Sabtu, 30 November 2019

PERLUKAH MERAYAKAN DAN MEMPERINGATI TAHUN BARU


PERLUKAH MERAYAKAN DAN MEMPERINGATI TAHUN BARU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap  akhir tahun Masehi yaitu malam tanggal 31 Desember kita menyaksikan betapa ramainya orang orang merayakan acara datangnya tahun baru. Biasanya ditandai dengan terompet, kembang api, pawai bahkan dengan kegiatan panggung musik dan lagu yang terkadang sampai menjelang pagi. 

Di negeri kita banyak pula orang orang muslim yang ikut ikutan merayakan tahun baru Masehi. Ini tentu tidak cocok, tidak pas bahkan benar benar tidak pantas. Ketahuilah bahwa jangankan merayakan tahun baru Masehi merayakan tahun baru Hijriah pun TAK DIANJURKAN DALAM SYARIAT Islam.

Jika  kita coba berpikir lebih jauh, sebenarnya yang paling berhak merayakan tahun baru Hijriyah adalah Khalifah Umar bin Khaththab. Kenapa, karena beliaulah INISIATOR adanya tahun Hijriah untuk kemashlahatan. Tapi tak ada riwayat yang shahih bahkan yang dha’if pun menyebutkan bahwa beliau pernah merayakan datangnya tahun baru Hijriah  sekali saja.

Kalau itu baik tentu beliau  mengamalkannya dan juga diikuti oleh  khalifah sesudahnya, para sahabat ataupun para imam terutama imam yang empat. Dinukil dari kitab tafsirnya tentang surat an Najm 38 dan 39, Imam Ibnu Katsir berkata :

لو كان خيرًا لسبقونا إ ليه

Kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentulah para sahabat telah mendahului kita MENGAMALKANNYA.

Dalam kitab Bida’ wa Akhtha’ disebutkan : Tidak ragu lagi perkara ini termasuk sesuatu yang baru dan di ada adakan. Tidak ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan peringatan tahun baru Hijriyah.

Ketahuilah bahwa dalam syariat Islam perayaan atau hari raya hanya ada dua saja yaitu sebagaimana Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam mengajarkan kepada umatnya. Sungguh pensyariatan dua hari raya ini adalah rahmat Allah Ta’ala bagi kaum muslimin karena banyak keutamaan dan kebaikan di dalamnya.

Dalam sebuah hadits Anas bin Malik, dia berkata : (Ketika) Rasulullah datang dan penduduk Madinah kala itu memiliki dua hari (raya) yang mereka gunakan untuk bermain main di masa jahiliyah. Lalu beliau bersabda : “Aku telah mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari yang kalian gunakan untuk bermain main dimasa jahiliyah. Sungguh Allah Ta’ala telah mengganti untuk kalian dua hari yang lebih baik dari itu, yakni hari Nahr (‘Idul Adh-ha) dan hari Fithr (‘Idul Fithri). H.R Imam Ahmad, Abu Dawud dan an Nasa’i.

Oleh karena itu, orang orang merayakan tahun baru Hijrah, JANGAN JANGAN mereka terjatuh kepada sikap meniru niru atau ikut ikutan  kepada orang orang di luar Islam yang merayakan tahun baru mereka seperti tahun baru Masehi. Ketahuilah bahwa tasyabbuh atau meniru niru cara orang selain Islam  adalah sesuatu yang dilarang dalam syariat Islam, yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. (H.R Imam Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami. (H.R at Tirmidzi dhasankan oleh Syaikh al Albani

Ternyata sebagian orang Islam ada yang hampir setiap tahun memperingati dan merayakan tahun baru Hijriah. Diantaranya ditandai dengan doa akhir tahun yaitu menjelang maghrib  dan doa awal tahun setelah shalat maghrib dengan dipimpin oleh seorang diantara yang hadir dan diaamiinkan oleh para jamaah.  

Ketahuilah bahwa berdoa adalah ibadah yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Allah Ta’ala menyuruh orang orang beriman untuk selalu memohon kepada-Nya melalui doa dan Allah Ta’ala berjanji akan mengabulkannya. Allah Ta’ala berfirman : 

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Rabbmu berfirman  : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60).

Namun demikian tak ada riwayat bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  mengajarkan umat beliau untuk berdoa SECARA KHUSUS tersebab masuknya bulan Muharram sebagai doa awal tahun baru Hijriah.

Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid berkata : Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa atau dzikir (khusus) untuk awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat sesuatu yang baru  berupa doa, dzikir atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal tahun baru, menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a, puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali. (Tashih ad Duu’a).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.814)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar