaknya Ismail, Nabi Ayyub diuji dengan penyakit, Bilal bin Rabbah diuji dengan siksaan karena mempertahankan tauhid, Imam Ahmad dipenjara dan disiksa oleh penguasa karena mempertahankan keyakinan bahwa al Qur an adalah Kalamullah. Apalagi ujian yang dialami oleh Rasulullah yang kita tahu adalah sangat banyak dan berat.

Ketiga : Meyakini bahwa ujian dari Allah itulah yang terbaik bagi seorang 
 hamba.
Allah Mahapenyayang kepada para hambaNya bahkan melebihi sayangnya seorang hamba itu kepada dirinya sendiri. Seseorang yang mendapat ujian mungkin merasa suatu yang  tidak baik baginya padahal sesungguhnya tidaklah  demikian.
Allah berfirman : “Wa’asaa antakrahuu syai’an wahuwa khairul lakum. Wa’asaa antuhibbu syai’an wahuwa syarrul lakum. Wallahu ya’lamu wa antum la ta’lamuun”  Dan boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyenangi sesuatu padahal itu buruk bagimu. Dan Allah Mahamengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui (Q.S al Baqarah 216). 

Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi khairan yushib minhu” Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan pada dirinya maka Dia memberikan cobaan kepadanya. (H.R Imam Bukhari).

Keempat : Melihat musibah sebagai nikmat yang patut disyukuri.
Mungkin statement ini terasa sedikit aneh bagi seseorang yang kurang iman dan ilmu. Tapi perhatikanlah apa yang dikatakan Umar bin Khaththab : Tidaklah aku ditimpa suatu musibah, kecuali Allah memberikan empat kenikmatan kepadaku :

1. Musibah itu tidak menimpa agamaku
2. Musibah itu tidak lebih berat dari musibah orang lain.
3. Musibah itu tidak menghalangiku untuk ridha.
4. Musibah itu membuat aku masih mengharapkan pahala.

Demikianlah sebagian dari  cara agar senantiasa mampu berbaik sangka kepada Allah terhadap apapun ujian dan musibah yang menimpa diri kita. Allahu a’lam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar