Selasa, 05 Maret 2019

JANGAN MAU JADI BUDAK HARTA DUNIA


JANGAN MAU JADI BUDAK HARTA DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kilau harta dunia  memang  menjadi daya pikat yang hebat bagi sebagian manusia. Terkadang bisa  membutakan matanya dan menutup hatinya. Akhirnya  jadilah dia budak harta. Apapun yang akan dilakukan, pertimbangan paling utama adalah urusan harta. Ya harta dunia yang terlihat menggiurkan. 

Nah ketika urusan harta dunia memanggilnya maka dia bersegera datang dengan terbirit birit.  Cuma saja tak mau peduli  terhadap panggilan agamanya. Itulah salah satu indikasi bahwa seseorang telah menjadi budak dunia. 

Berapa banyak kita melihat para budak dunia ini disekitar kita. Diantaranya, saat ada panggilan adzan maka : (1) Yang sedang jualan meneruskan kegiatannya. (2) Yang sedang rapat meneruskan rapatnya. (3) Yang sedang kerja meneruskan pekerjaannya. (4) Bahkan yang lagi tidur dan sudah terbangun lalu melanjutkan lagi tidurnya. Mereka tak tersentuh dengan panggilan dan perintah Allah Ta'ala.

Diantara contoh lainnya adalah : (1) Ketika hartanya telah berlimpah tak mau menunaikan kewajiban untuk berzakat karena takut miskin. (2) Ketika harta melimpah tak pernah berfikir untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Mereka tak  tersentuh dengan perintah Allah.  Ini juga termasuk budak harta dunia.    

Oleh karena itu janganlah engkau jadi budak harta. Jadilah engkau Abdullah yaitu budak Allah atau hamba Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Hamba Allah adalah : (1) Orang yang ridha terhadap apa yang Allah ridha dan murka terhadap apa yang Allah murkai. (2) Cinta terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya cintai serta benci terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya benci.

Selanjutnya beliau berkata : Hamba Allah adalah orang yang senantiasa menolong wali wali Allah (kekasih Allah dari orang orang yang beriman) dan membenci musuh musuh Allah (dari orang  orang kafir). Lihat Majmu’ al Fatawa.

Allah Ta’ala telah mengingatkan tentang manusia yang mencintai harta secara berlebihan sebagaimana  firman-Nya :

وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.   (Q.S al Fajr 20)

Sungguh Rasulullah telah mengingatkan pula tentang orang orang yang menjadi budak harta sebagai orang yang celaka, sebagaimana sabda beliau :

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ

Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wol dan sutera). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah (H.R Imam Bukhari).

Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Budak harta (dinar) adalah orang yang mencarinya dengan semangat tinggi. (Bila mendapatkannya) dia menjaganya seolah olah menjadi khadim, pembantu dan budak (terhadap hartanya, pen.).

Ath Thibbi berkata : Dikhususkan kata budak untuk menggelarinya karena dia berkubang dalam cinta kepada dunia serta segala bentuk syahwatnya. Layaknya seorang tawanan yang tidak memiliki upaya untuk melepaskan dirinya. (Fathul Bari) 

Allah Ta’ala berfirman agar orang beriman  tidak lalai dalam mengingat Allah Ta’ala  tersebab urusan mencari, mengumpulkan dan menjaga dan mengembangkan  harta.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman !. Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Q.S al Munafiqun  9).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar TIDAK DIPERSIBUK OLEH HARTA dan anak sehingga lalai mengingat Allah. Karena kebanyakan jiwa manusia itu terbentuk untuk mencintai harta dan anak sehingga lebih dikedepankan  dari mengingat Allah sehingga menimbulkan kerugian besar. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu, orang orang beriman tak akan mau jadi budak hartanya. Harta tak perlu ditempatkan di hati tapi di tangannya saja.  Dan orang orang beriman selalu menjaga diri untuk sungguh sungguh menjadi hamba Allah sampai akhir hayatnya yaitu dengan selalu patuh melaksanakan perintah-Nya dan berhenti dari semua larangan-Nya.

Insya Alla ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.569)


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar